Hidup Kedua Anzel
Cahaya rembulan menampilkan pantulan seperti kaca diatas air danau yang gemericik akibat terombang ambing. Sangat cantik, apalagi malam begitu cerah meskipun gelap lebih mendominasi.
tes
tes
tes
Air menetes dari rambut seorang pemuda yang terengah-engah, tubuhnya menggigil dan bergetar hebat. Pemuda tersebut merebahkan tubuhnya ditepi danau dengan pakaian yang basah kuyup.
Ia baru saja menceburkan dirinya kedalam danau yang kedalamannya mencapai 100 meter itu, kalian mungkin berpikir pemuda itu mencoba menyelamatkan seseorang yang tenggelam. Nyata tidak, ia memang sengaja melakukannya.
Pemuda itu melompat kedalam kolam untuk mengakhiri hidupnya, dia mencoba bunuh diri. Surai hitamnya yang basah nampak berkilau saat terkena sinar rembulan, iris matanya terbuka menatap langit yang berwarna sama dengan iris matanya tersebut.
"Kau pikir saya akan membiarkan tindakan bodoh kamu itu, dasar jiwa lemah." gumam pemuda tersebut sambil memejamkan matanya.
Pemuda tersebut mendudukkan tubuhnya, menatap air danau yang bergelombang akibat terkena semilir angin. Sangat indah sampai membuatnya tersenyum, namun entah apa yang dipikirkan olehnya. Senyuman berubah menjadi seperti seringaian.
"Seperti saya harus mencari jiwa untuk tubuh ini, saya tidak mau lenyap hanya karena tubuh lemah ini." ucap pemuda.
Ia berjalan dengan menyeret tubuhnya yang sakit, tapi pemuda tersebut tidak menampilkan wajah kesakitan atau rintisan. Hingga tubuhnya menghilang dalam gelapnya malam.
😊
Sementara di sebuah rumah besar dengan gaya arsitektur barat, seorang pemuda tengah merintih kesakitan. Dihadapan berdiri seorang pria paruh baya yang memegang benda panjang yang terbuat dari kulit dengan ujung besi pengait dan tiga orang pemuda, dua pemuda terlihat lebih tua darinya dan seorang pemuda dalam pelukan pemuda lain yang terlihat seusia dengannya.
"Ini hukuman karena kamu telah membuat kami berpikir baby kami adalah orang yang jahat." ucap pria tersebut.
Pemuda yang sedang meringkuk dengan tubuh penuh luka tidak bergeming, ia terlalu sakit untuk menanggapinya perkataan pria tersebut.
"Dasar tidak tahu malu, seharusnya kami tidak pernah membawamu masuk kedalam rumah dan keluarga kami." pemuda yang terlihat cukup dewasa menatapnya penuh benci sambil memeluk pemuda yang merupakan adiknya.
"Bisa-bisanya anak tidak tahu diri sepertimu bersikap licik seperti itu hanya untuk mengambil perhatian kami." lanjut Gibran sang kepala keluarga.
"Maafin Anzel pah, Anzel tidak bermaksud berbuat seperti itu." lirihnya lemah.
"Maaf kamu bilang, setelah kamu memfitnah anakku dan membuatnya buta seperti ini. Dan jangan lagi memanggilku dengan sebutan papa, karena aku tidak Sudi menjadi papa dari anak pembawa sial sepertimu." geram Gibran mencengkram dagu Anzel dengan kuat.
Pemuda dalam pelukan si sulung memeluk tubuh kakaknya sambil menangis, matanya terbuka tapi hanya kegelapan yang menyelimuti penglihatannya. Dean, bungsu Aditama mengalami kebutaan akibat kerusakan pada retina matanya karena terjatuh dari tangga sekolahnya beberapa Minggu yang lalu.
Peristiwa yang sebenarnya tidak sengaja terjadi jika seandainya mereka tidak mengetahui rencananya untuk memperoleh perhatian Reyhan, hingga semua fakta tentangnya terungkap.
Flashback
Dean berjalan menaiki tangga sambil membawa beberapa botol air mineral dalam gendongannya, ia hendak menuju rooftop tempat Reyhan dan teman-temannya berkumpul di saat jam istirahat.
Saat berada di tangga lantai 2 sekolahnya, pemuda itu berpapasan dengan Anzel yang sedang menuju kantin untuk membeli minuman juga.
"Mau kemana Lo?" ucap dingin Anzel pada Dean.
"Dean mau keatas, mau ngasih minuman buat abang Reyhan sama teman-temannya." ucap Dean sambil mendongakkan keatas karena posisi Anzel berada pada anak tangga diatas Dean.
"Gak perlu, Lo mending balik aja. Bang Reyhan gak bakal mau minum minuman yang Lo bawa." sarkas Anzel.
"Tapi kenapa?" lirih Dean sambil menunduk.
"Karena gw udah buat bang Reyhan dan yang lainnya benci sama Lo, dan sebentar lagi mereka pasti bakal singkirkan Lo."
Anzel berdiri di depan Dean, ia merebut satu botol air mineral lalu menumpahkan isinya di kepalanya hingga rambut dan tubuhnya basah.
Dean terkejut melihat tindakan Anzel yang kemudian tersenyum kepadanya.
"Kenapa Anzel menumpahkan air di badan Anzel sendiri?" tanya Dean yang masih terkejut.
"Buat fitnah Lo, dan gw bakal buat Abang Reyhan semakin benci sama Lo." ucap Anzel santai.
Senyuman di wajah Anzel menghilang, tubuhnya membatu saat melihat sosok di belakang menatapnya nyalang.
"Jadi selama ini kamu cuma pura-pura disakiti oleh Dean?" ucap Reyhan.
Anzel menggeleng ribut kepalanya, tatapan Reyhan begitu di penuhi kekecewaan dan kemarahan.
"Anzel bisa jelasin kok bang?"
Anzel menghampiri tubuh abang angkatnya, di belakang Reyhan juga ada teman-temannya yang menatap kecewa kepadanya.
"Gw gak nyangka kamu bisa berbuat licik seperti ini An, padahal selama ini kita tulus sayang sama lo." ucap Devan, teman Reyhan.
"Maafin kita ya Dean, selama ini kita dibutakan oleh akting saudara angkat yang gak tau diri itu." ucap Aslan.
Reyhan maju mendekati tubuh Anzel, tangannya terangkat. Rasa panas menjalar di pipi kiri Anzel saat tamparan keras dilayangkan oleh Reyhan.
Anzel memegang pipinya, matanya berkaca-kaca. Begitu sakit dan panas, karena darah keluar dari sudut bibirnya.
"Berani-beraninya kamu menipuku dan keluargaku." Reyhan mencengkram kuat dagu Anzel.
Ringisan keluar dari mulutnya setelah beberapa bulan Anzel tidak pernah merasakan sakit ditubuhnya, semenjak ia menjadi anak angkat keluarga Aditama. Hidupnya jauh dari siksaan dan rasa sakit dihatinya akibat hinaan dan makian orang yang sudah menculiknya dan mengurungnya selama hampir 15 tahun itu.
"Adek terpaksa bang, adek cuma mau perhatian dari kalian semua karena selama ini Anzel tidak pernah merasakan semua hal itu." tangisnya pecah saat mengingat kembali penyiksaan yang dialaminya.
"Cih, kamu pikir aku akan di percaya semua kata-katamu lagi. Jangan panggil aku dengan sebutan abang lagi, karena aku tidak sudi menjadi keluarga dari penipu seperti kamu." ucap Reyhan sambil berlalu.
"Maafin abang ya dek, karena sudah menyakiti kamu dan tidak percaya denganmu." kata Reyhan.
Anzel melihat Reyhan memegang pundak Dean, menatap lembut adik kandungnya. Hatinya sakit, sangat sakit. Ia memang merasa sudah melakukan hal yang salah, tapi apa dia juga tidak boleh egois untuk memperoleh sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan di hidupnya.
Semua teman-teman Reyhan juga mulai meninggalkannya saat melihat Reyhan membawa tubuh Dean, Anzel merasa sangat iri. Egonya menguasai benaknya, Anzel tiba-tiba berlari kearah Dean dan mendorong tubuhnya dengan kuat. Dean kehilangan keseimbangan, tubuhnya jatuh tersungkur menggelinding di anak tangga.
Semua orang melihat terkejut, apalagi Reyhan yang tidak bisa menyelamatkan adiknya. Darah merembes keluar dari kepala Dean, semua orang menatap terkejut dan tajam pada Anzel yang masih mengatur nafasnya.
Tubuh Anzel bergetar, lemas hingga terduduk di antara anak tangga. Melihat kerumunan murid disekolah tersebut yang panik melihat keadaan Dean, ia seperti tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya.
Tidak ada yang memperdulikan keberadaannya, kakak angkatnya bersama dengan teman-temannya lebih memperdulikan Dean yang nyatanya terluka karenanya.
Reyhan mengepalkan kedua tangannya, amarahnya kembali saat mendengar tangisan adik kandungnya.
"Ampuni Anzel pa, Anzel janji akan jadi anak yang baik. Anzel janji gak akan berbuat jahat lagi sama Dean." Anzel menangis, ia merasa takut melihat kemarahan keluarga angkatnya yang mulai menyiksanya sejak Dean masuk rumah sakit.
Anzel berniat meminta maaf pada bungsu Aditama dan meminta kesempatan kedua pada keluarga angkatnya itu, Anzel merasa sangat menyesal saat mendengar kabar adik angkatnya mengalami kebutaan karena ulahnya.
"Ampun kamu bilang, setelah kamu membuat adikku buta. Dasar anak pembawa sial seharusnya kita tidak pernah membawanya masuk kedalam rumah ini." Reyhan menatap nyalang.
Anzel memundurkan tubuhnya saat melihat Reyhan mendekatinya, sinyal bahaya berbunyi. Firasatnya sangat tidak mengenakkan, karena ia merasa malam ini akan jadi malam terakhirnya hidup di dunia ini.
Reyhan yang telah di kuasai amarahnya mulai menendang tubuh Anzel yang sudah penuh luka akibat siksaan Gibran dan Rezka selama Dean di rumah sakit. Reyhan menarik kerah baju Anzel yang sudah di penuhi darah hingga posisinya berdiri, Reyhan melempar tubuh kecil Anzel hingga kepalanya membentur tepi meja belajarnya.
Anzel terbatuk-batuk, ia memegang keningnya yang sudah dibasahi oleh darahnya. Tubuhnya benar-benar sakit, namun Anzel tidak ingin melawan. Pemuda itu juga sudah tidak ingin mengucapkan permohonan maaf dan ampun pada keluarga angkatnya itu. Ia sudah pasrah, Anzel merasa dimanapun ia berada hanya rasa sakit dan penyiksaan yang ia dapatkan.
Anzel mencoba berdiri bangkit sekuat tenaganya saat melihat pisau lipat miliknya yang tergeletak di atas meja belajarnya. Gibran dan anak-anaknya terkejut saat melihat Anzel mengambil pisau tersebut, Reyhan yang ingin mendekati Anzel mendadak berhenti saat pemuda itu mengarah pisaunya.
"Berhenti di sana bang," ucap Anzel sambil menodongkan pisau pada Reyhan.
"Anzel tahu kalau Anzel salah, Anzel sungguh menyesal sudah membuat Dean buta. Tapi tolong dengarkan ucapan Anzel dulu, Anzel minta maaf sama Dean karena sudah mengambil kasih sayang yang seharusnya menjadi hak kamu. Anzel hanya ingin hidup seperti remaja lain, yang mendapat kasih sayang dari keluarganya. Anzel memang salah dan Anzel juga menyesal, jadi tolong maafkan Anzel." ucap Anzel yang masih menodongkan pisaunya sementara salah satu tangannya ia gunakan untuk menghapus air mata di pipinya.
"Makasih ya pah, bang Rezka dan bang Reyhan karena sudah menyayangi Anzel dengan tulus. Dan untuk dek, Anzel benar-benar minta maaf. Anzel menyesal jadi tolong jangan benci Anzel."lanjut Anzel.
Sementara Gibran hanya menatap aneh pada anak angkatnya itu, tangan Anzel nampak bergetar. Rezka tetap memeluk tubuh Dean yang terus menggelengkan kepalanya, Reyhan tidak membuang kesempatan langsung mendekati tubuh anak yang sudah membuat adiknya buta itu.
"Stop bang di situ bang." pekik Anzel yang sudah menempelkan mata pisau di lehernya sendiri.
"Anzel kenapa bang, kalian jangan siksa Anzel lagi Dean udah maafin dia bang." lirih Dean dalam pelukan Rezka.
Perasaannya tidak enak, apalagi setelah mendengar penuturan Anzel yang menyesal dan meminta maaf kepadanya.
"Tolongin maafin Anzel ya, dan terimakasih untuk semua kasih sayang yang sudah kalian berikan. Dan jika seandainya bisa, Anzel mau memberikan mata ini untuk kamu Dean. Sebagai penebus dosa Anzel sama kalian."
Sreet
Anzel menggoreskan pisau dilehernya, darah mengucur deras. Tubuhnya kecilnya roboh, pisau yang dipegang terjatuh. Reyhan langsung menghampiri tubuh Anzel, pemuda itu menatap wajah pemuda yang menjadi adik angkatnya selama 6 bulan ini.
"Ma,,af,,in,, a,,dek,, bang,, to,,long,,ja,,ngan,,ben,,ci,,an,,zel." ucap Anzel terbata sebelum tangannya jatuh terkulai dan kegelapan merenggut cahaya dimatanya.
Flashback end
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
◌⑅⃝AnglaWPutri♡◌
Akhirnya ketemu lagi nih cerita 😭😭😭
2023-12-17
0