Aliran waktu berlalu dengan begitu cepat, siang telah berganti malam. Mika mengayuh sepedanya perlahan, tubuhnya terasa sangat lelah setelah bekerja melayani pelanggan distro milik bosnya.
Mika duduk sebentar di sebuah kursi yang ada di pinggir jalan raya, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hampir tengah malam, namun tidak membuat Mika bergegas pulang.
Hembusan angin malam menyapu wajahnya, begitu sejuk dan menenangkan. Mika menyukai suasana hening yang tercipta saat langit begitu gelap dan kelam, ia kembali mengingat kehidupan lamanya yang selalu di temani oleh kesendirian.
Moodnya masih belum membaik setelah kejadian di sekolahnya, mungkin Zeon akan melakukan pembalasan kepadanya jadi Mika harus bersiap dengan rencana jahat yang akan Zeon dkk lakukan kepadanya besok.
Bertekad untuk menghadapi semuanya masalahnya, Mika tidak akan menghindar apalagi bersembunyi dari Zeon dan kawan-kawannya.
Mika juga harus menjadi lebih kuat, karena ia harus melanjutkan hidup keduanya sebaiknya mungkin. Melakukan semua hal yang tidak pernah ia lakukan dulu, sambil memegang teguh prinsipnya untuk tidak pernah hidup bergantung pada orang lain.
Setelah memejamkan matanya selama beberapa saat, Mika akhirnya bangun dari duduknya lalu menuntut sepedanya menuju tempat tinggalnya. Mika tinggal sendiri, menyewa kamar kost dengan uang hasil bekerja di beberapa tempat. Dan selama dua bulan ini,Anzel yang melanjutkan kehidupan Mika memang melakukan semua hal semampu yang ia bisa.
Mika sampai di halaman sebuah bangunan petak bertingkat tempat kamar kostnya berada. Mika memarkirkan sepeda, lalu berjalan kearah tangga menuju lantai 2 bangunan tersebut. Namun langkahnya terhenti saat melihat sesuatu yang mencurigakan berada di bawah tangga yang tengah ia pijak.
Terlihat tubuh yang hampir sama besarnya dengan dirinya, sambil menahan rasa takut Mika berjalan turun lalu menghampiri sosok tersebut.
Seorang pemuda dengan wajah yang sangat pucat duduk sambil memeluk lututnya, nafasnya juga terlihat parau namun tidak membuat Mika langsung menolong. Mika seperti ragu saat menghampiri pemuda yang sepertinya sudah dalam keadaan pingsan itu.
"Duh,, tolongin gak ya. Kalau di bawa kerumah sakit harus keluar duit dong, ogah banget gw." monolog Mika yang berdiri sambil mengigit jari telunjuknya.
"Tapi kalau gak ditolongin bisa wafat tuh bocah." ucapnya bingung.
Setelah perdebatan didalam pikirannya, akhirnya Mika memutuskan untuk menolong pemuda tersebut. Ia mengangkat tubuh pemuda yang sudah tidak sadarkan diri dalam gendongan punggungnya, lalu mulai berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar kostnya.
"Sumpah berat banget sih badan Lo, padahal kelihatannya lebih kecil dari gw. Kebanyakan dosa kayaknya."
Mika menurunkan tubuh pemuda tersebut diatas kasur lipat miliknya, lalu mengambil baskom berisi air dan handuk kecil. Tangan kecilnya mulai mengelap wajah pemuda yang ditolongnya, ia juga sudah mengganti pakaiannya yang basah karena keringat.
Demam, pikir Mika yang saat memeriksa tubuhnya. Lantas mengompres dahi pemuda tersebut dengan telaten, setelah itu menempelkan plester kompres demam yang ada di kotak p3k dikamarnya.
Selesai membersihkan dirinya, Mika duduk di meja belajarnya. Ia harus tetap belajar meskipun sudah lewat tengah malam, karena Mika tidak boleh bermalas-malasan. Ia adalah murid beasiswa, jadi Mika harus pandai dalam semua bidang pelajaran disekolahnya walaupun ia baru terlihat serius setelah jiwa Anzel yang menempati tubuhnya sekarang.
"Euughhh...."
Mendengar suara lenguhan Mika langsung menghampiri pemuda yang ditolongnya, sepertinya ia menunjukkan tanda-tanda akan sadar.
"Lo udah bangun, syukur deh gw kira Lo bakal mati." ucap Mika lega.
Pemuda tersebut menatap Mika secara intens, namun tiba-tiba raut wajahnya berubah. Bibirnya melengkung kebawah dengan bola mata yang sudah berkaca-kaca seperti hendak menangis.
"Lo kenapa..."
"Uwaa,, hiks,, hiks.." tangis pemuda tersebut pecah tiba-tiba membuat Mika langsung panik.
"Lo kenapa nangis, cup cup cup." Mika yang panik langsung memeluk pemuda tersebut lalu mengusap lembut punggungnya.
Berhasil, pemuda tersebut perlahan mulai menghentikan tangisnya membuat Mika bernafas lega.
"Gw bukan orang jahat, sekarang Lo kasih tahu siapa nama Lo dan kenapa bisa pingsan di bawah tangga kost-an gw?" tanya Mika saat melepas pelukannya.
"Hiks, nama,, aku Jean. Jean kabur dari rumah, terus sembunyi di bawah tangga. Tiba-tiba aja kepala Jean pusing dan Jean gak tau apa-apa lagi." ucapnya sambil sesenggukan.
"Kabur Lo bilang, astaga cari masalah gw." Mika mengusap kasar wajahnya.
"Lo mau kasih tau gw alasan Lo kabur dari rumah." lanjut Mika menatap Jean yang mengangguk pelan.
"Jean gak suka Daddy, mommy dan Abang karena selalu larang Jean buat ngelakuin hal yang Jean suka. Jean gak boleh ini itu, gak boleh makan makanan kesukaan Jean, gak boleh main keluar, Jean selalu dikurung dirumah." mata sendu Jean kembali berkaca-kaca.
"Emangnya Lo pengen ngelakuin apa dan makan apa gitu?." tanya Mika penasaran.
"Jean pengen bebas main kemana aja tanpa di jaga sama bodyguard dan Jean pengen ngerasain makan mie pedas, tapi semuanya gak boleh." ucap Jean kesal tapi terlihat lucu dimana Mika.
"Ya pasti gak boleh lah, Lo pengen makan begitu sih. Hahahaha.." tawa Mika pecah saat mendengar penuturan polos Jean.
Mika langsung menghentikan tawanya saat melihat Jean sepertinya akan menangis lagi.
"Mau dengar nasihat gw gak." kata Mika dengan lembut dibalas anggukan oleh Jean.
"Keluarga Lo itu cuma terlalu sayang sama lo, makanya mereka khawatir banget sama lo. Mereka larang Lo ini itu karena mereka takut Lo kenapa-kenapa, Lo harusnya ngerti kenapa keluarga Lo itu overprotektif sama lo." tutur Mika yang membuat Jean seketika menatapnya.
"Lo seharusnya bersyukur punya mereka yang perhatian sama lo, karena belum tentu setiap orang punya keluarga yang sayang seperti keluarga Lo." lanjut Mika.
"Tapi Jean kesel sama mereka." ucap Jean yang mengerucutkan bibirnya.
"Iya deh, mending sekarang kita makan dulu. Gw buatin nasi goreng mau, Lo pasti laper kan?" ucap Mika yang mendapat anggukan kecil dan Jean.
Skip
Acara makan mereka berdua terasa hening, hingga mereka selesai. Mika membersihkan peralatan makannya, sedangkan Jean hanya menatap sekeliling ruangan yang tidak begitu besar baginya.
"Besok gw anterin Lo pulang ya."ucap Mika yang membaringkan tubuhnya dekat jean diatas kasur lipat miliknya.
"Tapi ..." lirih Jean yang terkejut dengan ucapan Mika.
"Gak ada tapi-tapian, keluarga Lo pasti sekarang lagi khawatir sambil nyariin Lo." Mika memiringkan tubuhnya hingga membelakangi tubuh Jean.
Mika sebenarnya ingin segera mengantarkan Jean pulang kerumahnya, ia tidak ingin mendapatkan masalah apalagi Jean bilang jika ia kabur dari rumah.
"Nama kamu siapa?" tanya Jean yang akhirnya ikut berbaring disamping Mika.
"Mikadeo, tapi panggil aja Mika atau Deo. Udah larut banget, mending kita tidur. Besok pagi-pagi banget gw anterin Lo pulang." ucap Mika yang sepertinya langsung tertidur dengan pulas.
Mungkin karena lelah setelah menjalani semua aktivitasnya, sedang Jean masih membuka matanya. Ia sudah tidak mengantuk, tapi karena kepalanya masih terasa sakit akhirnya Jean memejamkan matanya.
Jean tidak tahu, penghuni mansion tempat tinggal tengah panik karena hilangnya anak bungsu kesayangan mereka, Jean seharusnya masih menjalani hukumannya karena sudah membuat marah Daddy dan kedua abangnya.
"Dasar tidak berguna, menemukan seorang bocah saja kalian tidak sanggup." ucapnya marah pada beberapa anak buahnya.
"Kamu dimana baby, pasti kamu kelaparan dan kedinginan di luar sana, hiks." Istri dari tuan mereka mulai menangis, tidak dipungkiri rasa khawatir begitu mereka rasakan tatkala anak yang dijaga bak intan permata itu pergi meninggalkan rumah tanpa seijin mereka.
"Tenanglah sayang, kita pasti akan menemukan baby." ucap Axio Lavande, Daddy dari Jeandra Khairan Lavande pada sang istri Diana Lavande/ Monette.
"Kenapa kalian masih berdiri disini, cepat pergi dan temukan anakku atau aku buat nyawa kalian melayang jika kalian tidak bisa membawa anakku pulang dalam keadaan selamat." teriak Axio sambil memeluk tubuh istrinya, tangannya menunjuk pada anak buahnya dengan tatapan mengancam.
Beberapa pria dengan setelah baju hitam itu segera pergi, mereka harus segera menemukan bungsu keluarga itu jika masih ingin tetap hidup.
Axio membawa istrinya untuk duduk, ia masih merangkul tubuh Diana. Wanita itu jelas sangat mengkhawatirkan keadaan anak bungsunya, sedangkan kedua anaknya yang lain hanya bisa pasrah sambil mendoakan keselamatan Jean, baby mereka.
😪
Haripun mulai berganti, langit masih nampak gelap hanya sedikit sinar yang menghiasi langit. Sang fajar masih dalam peraduannya saat seorang remaja mengayuh sepedanya sambil membawa remaja lain pada kursi belakang sepedanya.
Mereka adalah Mika yang sedang melajukan sepedanya menuju tempat tinggalnya Jean. Hari ini ia tidak pergi kepasar karena ingin mengantarkan Jean pulang, walaupun anak tersebut sempat menolak. Mika hanya ingin segera terlepas dari masalah yang akan di timbulkan jika tetap bersama dengannya.
Jalan masih berkabut saat Mika mengayuh sepedanya sambil membawa Jean di kursi belakang sepedanya, Jean terlihat sangat senang saat melewati jalan yang masih sepi dari lalu lalang kendaraan.
"Lo bisa gak sih jangan gerak-gerak begitu, nanti kita jatuh loh." ucap Mika pada Jean yang sedari tadi tidak henti-hentinya bergerak diatas sepeda.
"Jean seneng banget bang, ini pertama kalinya Jean naik sepeda." kata Jean yang melepas pegangan tangannya pada Mika lalu merentangkan kedua tangannya.
Mika sedikit kehilangan keseimbangan saat Jean merentangkan tangannya, sekuat tenaga Mika menahan laju sepedanya agar tidak terjatuh.
"Iya gw tahu lo lagi seneng, tapi sekarang cepet pegangan, atau gw turunin Lo disini sekarang juga." ancam Mika.
Jean menuruti perintah Mika dan kembali memegang pinggang Mika, tentu saja sambil merengut kesal.
Hingga mereka tiba disebuah rumah yang terlihat sangat besar dengan pintu gerbang yang menjulang tinggi, Mika menghentikan laju sepedanya tepat di depan gerbang.
"Sudah sampai, ini tempat tinggal Jean bang." Jean turun dari kursi belakang sepeda lalu berdiri tepat dipintu gerbang.
"Jangan panggil gw abang, gw gak setua itu buat jadi abang lo. Wih, gede juga rumah Lo." ucapnya kesal, tapi matanya membulat karena terkesima melihat tempat tinggal bocah didepannya.
"Ini bukan rumah bang tapi mansion, bang Mika ayo masuk bareng Jean, biar Jean kenalin sama keluarga Jean."ucap Jean antusias.
"Gak usah deh kayaknya, gw anter Lo sampai sini aja ya soalnya gw harus langsung pulang, gw kan harus berangkat sekolah." ucap Mika.
"Oh, ya udah. Abang hati-hati kalo gitu."
"Aish, harus berapa kali gw bilang jangan panggil gw abang. Ya udah mending Lo masuk ya, jangan kabur-kabur lagi. Kalau gitu gw pulang dulu." kata Mika lalu mengayuh sepedanya menjauh dari mansion Jean.
Jean terlihat sedikit kecewa dengan penolakan dari Mika, tanpa mereka sadari sepasang mata menatap tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments