My Secret With CEO
Tuk
Greyila atau biasa di panggil Lila itu kini kembali menjatuhkan tubuhnya di depan makam baru yang baru dengan tanah yang berwarna merah sebagai buktinya dan ada bunga yang baru saja di taburkan. Bahkan beberapa orang pelayat masih ada di sana. Lila menatap makam itu dengan tatapan sedih dan air mata yang menetes di pipinya.
“Dad, kau kenapa jahat padaku? Kenapa kau meninggalkan aku sendiri? Dad, aku membencimu bahkan kebencian ini melebihi kebencian saat kau membawa dua wanita ular itu ke rumah. Dad, kembalilah!” ucap Lila menangis tanpa suara. Hanya air matanya yang terus menetes di pipinya menatap dua makam yang berdampingan itu.
Satu makam masih baru milik sang daddy dan satunya lagi makan sang mommy yang sudah pergi dua tahun lalu meninggalkannya, “Kau jahat dad. Kau dulu berkata akan menemaniku sampai aku memiliki suami dan anak. Tapi ternyata kau sama saja dengan mommy yang pergi meninggalkanku. Kalian jahat, kenapa meninggalkan aku sendiri dengan dua wanita ular itu. Dad, Mom aku sayang kalian.” ucap Lila akhirnya suara tangisan itu terdengar.
Lila menatap dua makam di hadapannya itu bergantian sampai ada seseorang yang menepuk pundaknya, “Lila, jangan menangis. Aku tidak rela melihat air mata ini di pipimu. Bukankah aku sudah berkata aku tidak suka air mata ini ada di pipimu? Jangan menangis. Kau tidak sendiri ada aku yang akan selalu ada untukmu. Aku akan menemanimu. Aku tahu kehadiranku tidak akan membuat luka kehilangan itu hilang tapi tidakkah kau bahagia kini daddy dan mommy kembali bersatu setelah di pisahkan oleh dua wanita jahat itu. Kau harus bangkit Lila. Bukankah kau ingin mengusir mereka dari rumah milik mommy-mu.” Ucap Yola sang sahabat yang selalu setia mendengarkan segala keluh kesahnya selama dua tahun terakhir ini sejak kepergian sang mommy.
Lila segera memeluk sahabatnya itu, “La, apa aku bukan anak baik sehingga harus kehilangan orang tua di usia ini? Mereka sudah berjanji akan menemaniku sampai aku memiliki anak tapi kini itu tinggallah janji saja. Mereka sudah gak ada. Apa aku pergi menyusul mereka saja?” ucap Lila menatap sahabatnya.
Yola segera menghapus air mata sahabatnya itu dan menggeleng, “Kau anak baik, Lila. Ini semua sudah menjadi takdir yang harus kita terima. Bukankah kau selalu mengatakan itu padaku. Jangan sedih aku akan selalu ada untukmu.” Ucap Yola.
“La, kenapa rasanya sangat sakit. Aku--”
“Sstt, lebih baik kita pergi sekarang yaa. Kita pulang. Lihat langitnya sudah mendung seolah tahu kau sedang sedih sehingga dia pun ikut menangis bersamamu. Ayo kita pulang nanti kita mengunjungi mommy dan daddymu lagi. Aku tidak mau kau sakit. Ayo!” ucap Yola membantu Lila berdiri.
Lila dan Yola pun segera meninggalkan makam itu yang sudah sunyi tinggal mereka berdua dan petugas penjaga makam saja. Lila menengok ke belakang menatap makam kedua orang tuanya itu, “Aku harap kau sudah bertemu dengan mommy di sana, Dad. Aku harap kalian bahagia di sana. Dad, lihatlah dua wanita yang kau bawa ke rumah. Mereka hanya datang sebentar saja dan kini mungkin sedang berpesta atas meninggalnya dirimu. Aku akan mencari tahu apa alasanmu membawa dua wanita itu ke rumah, Dad. Aku yakin alasannya bukan seperti yang aku ketahui saat ini. Aku yakin pasti ada alasan besar di balik ini. Aku akan mencari tahu sendiri. Jangan khawatir aku akan menjaga diriku sendiri.” Batin Lila meninggalkan makam itu dengan naik mobilnya yang di kendarai supir bersama Yola.
“Kau mau di antar kemana? Mau pulang ke rumah atau apartemen?” tanya Yola hati-hati.
“Kita singgah di rumah sebentar dulu. Aku ingin memastikan semua barang mommy dan daddy aman dari dua wanita gila itu. Setelah itu kita ke apartemen.” Jawab Lila.
Yola pun mengangguk lalu segera meminta supir mengantarnya ke rumah Lila. Tidak lama sekitar 10 menit saja mereka sudah tiba di kediaman mewah milik keluarga Lila. Yola segera membantu Lila turun dan masuk ke dalam rumah itu. Begitu masuk mereka langsung di suguhkan dengan pemandangan di mana ibu tiri dan kakak tiri Lila itu sedang berpesta minum di ruang tengah.
Lila hanya memandang sekilas lalu dia menuju kamarnya dan juga kamar mendiang mommynya. Yola hanya ikut saja di belakang Lila karena dia memang sudah tahu tabiat ibu tiri dan kakak tiri Lila itu. Hanya sekitar 20 menitan Lila ada di sana. Kini dia keluar dengan membawa koper kecil miliknya, “Wah, Mih sepertinya ada yang sudah tidak menginginkan rumah ini. Apa itu berarti rumah ini sudah jadi milik kita dan kita bisa menjualnya.” Ucap Aruna sambil menggoyangkan gelasnya.
Lila berbalik dan menatap dua wanita yang menjadi duri dalam hidupnya, “Ingat, kalian hanya menumpang di sini. Ini adalah rumahku. Ingat rumahku. Jadi berlagaklah seperti orang yang menumpang. Jangan sok jadi pemilik.” Ucap Lila tajam lalu dia segera berbalik meninggalkan ibu tiri dan kakak tirinya itu menatapnya nyalang.
Singkat cerita, kini Lila sudah tiba di apartemennya dan Yola pun membantu Lila merapikan barang yang dia bawa tadi. Setelah itu Lila meminta Yola untuk pulang karena dia ingin sendiri dulu. Yola pun paham hal itu dia segera pergi tapi berpesan jika ada apa-apa Lila harus menghubunginya. Lila hanya mengiayakan saja permintaan sahabatnya itu.
Kini tinggallah Lila sendiri di apartemen besar itu. Apartemen yang dia minta sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-21 tahun tepat sebulan sebelum sang mommy pergi. Apartemen ini menjadi hadiah ulang tahunnya terakhir karena setelah sang mommy pergi dia tidak lagi merayakan ulang tahunnya. Lila segera ke kamarnya dan memegang bingkai foto yang tadi dia bawa dari kamar mommynya dimana difoto itu ada dirinya, daddynya dan mommynya dengan tersenyum bahagia, “Aku rindu kalian.” ucap Lila menangis.
***
Di sisi lain, di sebuah mansion mewah ada seorang pria yang kini terlibat perdebatan dengan maminya, “Mih, sudah berapa kali aku katakan bahwa aku gak mau dijodohkan sama sekali. Aku akan menemukan calon istriku sendiri. Pokoknya aku gak mau di jodohkan sama sekali titik dan ini terakhir kalinya aku mengatakannya. Jika mami masih saja bersikeras menjodohkan aku maka aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi.” Ucap Melvin tegas menatap sang mami.
“Mami hanya ingin melihatmu menikah nak. Lagian umurmu sudah cukup untuk meminta rumah tangga. Selain itu juga gadis yang mami pilih berasal dari keluarga yang baik.” bela Elea.
“Mih, aku baru 28 tahun. Biar aku tekankan lagi 28. Aku masih muda dan jika pun aku menikah. Aku pasti menikah dengan gadis yang aku cintai bukan dengan perjodohan. Sudah sampai sini saja pembicaraan ini.” ucap Melvin lalu pergi ke kamarnya. Elea yang melihat sang putra pergi hanya bisa menghela nafas lalu menatap suaminya yang duduk santai sambil membaca majalah bisnis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
reza indrayana
pernah baca tp kangen...jdi baca lgi dechh...🥰🥰🥰💙💙💛💙💙😘😘😘
2024-02-23
1
Rara Kusumadewi
semoga tidak ada pelakor disini
2023-11-04
2
sansan
maaf ya thor... baru awal baca ak bacanya gerilya...🤭🤭
2023-09-22
1