Sehan melepaskan cengkramannya, mereka bisa melihat Mika menghela nafasnya. Mika lalu mengambil garpu yang tadi ia letakkan, mengaduk-aduk mie ayam yang sudah dicampur sambal dan jus jambu lalu melahapnya.
Mereka bertiga terkejut, Mika benar-benar memakan mie ayam tersebut tanpa perasaan jijik atau mual. Ia bahkan menghabiskan seluruh mie ayam tersebut, lalu menenggak air mineral yang ia beli.
"Udah gw abisin, udah puas kalian?" ucap Mika setelah membersihkan mulutnya dengan tisu yang berada diatas meja kantin.
Zeon hanya diam, ia bingung harus berkata apa. Mika kemudian pergi meninggalkan Zeon yang terlihat kecewa, lagi- lagi usahanya untuk membuat Mika menangis gagal.
Mika pernah memakan sesuatu yang lebih buruk dari mie ayam racikan Zeon, hidup terpenjara dengan jatah makan tidak teratur membuat mika yang dulu hidup sebagai Anzel bisa makan apapun, seperti serangga atau binatang lainnya.
Zeon mungkin terobsesi pada tangisan Mika karena itu ia selalu mengganggu hidupnya. Zeon akan merasa puas dan senang saat bisa membuat mainannya menangis seraya meminta ampun karena tindakannya.
Tapi semuanya berubah sejak dua bulan yang lalu, saat Mika kembali kesekolah setelah satu minggu ia absen. Sifat dan sikap Mika berubah, tatapan ketakutan yang selalu tersirat dimatanya berubah menjadi tatapan acuh, terkadang datar dan dingin.
Zeon menjadi lebih terobsesi untuk membully Mika, karena ancaman dan kekerasan fisik sudah tidak mempan untuk membuat Mika menangis dan memohon padanya.
Zeon harus memikirkan cara lain untuk menundukkan mainan kesayangannya, mungkin ia akan meminta bantuan pada ayahnya.
_
Mika pergi ke UKS untuk meminta obat, ia baru saja memakan mie ayam dengan sambal yang sangat banyak tentu saja membuat perutnya terasa sangat sakit. Apalagi Mika memang memiliki riwayat penyakit maag.
Setelah meminum obat, ia membaringkan tubuhnya di brangkar UKS setelah menutup tirai disamping kanan kirinya. Ia ingin tidur, untuk meringankan rasa sakit dan terbakar didalam perutnya.
Bel pulang sekolah berbunyi, Mika bangun dari tidur siangnya lalu meregangkan otot tubuhnya. Mika berjalan menuju kelas untuk mengambil tas dan bukunya, ia merasa sakit diperutnya juga sudah berkurang.
Mika berjalan menuju tempat parkir sekolahnya, menuju area pojok sambil menenteng tas punggungnya. Matanya melirik kesana kemari, menelisik setiap sudut area khusus parkir sepeda.
Mika tidak bisa menemukan sepeda miliknya, ia kemudian berkeliling keseluruh area parkir. Tapi nihil, ia juga tidak bisa menemukan sepedanya.
Ia memutuskan untuk berkeliling halaman sekolah, ia yakin Zeon dan teman-temannya pasti sudah menyembunyikan kendaraan satu-satunya milik Mika.
Haaah, Mika menghela nafas tepat dibawah sebuah pohon besar yang berada diarea belakang sekolahnya. Naas memang, ia melihat sepeda kesayangannya tergantung diatas pohon dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Dengan salah satu roda yang sudah terlepas dari badan sepedanya.
Mika melihat tali yang menggantung sepeda itu, lalu perlahan menurunkan sepedanya.
"Kasian banget sih nasib Lo Emu." Mika berjongkok sambil meratapi keadaan sepeda yang ia beri nama Emu itu.
Tidak ingin berlama-lama meratapi nasib Emu, Mika segera keluar dari area sekolah sambil menenteng sepedanya. Ia akan membawa Emu ke bengkel sepeda yang tidak jauh dari sekolahnya.
_
Disebuah perusahaan besar milik serikat keluarga Lavande, sang direktur utama Axio Lavande tengah duduk di singgasananya. Ia baru saja menyelesaikan rapat penting dengan beberapa kolega, rapat yang ia agendakan berjalan selama 2 jam ia persingkat menjadi kurang dari satu jam.
"Roki kosongkan seluruh agendaku sore ini, aku ada kepentingan lain soalnya." kata Axio pada sekertaris sekaligus tangan kanannya, Roki itu teman SMA dari Axio.
"Tidak bisa bro, sore ini kita harus menemui klien penting. Dia adalah CEO dari salah satu pemenang saham terbesar perusahaan ini." jawab Roki dengan santainya.
"Ck, kamu mau membantah perintahku." Axio melempar sebuah kursi didekatnya kearah Roki, tapi dengan mudah ia hindari.
"Santai bos ku, aish. Emangnya sepenting apa sih urusan lo." Riko mulai mengeluarkan bahasa gaulnya pada bos sekaligus teman masa sekolahnya itu.
"Baby ku ingin menjadikan seorang anak yang baru dikenalnya sebagai abang, aku ingin menemuinya dulu sebelum membawanya kedalam mansionku." ujar Axio.
"Owh, jadi mengenai my baby Je. Ok nanti gw atur ulang pertemuan Lo sama klien itu." Riko berjalan, hendak mengambil kursi yang tadi dilempar oleh Axio.
"Jangan pernah kamu memanggil baby ku dengan sebutan my baby Je, atau aku akan menguburmu hidup-hidup." Axio kembali melempar kursi kearah Riko, membuatnya auto reflek menghindar.
Sedangkan Axio pergi meninggalkannya diruang rapat, tanpa mengatakan hal apapun.
"Nasib-nasib, gini amat ya jadi kuli. Kalo bukan temen aja udah gw bales lempar nih kursi." monolog Riko sambil meratapi nasibnya.
_
Disebuah distro, Mika yang baru sampai langsung masuk kedalam distro dengan masih mengenakan seragamnya.
"Sorry kak telat." ucap Mika pada bosnya yang sedang duduk dimeja kasir.
"Tumben telat dek, terus kenapa masih pake seragam. Emang kamu gak sempet pulang gitu?" tanya Bintang sambil tersenyum kearah Mika.
"Gak sempet kak, tadi abis nganterin Emu ke bengkel dulu soalnya." Mika meletakkan tasnya kedalam loker yang ada didalam distro yang diperuntukkan untuk karyawannya.
"Emang si Emu kenapa.?" nah tambah bingung si Bintang, soalnya si Mika sepotong- sepotong jelasinnya.
"Si Emu jadi korban mutilasi kak." ucap Mika.
"Maksud kamu?." Bintang semakin dibuat penasaran oleh pernyataan Mika yang setengah-setengah.
"Iya, Emu dimutilasi kak, terus badannya digantung diatas pohon yang ada dibelakang sekolah gw. Sumpah sedih banget gw kak pas liat keadaannya, liat aja nanti kalo sampai gw tahu pelakunya gw mutilasi juga badannya." Mika yang diawal cerita terlihat sedikit, tapi semangat berapi-api saat menyelesaikan ceritanya.
"Hehehe, Mika,, Mika, gw kira lo bakal cerita apaan gitu. Soalnya tadi ngomongnya gak sekaligus, tapi siapa yang udah tega nyiksa si Emu ya dek?" disini tuh ceritanya Bintang itu udah tahu kalau emu itu nama sepedanya si Mika.
"Gak tahu sih kak, mau curiga takut nantinya suudzon terus jadinya fitnah. Jadi ya biarin aja lah, lagian kata orang di bengkel juga bisa di benerin lagi kok." ucap Mika santai, dia mah woles aja gak mau ambil pusing.
"Iya deh, terserah lo aja dek."
Mereka langsung melanjutkan pekerjaannya, setelah melihat beberapa pelanggan masuk kedalam distro milik Bintang.
Mika melayani mereka dengan ramah, yah walaupun dia dianggap bocah karena masih memakai seragam SMA, tidak sesuai dengan wajahnya yang terlihat imut seperti bocah SD. Sedangkan Bintang hanya tersenyum melihat tingkah Mika saat melayani pelanggan distro miliknya.
Hingga malam hari datang, pintu distro terbuka. Dua orang pria paruh baya masuk kedalam distro, Mika yang sedang istirahat makan langsung menghentikan kegiatannya.
"Gak papa kak, biar gw aja."ucap Mika yang langsung menghampiri dua pria tersebut.
"Selamat malam tuan, ada yang bisa saya bantu?" Mika tersenyum ramah sambil menawarkan bantuan. Tidak ada maksud lain, ia hanya ingin melakukan pekerjaannya dengan baik.
"Bisa saya minta waktu kamu sebentar nak?." ucap salah satu pria yang berjalan di depan, Axio.
"Maksudnya gimana ya tuan.?"kata Mika bingung menaiki sebelah alisnya, sedangkan Bintang hanya menatap heran interaksi mereka dari meja kasir.
"Bos saya ingin bicara dengan kamu, tapi tidak disini. Jadi dia minta waktu kamu sebentar, bisa?" kata pria yang berdiri dibelakang pria yang pertama bicara tadi.
"Kalau sekarang gak bisa tuan, soalnya saya lagi kerja." tolak Mika, yang masih tenang padahal sebenarnya sedang menahan gugup+takut.
Mika sedikit bergidik, takut kedua pria didepannya mau menculiknya. Secara kan wajahnya itu tampan nyerempet imut, cocok banget kalau di culik terus di jual ke tante-tante girang.
"Kalau saya borong semua isi toko ini, kamu mau ikut saya?." Axio menunjuk isi toko, membuat Mika membelalakkan matanya.
Gawat gw ketemu sugar Daddy lagi batin Mika, sungguh ia tidak ingin berurusan dengan hal seperti ini lagi.
"Kak Bintang." Mika sedikit teriak memanggil Bintang yang langsung berlari menghampirinya.
"Iya dek, ada apa ya?" kata Bintang saat menghampiri Mika.
"Katanya mereka mau borong semua isi toko ini kak."
"Bener itu pak?" tanya Bintang pada kedua pria yang berdiri dihadapan Mika.
"Iya, saya akan beli semua barang di toko ini. Asalkan saya bisa berbicara dengan anak ini ditempat lain?." Mika bisa merasakan aura dingin yang keluar dari Axio.
Ia harus menyiapkan mental, karena pikiran Mika sudah melayang memikirkan kemungkinan buruk yang akan segera dialaminya. Nah kan si Mika suudzon, padahal belum tentu mereka itu jahat.:(
"Riko urus semuanya, dan kamu nak ikut saya sekarang?." perintah Axio.
Mika menatap kearah Bintang yang mengangguk tanda mengijinkannya pergi, padahal ia sebenarnya pengen Bintang nahan dia.
"Iya sudah kalau begitu tuan, saya ambil tas saya dulu." dengan langkah gontai Mika berjalan menuju loker untuk mengambil tas sekolahnya.
Mika mengikuti Axio berjalan menuju mobil yang diparkir diluar distro, ia melirik kearah Bintang yang sedang sibuk bersama orang suruhan pria di dekatnya ini.
"Masuk." Axio membukakan pintu depan mobilnya.
Dengan perasaan takut Mika masuk kedalam mobil tersebut, lalu Axio duduk disampingnya dan mengemudikan mobilnya menjauh dari distro.
Mika memeluk tas sekolahnya, sungguh ia merasa ketakutan. Apalagi dari tadi Axio terus mengeluarkan aura dingin mencekam.
"Sa,,saya mau dibawa kemana tuan ?" tanya Mika yang masih menahan gugup.
Diam, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria disebelahnya. Mika jadi semakin ketakutan, ia mulai terlihat panik.
"Saya tidak akan melakukan hal buruk pada kamu, jadi tidak usah takut." kata Axio datar, ia menyadari anak yang ia bawa mulai gemetar.
Mika merasa mobil berhenti, ia melihat mereka berhenti didepan sebuah restoran mewah. Axio turun dari mobil, membuat mau tidak mau Mika mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments