Drt … drt … drt …
Melvin terbangun begitu mendengar ponselnya berdering. Tapi hendak dia menjawab panggilan itu sudah mati. Melvin pun kembali meletakkan ponselnya dan dia mencoba membuka matanya dan mengumpulkan setengah nyawanya yang belum terkumpul.
Mata Melvin terbuka dan dia merasakan pusing di kepalanya. Dia pun bangun lalu menggelengkan kepalanya dan melihat sekeliling yang sudah terang. Dia belum sadar apa yang sudah terjadi padanya. Lalu perlahan dia teringat apa yang dia lakukan semalam saat efek pusing di pikirannya itu tidak juga hilang.
“Aku ke club semalam.” Ujarnya mulai mengingat.
Lalu otak Melvin mulai mengingat satu persatu kejadian semalam hingga kemudian matanya melotot begitu mengingat bahwa dia menghabiskan malam dengan seorang gadis yang tidak dia kenal.
Melvin melihat bagian bawah tubuhnya yang tertutup dengan selimut dan seketika dia meringis menyadari bahwa ingatannya tidak salah. Dia sudah melakukan sesuatu yang salah dan berdosa kepada seseorang, “Di mana gadis itu? Jangan katakan bahwa dia pergi dari sini meninggalkanku seperti cerita di novel-novel membosankan yang sering di baca Selena.” Selena itu adalah sekretarisnya.
Melvin segera bangun dari ranjang dan meraih celananya yang berhamburan di kamar hotel itu. Dia segera memakainya dengan cepat dan mencari gadis yang di tidurinya itu di kamar mandi dan seluruh ruangan kamar hotel itu. Tapi sayang dia tidak menemukan siapapun di sana.
“Akh sial. Dia beneran pergi meninggalkanku?” ujar Melvin lalu melempar selimut di ranjang itu.
Seketika mata Melvin kembali melotot melihat noda darah yang sudah mengering di seprai ranjang itu. Melvin mendesis begitu menyadari sesuatu. Dia mencoba mengingat kejadian semalam namun ingatannya terkait hubungan yang terjadi semalam buram. Dia tidak bisa mengingat wajah gadis itu dengan jelas. Namun hanya satu yang dia ingat dengan jelas bahwa penyatuan mereka itu sangat memabukkan dan nikmat hingga membuatnya gila dan mengulanginya berulang kali.
“Sial. Brengsek kau Melvin. Kau merusak seorang gadis. Mami maafkan aku!” ucap Melvin mengusap wajahnya seketika dia teringkat maminya. Maminya selalu mengajarinya untuk selalu menghormati wanita dan jangan pernah merusak mereka. Tapi hari ini dia melakukannya.
“Aku harus menemukannya dan mempertanggung jawabkan apa yang telah ku perbuat padanya. Aku pasti akan menemukannya. Pasti. Tidak ada yang bisa menghalangiku menemukannya.” Tekad Melvin lalu dia segera memakai semua barang-barangnya dan tidak lupa dia melepas seprai hotel itu dan menumpuknya agar pegawai hotel tidak menyadari apa yang sudah terjadi di kamar itu.
Melvin segera keluar dari kamarnya dan melakukan check out hotel. Dia segera menuju mobilnya dan segera mengendarainya. Di perjalanan dia menghubungi asistennya.
“Halo, tuan. Anda di mana?” tanya Deo cepat begitu panggilan tersambung.
“Jangan tanya aku di mana Deo. Aku punya pekerjaan yang penting untukmu saat ini. Aku sedang pusing.” Ujar Melvin.
“Pekerjaan apa tuan. Saya saat ini sedang menangani klien yang akan bertemu dengan anda.” Ujar Deo.
“Suruh Selena mengatasi klien itu sampai aku tiba di kantor. Aku punya pekerjaan untukmu. Kau harus menyelesaikannya. Aku tidak mau kegagalan.” Ucap Melvin tanpa bisa di tolak.
“Baiklah. Tuan katakan saja apa yang harus saya lakukan.” Ujar Deo.
“Cari rekaman CCTV hotel M mulai dari lobi hingga kamar 607 di lantai enam. Ohiya CCTV di club Having Fun juga. Aku tidak mau ada yang terlewat.” Pinta Melvin.
“Ada apa tuan? Kenapa anda ingin saya membobol CCTV hotel dan club? Apa ada yang terjadi?” tanya Deo penasaran. Dia sangat tahu bahwa tuan mudanya itu tidak pernah ke club dan dia selalu pulang ke rumah baik rumah pribadinya maupun rumah orang tuanya. Sangat jarang menginap di hotel kecuali terkait pekerjaan jika harus ke luar kota dan luar negerti yang mengharuskannya menginap di hotel. Tapi tidak dengan hari-hari biasanya. Dia selalu pulang.
“Tidak usah banyak bertanya Deo. Kerjakan saja yang aku perintahkan.” Ucap Melvin tegas.
“Saya tidak ingin mengerjakan apa yang tidak saya ketahui tuan.” Ujar Deo dari seberang.
“Ck, kau itu asistenku Deo. Kenapa selalu saja memerasku di saat begini. Baiklah, aku meniduri seorang gadis. Puas?” ucap Melvin kesal dengan asistennya itu.
Deo yang di seberang berteriak kaget, “Apa?”
“Ck, jangan berteriak Deo. Kau merusak gendang telingaku. Cepat lakukan apa yang ku minta. Jika kau ingin bonusmu bulan ini keluar.” Ancam Melvin.
“Baik tuan. Akan saya kerjakan.” Ucap Deo. Lalu setelah itu sambungan telepon pun terputus.
***
Di sisi lain, di sebuah kamar apartemen ada seorang gadis ahh bukan dia bukan gadis lagi karena kehormatannya sudah di renggut darinya.
“Hiks … hiks … hiks …” Tangis seorang gadis.
“Ck, hentikan Lila. Apa yang kau tangisi. Semua sudah terlambat. Tangisan tidak akan mengembalikan semua seperti sedia kala. Kehormatanmu tidak akan kembali. Kau harus memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.” Tangis Lila menghapus air mata di pipinya.
“Aku bodoh. Kenapa datang ke tempat haram itu. Mommy dan Daddy sudah melarangku untuk pergi kesana tapi kenapa aku tidak mendengarnya.”
“Maafkan aku mom, dad. Aku sudah tidak suci lagi. Aku ternoda. Aku gadis yang buruk. Pantas saja kalian pergi meninggalkanku secepat ini karena kalian tidak ingin menanggung malu atas perbuatanku. Aku memang bukan putri yang berbakti. Aku berdosa. Sangat berdosa.” Ujar Lila sambil memandangi fotonya bersama kedua orang tuanya itu.
Drt … drt … drt …
Lila segera meraih ponselnya dan menekan ikon hijau, “Halo!” ucap Lila lemah. Dia lelah dengan apa yang terjadi pada hidupnya. Dia lelah dengan semuanya. Kemarin dia kehilangan daddynya dan malamnya dia kehilangan kesuciannya karena kesalahannya sendiri.
“Semua yang kau minta sudah di tanganku. Apa aku harus mengirimkannya padamu atau aku hancurkan saja?” ujar seseorang di seberang sana.
“Jangan hancurkan. Kirimkan saja padaku.” Ucap Lila.
“Baiklah. Aku akan mengirimkannya.” Jawab orang itu.
Lila pun mengangguk dan diam saja, “Lila, apa kau baik-baik saja?” tanya orang itu begitu mendengar tidak ada suara.
“Yah, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.” Balas Lila.
“Baiklah. Jika memang begitu. Aku harap kau memang benar-benar baik.” ucap orang itu dengan lembut.
Lila hanya mengangguk lalu panggilan itu terputus. Lila menatap nanar ponselnya yang mulai masuk pesan yang di kirimkan oleh orang suruhannya itu.
Lila meletakkan ponselnya kembali dan meraih botol obat yang dia beli tadi dan kembali meminum beberapa butir pil pencegah kehamilan. Lila bukan orang bodoh yang tidak tahu akibat dari kejadian yang terjadi semalam.
Dia singgah di apotik dan sudah meminum beberapa pil pencegah kehamilan begitu pulang dari hotel dan kini dia kembali meminumnya karena tidak ingin sesuatu yang tidak di inginkan itu tumbuh dalam rahimnya. Tidak untuk saat ini. Dia stress.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Yuni Formosa
cerita bgus tpi like sedikit
2023-09-02
0