Selang beberapa saat akhirnya mereka telah sampai di kediaman keluarga Tirta Umoto yang terkenal sebagai pembisnis sukses di negara tersebut, Tirta segera membantu sang istri untuk pergi beristirahat ke kamarnya begitu pula dengan bayi kecil tersebut, saat Melinda tertidur karena kelelahan dan dia juga telah kehilangan banyak energi di tubuhnya setelah melahirkan bayi kecil tersebut.
Alhasil Tirta yang merasa kasihan kepada istrinya karena terus harus menjaga bayi kecil itu sepanjang waktu, dia pun berinisiatif untuk memindahkan bayi mungil itu ke tempat tidur bayi yang sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Setelah itu Tirta meninggalkan kamar karena dia mendapatkan sebuah panggilan telpon dari kantor dan itu sangat penting terutama menyangkut masa depan bisnisnya sehingga dia langsung pergi dari kamar tersebut menuju ruang kerjanya.
Berjam jam sudah berlalu dan Tirta begitu di sibukkan dengan pekerjaannya hingga setelah selesai dia kembali memeriksa kondisi istrinya lalu ketika pandangannya beralih kepada bayi kecil yang buruk rupa dia benar-benar merasa sakit hati karena harus memiliki putri cacat seperti itu, rasa kesal dan amarah terus saja menyeruak di dalam hati Titra, hingga dia mengambil bayi itu dan membawanya keluar dari rumah secara diam diam tanpa sepengetahuan istrinya yang masih tertidur lelap.
Anehnya bayi kecil itu tiba tiba saja terbangun namun dia tidak mengeluarkan suara apapun atau menangis sekalipun, bayi itu sangat tenang dan dia hanya menatap pada wajah ayahnya dengan tatapan tajam dan mata yang berkaca kaca, Titra menelan salivanya dengan susah payah dia tiba-tiba saja merasa tidak tega untuk membuang bayi itu, namun tidak ada pilihan lain baginya dia tidak ingin menerima penghinaan dari seluruh rekan bisnisnya jika seandainya orang orang mengetahui bahwa istri cantiknya melahirkan seorang bayi buruk rupa dan penuh kutukan seperti itu.
Dia tetap membawa bayi kecilnya keluar dari rumah dan membuang bayi itu di tempat yang sangat jauh dari wilayah kekuasaannya bahkan dengan teganya Tirta menaruh bayi kecil hasil darah dagingnya sendiri ke dalam sebuah gerobak sampah, dia mulai menaruh bayi itu secara perlahan dan mengatakan kalimat perpisahan untuk terakhir kalinya.
"Maafkan ayah nak, ayah tidak bisa merawat anak sepertimu, tapi suatu saat nanti ketika kau sudah tumbuh besar ayah janji akan mencarimu lagi" ucap Tirta sambil memakaikan sebuah kalung liontin edisi terbatas dengan berlian merah di tengahnya.
Tirta sengaja memakaikan kalung itu kepada putrinya sebagai tanda terakhir agak kelak dia bisa mengenali putrinya jika takdir mempertemukan mereka kembali, Titra segera berpaling dan hendak pergi dari tempat itu namun tiba tiba saja hujan turun dengan deras dan petir menyambar ke sana kemari tanpa arah.
"Siiirrrr.....gledakkk...gledakkkk...." Gelegar petir yang terus menyambar dan derasnya air hujan yang turun ke bumi.
Saat itu sungguh aneh bagi Tirta karena hujan turun tanpa aba aba sedikitpun dan karena hujan badai tiba tiba saja turun dia mengurungkan niatnya untuk membuang bayi itu sehingga dia mengambilnya kembali dan membawanya masuk ke dalam mobil, tapi setelah dia membawa bayi itu masuk hujan badai perlahan reda dan tidak meninggalkan jejak sama sekali.
"Ada apa ini, bukankah tadi terjadi hujan badai?, Mengapa bisa tiba tiba berhenti seperti ini?, Apakah karena bayi kecil ini?" Gerutu Tirta dengan perasaan panik tak karuan dan mata yang terbelalak heran.
Dia kembali membawa putri kecilnya keluar dan menaruh bayi itu di tempat semula dia meninggalkannya laku segera masuk ke dalam mobil dengan cepat dan untuk yang kedua kalinya hujan badai kembali menerpa tempat itu, Titra yang sangat kaget merasakan sebuah keanehan di sekelilingnya dia segera menginjak pedal gas mobilnya dan pergi meninggalkan bayi kecilnya begitu saja.
Sepanjang jalan perasaannya tidak menentu dia diahantui oleh rasa takut terus menerus hingga dia sampai di rumahnya dan langsung mengunci pintu rumah dengan kuat dia juga menjumpai istrinya yang saat itu baru saja terbangun dan panik karena tidak dapat menemukan bayi kecilnya.
"Bayiku... Di mana bayiku?..." Teriak Melinda dengan wajah yang panik dan cemas.
Tirta datang menghampiri sang istri dan dia langsung memeluk istrinya dengan erat lalu mengatakan yang sebenarnya dia berkata jujur saat itu hingga mendapatkan tamparan dari Melinda.
"Maafkan aku sayang maafkan aku, bayi itu sudah aku buang dia bukan bayi kita lupakan bayi itu" ucap Titra dengan memeluk istrinya.
Melinda sangat kaget mengetahui hal itu dan dia langsung mendorong suaminya sangat keras lalu melayangkan tamparan yang cukup keras juga.
"Plakkkk..." Suara tamparan yang di layangkan oleh Melinda tepat mengenai pipi kanan Tirta.
"Kau....kau berani membuang putri kecilku, kau tidak tahu apa apa mengenai keluargaku kau tidak tahu bahwa keluargaku bukanlah manusia biasa, mereka adalah manusia istimewa mereka adalah paranormal yang tidak biasa bahkan kekayanmu ini dapat terus berjaya berkat keluargaku, mengapa kau bisa menjadi tidak tahu diri seperti ini Tirta!" Bentak Melinda dengan mata melotot dan merah penuh amarah.
Seketika Tirta merasa dirinya bersalah dan menyesal telah membuang buah hatinya sendiri dia langsung bersujud di depan kaki istrinya dan meminta maaf dengan penuh ke sungguhan.
"Maafkan aku Melinda aku telah gelap mata, tolong berikan aku maaf dan kesempatan" ucap Tirta menyesali perbuatannya.
Melinda berusaha tenang dan mengatur nafas serta emosi yang hampir menguasai dirinya sendiri dia pun membantu suaminya untuk bangkit dan meminta agar mengantarnya ke tempat dimana dia telah membuang bayi kecilnya.
"Menyesal tidak ada artinya, kita harus segera mengambil kembali bayi kecilku, ayo kita pergi Tirta sebelum ayahku yang lebih dulu mendapatkannya" ucap Melinda dengan perasaan yang diselimuti kecemasan.
Merekapun segera berangkat dengan terburu buru menuju tempat dimana Tirta membuang bayi kecil itu sebelumnya.
Keluarga Melinda memang bukan keluarga biasa dulu kedua orangtuanya adalah seorang para normal terkenal di salah satu desa terpencil yang berada di bawah kaki gunung, ayahnya adalah seorang kepala suku sekaligus orang yang menjadi teutua di desa tersebut, sedangkan ibunya adalah keturunan orang orang istimewa di mana mendapatkan keistimewaan berupa mengendalikan beberapa sihir.
Semua orang di desa sudah mengetahui mengenai hal itu dan hal janggal seperti itu sudah biasa bagi orang orang desa yang masih memelihara budaya serta adat istiadat, ibu Melinda yang bernama mpon Warni adalah satu satunya penghuni desa yang bisa mengendalikan mahluk halus setiap anak muda yang mengalami pengalaman janggal setiap di perjalanan menuju pendakian ke puncak gunung selalu di bekali petuah dari mbok Warni, karena dia adalah kunci gunung tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments