Bab 5

Flashback

Seperti biasa Reyhan selalu tidur di sekolah saat waktu pulang tiba. Itu sudah menjadi kebiasaan nya.

Reyhan terbangun dan melihat sudah pukul 14:30, dia kemudian bergegas untuk pulang.

Di perjalanan pulang, dia melihat segerombolan pemuda menghajar tiga orang gadis, dia kemudian berinisiatif untuk membantu.

Betapa terkejutnya Reyhan saat mengetahui salah satu gadis itu adalah Clara. Apalagi ada seorang pemuda yang ingin memukulnya dengan kayu dari belakang.

Reyhan yang melihatnya menjadi sangat marah, dia langsung memberikan bogem mentah kepada pemuda itu.

Flashback end

Bugghhh

"Jangan ganggu pacar gue!!"

Reyhan menatap nyalang ke arah Wildan. Wajahnya merah, dan nafasnya memburu.

"Ka_kak Reyhan"

"Wah, aku tak menyangka, baru seminggu kamu putus dariku, tapi kamu sudah memiliki pacar baru. Apalagi pacar barumu adalah Reyhan Ananda Setya. Bagaimana caramu menggoda nya hm? Dengan tubuhmu?" Wildan tersenyum menyeringai.

"Diam kau!"

Reyhan langsung menarik kerah baju Wildan dan menghajarnya sampai babak belur.

"Kak Rey, berhenti!"

Teriakan Clara menghentikan aksi Reyhan. Reyhan menghempaskan tubuh Wildan ke tanah.

Clara menghampiri keduanya sambil menangis, dia melihat Wildan yang sudah tidak berdaya dengan penuh luka di wajahnya.

"Wildan.. Kenapa Wil? Kenapa kamu mempermainkan aku? Apa salahku? Kenapa harus Ayunda yang menjadi selingkuhan mu? Wil kenapa?!!"

Clara berteriak, air matanya mengalir tanpa izin, ingin rasanya dia meninju Wildan sampai berdarah supaya hatinya puas, tapi hati kecil nya masih sangat mencintai pemuda yang sudah mengkhianati nya.

Wildan menatap Clara dengan perasaan berkecamuk, ada rasa sakit di dadanya saat melihat Clara menangis seperti itu, tapi dia mencoba mengabaikannya.

"Salah Lo? Karena Lo itu terlalu pintar jadi bisa gue manfaatin. Kenapa gue mempermainkan Lo? Karena Lo terlalu bodoh hingga percaya dengan apa yang gue lakuin, dan Lo nanya kenapa harus Ayunda? Karena dia itu cantik bukan kayak Lo yang cuma gadis udik!"

Clara diam mematung, dia masih mencerna apa yang di ucapkan Wildan, otaknya seperti sudah tidak berfungsi membuatnya tidak bisa berpikir.

"Dan satu lagi, Lo itu terlalu tolol karena percaya dengan semua akting gue. Gue jijik saat bersama Lo karena Lo itu gadis gembel"

Bugghhh

Reyhan yang sudah geram langsung meninju Wildan membuat nya kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya.

Reyhan langsung menarik tangan Clara dan menyuruhnya naik ke atas motor sport miliknya. Setelah memastikan Clara naik, Reyhan berkata kepada Mita dan Santi.

"Kalian bisa pulang dengan taksi kan?"

Setelah mendapatkan anggukan dari keduanya, Reyhan melesat pergi meninggalkan tempat itu.

Mita dan Santi berjalan menghampiri Wildan sambil menatapnya sinis.

bugghhh

bugghhh

Dua pukulan mendarat di wajah Wildan, tentu dari Mita dan Santi yang dari tadi menahan geram atas perlakuan Wildan.

Wuussh

Greep

Santi ingin melayangkan pukulannya tapi di halangi oleh Mita. Matanya memerah menyiratkan kemarahan, dia menatap Mita dengan penuh emosi.

"Lepasin!"

"Sabar San, gue tau Lo emosi tapi gak gini juga, Lo bisa aja membunuh dia, San!"

Mita melepaskan tangannya saat melihat Santi sudah lebih tenang.

Santi menatap Wildan yang terlihat menyedihkan dengan luka luka di tubuhnya.

"Rasakan akibatnya! Sekali lagi Lo gangguin kita, gue jamin tu kepala bakalan lepas dari tubuhnya."

Santi berkata dengan wajah yang sangat mengerikan. Walaupun dia adalah yang paling kalem di antara ke dua sahabatnya, tapi jika dia marah maka dia akan berubah menjadi seperti iblis.

Mereka berdua kemudian meninggalkan tempat itu dan pergi menuju halte.

"Lihat saja, kalian akan mendapatkan hukuman nya besok"

Seorang pria mengintip dari balik pohon, dia tersenyum menyeringai. Sudah dari tadi dia terus mengawasi pertarungan Clara dan gengnya Wildan. Pria itu kemudian meninggalkan tempat tersebut.

...----------------...

Reyhan melajukan motornya ke sebuah taman. Dia menurunkan Clara dan mengajak nya duduk.

Reyhan menatap lekat Clara. Ada rasa yang aneh di dalam hatinya saat melihat wajah Clara yang terluka membuat nya sangat marah sekaligus khawatir.

"Kenapa lo melawan mereka ha? Apa lo ingin cari mati? Kenapa lo gak hubungi gue? Kan gue dah bilang kalau ada apa apa lo harus hubungi gue. Jika gue gak datang tadi, entah apa yang akan terjadi sama Lo!"

Reyhan mengomelinya dengan nada tinggi, dia mencengkram erat bahu Clara.

Melihat Clara menangis karena di marahi olehnya, membuatnya iba dan merasa bersalah, tidak seharusnya dia memarahi Clara seperti itu.

"Sudah jangan menangis lagi, itu hanya akan membuat luka lo tambah perih, lo tunggu di sini, gue akan kembali"

Reyhan meninggalkan Clara di taman, kemudian dia kembali dengan membawa kotak obat.

Reyhan merawat luka Clara dengan hati hati, sesekali dia mencuri pandang ke wajah Clara.

"Sshh.. pelan pelan kak"

"Iya maaf, gue akan pelan pelan"

Reyhan sedang mengobati bibir Clara, tapi dia selalu di alihkan dengan bibir mungil itu, ada hasrat yang membuatnya ingin sekali mencium bibir mungil milik Clara.

"Hiks... hiks"

Clara kembali menangis membuat Reyhan kebingungan.

"Duh, kok lo malah nangis lagi? Gue minta maaf karena marahin Lo tadi, itu karena gue khawatir"

Reyhan sepertinya tidak sadar saat dia mengatakan 'khawatir' yang artinya dia sudah mulai peduli dengan Clara.

Melihat Clara yang bukannya berhenti malah tambah menangis membuatnya bertambah bingung.

'Aha! Gue tanya Mbah google aja deh, mbah google kan yang paling pintar'

Reyhan segera mengetik di pencarian bagaimana cara menenangkan cewek yang lagi nangis dan dia mendapatkan hasilnya.

'Duh, harus peluk dan katakan kata kata yang membuat nya tenang, kalau cuma kata kata mah aku bisa, tapi kalau peluk..ah bodo amat'

Reyhan langsung memeluk Clara dan membenamkan wajah Clara di dada bidangnya.

"Lo jangan nangis lagi, kalau Lo masih marah sama gue, Lo bisa kok nonjok gue, gak papa gue ikhlas"

Reyhan mengusap lembut rambut Clara, membuat Clara menjadi lebih tenang walau masih terdengar suara isakan nya.

"Udah Lo jangan nangis lagi ya, ntar tambah jelek"

Aww!!

"Sakit njir! Kenapa Lo cubit gue?"

Reyhan meringis sambil mengusap pinggangnya yang di cubit Clara.

"Kenapa kak Rey bilang aku jelek? Hiks, ternyata bener apa kata Wildan, aku ini gadis jelek dan gembel, hiks hiks"

"Duh kok nangis lagi sih, kan aku cuma ngomong apa adanya"

Reyhan yang kewalahan menghadapi Clara yang tak berhenti menangis walau sudah di peluknya dan di beri ucapan mutiara tapi di balas dengan cubitan, memilih untuk mengantarnya pulang saja.

"Lo di sini aja, gue mau mengembalikan ini dulu"

Reyhan mengembalikan kotak obat itu, kemudian kembali lagi dan menggandeng tangan Clara.

"Aku akan mengantar mu pulang, di mana rumah mu?"

"Tidak, kita ke restoran Y di jalan X saja, aku harus kerja paruh waktu di sana"

"Tapi lo terluka, apa lo akan baik baik saja?" Tanya Reyhan khawatir.

"Aku akan baik baik saja kak, kau tidak perlu khawatir" jawab Clara dengan senyum terpaksa. Walau terpaksa senyumannya tetap manis.

"Jangan tersenyum, nanti bibir mu akan tambah sakit" ucap Reyhan, padahal jantung nya sedang berdisco jika melihat senyum Clara. Jika terus melihatnya maka dia bisa terkena serangan jantung dan mati muda.

Reyhan mengantar Clara sampai ke restoran Y, kemudian menurunkan Clara di depan restoran.

"Kapan lo pulang?" Tanya Reyhan sambil melepas helmnya.

"Jam sepuluh" jawab Clara singkat.

"Baiklah gue akan jemput lo jam sepuluh dan ingat, jangan tersenyum"

Clara hanya menganggukkan kepalanya. Setelah melihat Reyhan pergi, dia kemudian masuk ke restoran.

"Astaga Clara! Ada apa dengan wajahmu? Kenapa bonyok kayak gitu? Kamu pasti habis berantem kan"

Saat masuk restoran yang tidak terlalu ramai, Clara sudah di sambut dengan suara cempreng Mira, rekan kerja nya di restoran.

"Tahu aja kak" Clara hanya cengengesan di buatnya.

"Sudah, cepat ganti bajumu! Kamu juga harus cerita sama aku nanti"

Setelah mengganti bajunya, Clara langsung menyusul Mira bekerja. Mira sudah seperti kakak bagi Clara, sifatnya yang perhatian dan ramah membuat Clara nyaman di dekatnya. Usia mereka hanya berbeda satu tahun, sayangnya Mira berbeda sekolah dengan Clara.

...----------------...

Malam pun tiba, bulan bersinar terang dan taburan bintang menghiasi langit malam. Sudah waktunya restoran tutup, yang lain sudah pulang dan yang tersisa hanya Clara dan Mira.

"Eh, Ra, Lo belum cerita kenapa muka Lo bonyok gitu." Ucap Mira mengingat kan.

"Oh iya, nih muka bonyok gara gara berantem sama mantan" Jawab Clara.

"Lho, kok bisa?" Tanya Mira.

"Ya bisalah, karena kita tadi menghina pacar barunya, tapi salah pacarnya juga, kenapa dia menghina duluan, setelah dihina balik, eeh malah ngadu ke pacar, gak asik mainnya" Ucap Clara kesal

"Tapi Lo gak ada rasa lagi kan ke mantan Lo?" Tanya Mira.

"Nggak"

"Bagus, ingat, buang mantan pada tempatnya, kalau masih balik lagi, ceburin aja ke laut, biar dead" Mira menarik tangannya dan membuat gerakan memenggal kepala.

Mereka berdua tertawa bersama. Mereka menutup toko sambil terus berbincang.

"Pulang bareng yuk, Ra!" Ajak Mira.

"Kakak duluan aja, aku udah ada yang jemput" Tolak Clara.

"Ooh, pacar ni ya, cie cie" goda Mira.

"Bukan kak, cuma temen kok"

Brum, ciit

Seseorang berhenti tepat di depan mereka bersamaan dengan tukang ojol yang datang.

"Oh itu temen mu, lain kali kenalin ya" Mira mengerlingkan matanya sambil tertawa.

"Ya udah aku pulang dulu ya, inget, nanti langsung pulang ke rumah, jangan main di pojokan, bye!"

Mira naik ke motor sang ojol. "Duh bang, kapan ya gue punya pacar? Masa kalau mau kemana mana sama tukang ojol terus"

"Sama saya aja mbak"

Tukang ojol itu membalikkan wajahnya menghadap Mira dan membuka kaca helmnya.

"Amit amit jabang bayi!"

Mira terkejut saat melihat wajah tukang ojol itu yang penuh jerawat dengan wajah keriput dan gigi ompong nya.

"Diih, lebih baik jadi perawan tua dari pada sama mas"

Tukang ojol itu hanya cengengesan menunjukkan dua giginya yang ompong.

Mira segera menyuruhnya jalan dan meninggalkan Clara bersama Reyhan.

"Udah lama nunggu?" Tanya Reyhan sambil memberikan helm pada Clara.

"Lumayan" Jawab Clara singkat.

"Lo sudah makan kan?" Tanya Reyhan berbasa-basi.

"Sudah"

"Apa lo masih marah sama gue?" Tanya Reyhan.

"Nggak, kenapa nanya kayak gitu?" Tanya Clara.

"Dari tadi Lo jawab singkat terus."

"Oh, kalau aku kebanyakan ngomong nanti bibir aku tambah sakit, jadi kalau ngomong, ya, singkat padat dan jelas aja."

"Lah, itu Lo bisa ngomong panjang lebar, kenapa tadi gak bisa?" Tanya Reyhan.

"Terserah aku dong!" Jawab Clara.

"Iya deh, perempuan kan gak bisa di bantah dan gak pernah salah" Gerutu Reyhan.

Reyhan kemudian mengantar Clara sampai rumahnya. Setelah memastikan Clara masuk, dia kemudian pergi meninggalkan rumah Clara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!