Damian, seorang dosen muda yang mengajar di fakultas Kedokteran. Damian berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup kaya raya, ayahnya seorang pebisnis andal, ibunya sudah meninggal sejak usainya 5 tahun tetapi Damian memiliki ibu sambung dan saudara satu ayah. Ibu sambung Damian adalah seorang ibu rumah tangga biasa dan saudaranya adalah seorang pengacara muda yang sukses.
Semua itu terdengar seperti hidup yang sempurna dan bahagia. Namun tidak ada yang tahu apa yang terjadi dibalik kehidupan sempurna itu. Keluarga ayahnya selalu membenci Damian karena ibunya dahulu adalah gadis dari keluarga biasa saja, ayahnya bahkan jarang menganggap Damian ada dan saudaranya yang selalu iri dengannya. Satu-satunya orang yang memedulikan Damian adalah ibu sambungnya, banyak yang tidak percaya saat mendengar itu tetapi itulah kenyataannya.
Di hari Minggu seperti biasa Damian datang ke rumah orang tuanya untuk sarapan bersama, itu adalah tradisi di keluarga Damian. Damian datang bersama sahabatnya Bastian karena Damian tidak mempunyai siapa-siapa lagi untuk diajak. Bastian sahabat Damian semenjak SMA, Bastian memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan Damian hingga membuat banyak orang tidak percaya mereka berteman.
“Aku masih tidak mengerti, mengapa kita harus mendatangi perkumpulan konyol ini,” keluh Bastian yang mengganggu Damian yang sedang memarkir mobilnya.
“Itu sebagai tanda jika aku menghargai mereka,” ucap Damian.
“Ayolah kawan, mereka saja tidak menghargaimu,” balas Bastian dengan nada ketus.
“Berhentilah berbicara aku ingin memarkirkan mobil ini!”
“Baik, tetapi aku hanya berbicara yang sebenarnya.”
Setelah memarkirkan mobil, Damian dan Bastian langsung pergi ke halaman belakang rumah untuk bertemu yang lain. Di halaman belakang sudah ada Dareen saudara Damian, Caitlyn ibu sambungnya Damian, dan tentu saja neneknya Damian. Tidak lupa dengan tamu undangan mereka, yaitu keluarganya Amber. Kedua keluarga itu ingin membahas perjodohan Dareen dan Amber.
“Benci mengatakan ini, tetapi lihatlah betapa pencitraan semua ini,” bisik Bastian.
“Eh, Damian dan Bastian sudah datang. Ayo duduk sini,” panggil Caitlyn yang menyuruh mereka berdua untuk bergabung.
“ Di mana ayah?” tanya Damian.
“Dia bentar lagi datang, kamu tidak usah khawatir,” jawab Caitlyn.
“Untuk apa khawatir, aku yakin pasti ayahmu tidak akan memperhatikan sama sekali,” celetuk Bastian, sontak Damian langsung menatap tajam kepada sahabatnya itu. Bastian pun baru mengingat jika dia harus mengontrol mulutnya saat bertemu dengan keluarga Damian karena bisa dibilang keluarga Damian begitu sensitif.
“Hahaha, kamu bisa saja bercandanya Bastian,” ucap Caitlyn yang berusaha mencairkan suasana karena semua orang memandang Bastian dengan begitu tajam.
Tak lama kemudian Liam datang dan semua orang langsung duduk di kursi masing-masing. Semua pun mulai menyantap makanan mereka dan Liam bersama orang tuanya Amber membahas tentang bisnis dan perjodohan Dareen dan Amber, sedangkan Damian hanya diam saja dan Bastian sibuk menyantap makanannya. Suasana terasa begitu canggung untuk Damian, entah mengapa rasanya Damian ingin segera keluar dari rumah ini.
“Sebelum kita semua selesai, mari bersulang untuk Dareen yang berhasil memenangkan kasusnya,” ucap Helen yang mengangkat gelasnya. Mendengar itu semua orang langsung mengangkat gelas mereka dan bersulang termasuk Damian dan Bastian. Semua orang mulai memuji Dareen yang begitu hebat dan memberikan selamat.
“Perkerjaan kamu sungguh berjasa untuk masyarakat, berbeda dengan Damian yang mengajar anak-anak berandalan,” ucap Helen yang menyindir Damian, Damian yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Memang anak-anak di fakultasnya banyak yang bergaul dengan cukup bebas, tetapi setidaknya mereka masih ingin belajar.
“Ah, Mama tidak boleh bilang seperti itu. Damian sudah berusaha sebaik mungkin,” bela Caitlyn.
“Iya menurut aku Kak Damian itu hebat,” ucap Amber.
“Menurut Ayah, kamu harusnya mencari pekerjaan yang lebih baik daripada mengajar seperti itu,” ucap Liam.
“Permisi, saya harus ke toilet,” balas Damian yang langsung bangun dari duduknya dan pergi masuk ke dalam rumah diikuti oleh Bastian.
Setelah beberapa saat Damian tak kunjung kembali juga, Caitlyn memutuskan untuk menyusul anak itu. Caitlyn khawatir jika Damian sakit hati mendengar itu semua, Caitlyn tidak habis pikir dengan mertua dan suaminya yang terus mengkritik Damian, sedangkan Dareen yang melihat Caitlyn pergi langsung berpikir jika Caitlyn ingin menemui Damian. Menurut Dareen, Caitlyn terlalu menyayangi Damian hingga melupakan anak kandungnya. Di dalam rumah Caitlyn melihat Damian dan Bastian sedang berbincang di dapur, ditambah Bastian yang memakan buah-buahan di dapur.
“Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” tanya Caitlyn.
“Jika boleh jujur Tante, lebih baik kami di sini daripada di sana,” ucap Bastian sambil menunjuk ke halaman belakang.
“Bastian, bisa kamu tinggalkan kami berdua,” pinta Caitlyn dan Bastian langsung pergi dari dapur. Caitlyn pun menatap putranya yang penuh dengan rasa kecewa, seperti dugaan Caitlyn, Damian merasa kecewa dengan omongan mertua dan suaminya. Raut wajah Damian sudah mengatakan itu semua dan Caitlyn tidak perlu bertanya lagi.
“Aku tahu kamu merasa kecewa oleh ucapan nenek dan ayah kamu, jadi diambil hati, ya. Aku tahu pekerjaan kamu sama mulianya dengan perkerjaan Dareen,” ucap Caitlyn dan Damian langsung tersenyum tipis.
“Terima kasih Tante, Tante harusnya tidak merasa bersalah karena omongan mereka. Lagi pula aku sudah terbiasa mendengar itu,” balas Damian.
“Baik, jika kamu ada masalah cerita saja kepada Tante ya jangan dipendam sendiri.”
“Pastinya, memang aku ingin bercerita kepada siapa lagi yang ingin mendengar ceritaku hanya Tante saja.” Mendengar itu Caitlyn langsung memeluk Damian, Caitlyn merasa kasihan dengan Damian yang terus dikucilkan oleh keluarganya sendiri terutama ayahnya. Caitlyn pun melepaskan pelukan dan menyuruh Damian untuk pulang karena untuk apa Damian ada di sini jika hanya untuk dikucilkan.
***
Keesokan harinya. Damian sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus, sedangkan Bastian masih bersantai di ruang televisi dengan pakaian tidurnya. Sebelum berangkat Damian mengecek barang-barangnya agar tidak ada satu pun yang tertinggal, saat merapikan barang Damian tidak sengaja menjatuhkan makalah seseorang. Damian pun melihat makalah itu, makalah milik Hope. Damian membawa pulang makalah itu karena itu membuat Damian tertarik, bukan dengan isinya. Namun dengan kertas makalah itu yang lecek seperti bekas terkena air.
Selama sebulan mengajar, Damian terus memperhatikan Hope karena dia merasa ada yang tidak beres dari Hope. Setiap hari Hope memakai jaket atau baju lengan panjang walaupun cuacanya panas, awalnya Damian melihat itu biasa saja hingga suatu hari Damian melihat memar di leher Hope. Memang Damian tidak melihat jelas memar itu karena tertutup oleh rambut Hope, tetapi Damian yakin jika itu adalah luka memar bekas pukulan seseorang.
“Apa kau masih mencari tahu tentang gadis itu?” tanya Bastian yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Damian.
“Iya, aku masih merasa curiga dengan gadis itu. Aku sudah mencari tahu tentang keluarganya dan yang aku temukan adalah hal mengerikan. Ayahnya pernah ditangkap karena menggunakan obat-obatan terlarang dan ibunya adalah penipu,” ucap Damian.
“Itu semua terdengar tidak mungkin, lihatlah gadis itu mempunyai beasiswa penuh di fakultas Kedokteran, itu adalah hal yang cukup sulit. Jadi terdengar tidak mungkin jika keluarga gadis itu yang seperti kamu bilang,” balas Bastian.
“Ya. Akan tetapi, itu semua bukti. Ini semua karena Amber yang membuatku penasaran.”
Awalnya Damian menganggap Hope seperti mahasiswi biasa saja hingga suatu hari Damian melihat Amber yang selalu bersama dengan Hope. Awalnya Damian masih menganggap itu normal, tetapi suatu hari Damian melihat Amber yang membicarakan hal buruk tentang Hope kepada mahasiswi kampus. Damian mencari tahu dan benar saja Hope tidak memiliki teman, lalu mahasiswi kampus membicarakan hal buruk tentang Hope.
Memang jika dilihat dari segala sisi Hope lebih menarik daripada Amber, Amber hanya menang dengan anak dari keluarga terhormat dan kaya raya, sedangkan Hope menang dengan kepintarannya dan sikap yang ramah, tetapi itu tidak mungkin menjadi alasan untuk Amber membicarakan hal buruk tentang Hope. Awalnya Damian berpikir seperti itu. Namun, makin lama Damian memperhatikan Amber makin terlihat cemburu dan ingin lebih unggul dari Hope. Amber mengetahui jika Damian memperhatikan Hope saat kelasnya, maka dari itu Amber mengatakan pada Hope jika Damian memerhatikannya.
“Apa kau tahu ini bukan urusanmu?” tanya Bastian.
“Tentu saja aku tahu, aku tidak sebodoh itu. Akan tetapi, tetap saja gadis itu terlihat aneh dan aku merasa kasihan kepadanya lihatlah perlakuan Amber, bahkan gadis itu tidak menyadarinya,” ucap Damian dengan nada tinggi.
Bastian menepuk pundak Damian lalu berkata. “Aku rasa kamu tidak mau gadis itu merasakan yang kamu rasakan, sikap Amber sama saja seperti Dareen.”
“Ya, bisa dibilang seperti itu, maka dari itu kamu harus membantu menyelidiki.”
“Baik. Lalu, apa aku bisa mengencani teman gadis itu?”
“kau tidak akan mengencani siapa pun, apalagi mahasiswi di fakultasku.”
Bastian pun langsung memasang wajah cemberut padahal Bastian ingin mengencani Stevani, menurut Bastian Stevani adalah gadis yang cantik dan pemberani. Bastian mengingat saat mereka pertama kali bertemu, Stevani memarahi Bastian karena parkir sembarangan di kampus. Detik itu juga Bastian langsung jatuh hati kepada Stevani dan ingin mengencaninya, tetapi tidak tahu bagaimana.
“Sudahlah, aku ingin berangkat,” ucap Damian langsung menyingkirkan tangan Bastian dari pundaknya.
Bersambung…..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
VA♡😹
smangat thorr
2023-02-12
2