Damian’s Roommate

Besok paginya pukul 05.50 pagi, Hope terbangun dan keluar dari kamar. Hope merasa lapar, tetapi dia bingung harus memakan apa karena semalam Hope lupa membeli sarapannya untuk hari ini. Hope berniat untuk bertanya kepada Damian apa ada toko makanan sekitar sini, tetapi saat Hope keluar kamar dia melihat Damian masih tertidur lelap di sofa. Hope tidak enak membangun Damian, ditambah Hope masih menganggap Damian adalah orang yang galak.

Hope pun hanya berdiri memandangi Damian yang tertidur dan menunggunya bangun. Akan tetapi, tiba-tiba suara pintu terbuka dan Hope langsung mengedarkan pandangannya, ternyata di apartemen ini ada kamar satu lagi. Hope melihat ada seseorang yang keluar dari kamar itu seorang pria menggunakan penutup mata berjalan menuju dapur. Suara kulkas terbuka dan Bastian mengambil makanan dengan matanya masih menggenang penutup mata, itu membuat Hope takut. Refleks Hope langsung membangunkan Damian dan itu membuat Damian terkejut.

“Pak Damian bangun, ada orang aneh di apartemen Bapak,” ucap Hope.

“apa?” ucap Damian yang masih tidak bisa memproses apa yang Hope katakan.

Damian pun bangun dan berusaha mencerna apa yang Hope maksud, namun dari wajah Hope dia terlihat begitu ketakutan seakan ada maling yang masuk. tetapi, tidak mungkin apartemen Damian berada di lantai 10, siapa yang mempunyai nyali memalingkan apartemen di lantai 10. Tak lama kemudian, Bastian datang membawa sekotak sereal dan botol susu lalu satu buah mangkuk berserta sendoknya dengan masih menggunakan penutup mata.

“Apa yang kamu maksud dia?” tanya Damian dan Hope langsung mengangguk lalu menutup matanya dengan kedua tangan.

“HEY BASTIAN BANGUN!” Mendengar itu Bastian langsung menjatuhkan semua yang berada ditangannya dan tersadar, ternyata Bastian tidur sambil berjalan lagi. Bastian pun membuka penutup matanya dan terkejut melihat ada seorang wanita di apartemen Damian. Bastian pun langsung berpikir yang tidak-tidak saat melihat Hope.

“Apa kalian melakukan sesuatu saat aku tertidur?!” tanya Bastian.

“Tidak ada! Kamu tidak perlu takut dia hanya teman sekamar saya dan dia sedikit gila jadi jangan hiraukan,” ucap Damian dan Hope langsung menyingkirkan tangan lalu melihat kepada Bastian.

“Hei aku tidak gila, kamu yang gila membawa perempuan ke dalam apartemen ini, bagaimana jika tante Caitlyn mengetahui ini? Matilah kau,” ucap Bastian dengan nada tinggi.

“Kau yang lebih gila mengambil sereal lengkap dengan peralatannya saat tidur berjalan, lagi pula tidak terjadi apa-apa antara kami. Kau saja yang gila karena terlalu banyak memakan mi instan,” balas Damian.

“Hei! aku hanya memakan satu mi instan dan itu tidak menjadi faktor mengapa aku tidur berjalan.”

“Sudah jangan bertengkar, yang dikatakan Pak Damian itu benar kami tidak melakukan macam-macam. Pak Damian hanya berusaha membantu aku jadi tidak perlu curiga,” ucap Hope.

“Jangan bilang dia si pirang, aku akan membunuh kamu Damian.” Bastian langsung berlari menuju Damian, tetapi dia lupa jika dia menempuhkan semua yang tadi dia bawa termasuk susu. Bastian pun terpeleset karena tumpahan susu dan jatuh mengenai lantai, Damian yang melihat itu bukannya membantu malah menertawakan Bastian. Hope yang melihat itu terkejut ternyata seorang Damian bisa tertawa dan menertawakan seseorang.

“Aduh, sepertinya aku terkena geger otak,” ucap Bastian sambil mengelus kepalanya.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Hope yang ingin menghampiri Bastian, tetapi Damian mencegah itu.

“Kamu tidak perlu membantu dia, nanti kamu terpeleset dan terkena susu basi itu,” ucap Damian kepada Hope.

“APA?! Susu ini basi! mengapa kamu tidak bilang dari semalam?!” ucap Bastian yang histeris.

“Ayolah Bastian, kau orang dewasa yang bisa membaca tanggal kedaluwarsa produk. Oh iya kamu tidak bisa karena matamu tertutup,” ucap Damian lalu menertawakan Bastian.

Setelah puas menertawakan Bastian, Damian langsung membantu Bastian untuk bangun. Bastian pun mencium tubuhnya dan benar saja semua tubuhnya bau begitu busuk, hancur sudah sarapannya pagi ini. Bastian langsung bergegas untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan badannya dari susu basi itu. Setelah Bastian pergi Damian langsung merapikan kekacauan yang Bastian buat, Hope ingin membantu itu tetapi Damian menyuruhnya duduk diam.

Hope pun hanya duduk diam di sofa dan melihat Damian merapikan semua kekacauan itu. Hope sebenarnya ingin tertawa melihat hal yang baru saja terjadi, tetapi dia merasa tidak enak dengan Bastian. Namun, di sisi lain Hope tidak menduga jika Damian bisa seperti itu, Hope selalu menduga Damian adalah orang yang begitu serius.

“Hei pirang, apa kamu lapar?” tanya Damian dan Hope langsung mengangguk pelan.

“Aku tidak punya apa-apa, bagaimana kita sarapan bersama saat berangkat, hari ini kelas pagi,” ucap Damian dan Hope baru mengingat jika hari ini kelas pertamanya yang mengajar Damian.

“Akan tetapi, saya harus segera berangkat, saya takut ketinggalan bus hari ini,” balas Hope.

“Kamu tidak perlu khawatir, aku akan mengantar kamu hari ini.”

“Eh, nanti anak-anak kampus menjadi curiga bagaimana.”

“Baiklah aku akan menurunkan kamu tidak jauh dari kampus.”

“Oh ya, aku lupa bertanya siapa namamu.” Mendengar itu Hope langsung menghela nafasnya, bisa-bisa Damian tidak mengingat nama mahasiswinya sendiri. Padahal Hope selalu mendapat nilai yang bagus dan prestasi yang lumayan, tetapi tetap saja Damian tidak mengingat namanya. Pantas saja Damian memberikan semua nama panggilan untuk anak-anak yang diajar, dia tidak bisa mengingat namanya satu pun.

“Nama saya Hope.”

“Nama yang unik, siapa yang memberikan nama itu?”

“Seorang perawat yang membantu ibuku melahirkan, setidaknya itu kata orang-orang.”

“Kamu tidak terlihat senang, apa karena nama itu bukan dari orang tua kamu? Tenang saja namaku juga bukan berasal dari orang tuaku, yang menamaiku adalah kakek.”

“Baiklah, sekarang Pak Damian harus memanggil aku Hope bukan si pirang lagi.” Damian pun tertawa kecil mendengar itu, sepertinya Hope sudah lupa jika Damian adalah Dosen yang kejam. Damian menghampiri Hope dan mengacak-acak rambutnya Hope, Hope pun terkejut Damian melakukan hal itu kepada dirinya. Mengapa Damian yang di kampus dan Damian yang berada di depan Hope sekarang begitu berbeda, itu membuat Hope bingung.

“Hei anak kecil, apa kamu lupa aku ini siapa?” Tanya Damian.

“Tidak, perbuatanku tadi bukan bermaksud lancang aku hanya memberi tahu namaku dan jangan memanggilku si pirang lagi,” bela Hope dan Damian langsung tertawa.

Tak lama kemudian Bastian keluar dari kamar mandi dengan badan sudah segar. Namun, ada hal yang mengganggu mata Bastian, yaitu Damian dan Hope yang sedang berbicara bersama. Ini seperti mimpi buruk untuk Bastian melihat sahabatnya sendiri dekat dengan seseorang, ditambah seorang wanita. Melihat Bastian yang sudah selesai dengan halnya, Damian langsung bersiap-siap untuk mandi, sedangkan itu Damian menyuruh Hope untuk mandi dikamar mandi yang berada dikamar Damian, bahkan Damian menyuruh Hope mengunci pintunya.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!