Pada malam harinya, Sani dan Ibunya datang ke rumah pakde Damar dengan berjalan kaki, karena jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, hanya terpaut sekitar 50meter saja.
Sampai di rumah pakde Damar, mereka disuguhi kopi dan camilan singkong rebus, serta tak lupa rokok kesukaan Sani pun juga disuguhkan.
Mereka menikmati yang ada sambil menonton TV.
"San, sebentar lagi kamu kan lulus SMA, rencananya mau kuliah atau langsung kerja?"
Tiba-tiba pakde Damar bertanya
Sani diam dan berfikir, tak langsung menjawab pertanyaan pakdenya.
Mereka bertiga memandang Sani sambil menunggu jawabannya.
"Sani ingin langsung bekerja saja pakde, soalnya.."
"Lhoh kenapa?, kalau kamu pengen kuliah, pakde dan bude masih mampu kok membiayai kamu"
Ucap bude Wiwik memotong jawaban Sani yang belum selesai bicara
Sani kembali diam, berfikir sebelum menjawab lagi
"Pakde, Bude, kuliah itu biayanya lumayan besar, daripada untuk kuliah, lebih baik pakde beri modal Sani untuk buka usaha kecil-kecilan dirumah"
"Lagipula kampusnya jauh, paling dekat saja jaraknya 30km, kalau setiap hari PP jarak segitu,sepertinya Sani gak sanggup"
"Kamu gak eman-eman dengan prestasi kamu?"
Tanya pakde yang melihat Sani sudah mulai jenuh menempuh pendidikan formal
"Ya mau gimana lagi"
Jawab Sani yang terlihat menyesal
"Kalau kamu mau kuliah, pakde belikan kamu motor nanti, supaya ndak terlalu capek"
Bujuk pakde Damar
"San, kamu itu keponakanku satu-satunya, kalau kamu bisa meraih jenjang pendidikan tertinggi, bude sama pakde juga bakal ikut bangga"
Timpal bude Wiwik yang ikut membujuk Sani supaya bersemangat melanjutkan pendidikannya.
"Walaupun ada motor, tapi kalau tugas kuliah banyak, terus Sani harus nginap atau Kos disekitar kampus, itu artinya Sani bakal jarang ketemu Ibu, Sani gak mau, Sani keberatan kalau harus jauh dari Ibu"
Jawaban Sani itu membuat Ibunya terharu dan menitikkan air matanya, tapi berhasil disembunyikan.
Sekaligus membuat pakde dan budenya diam dan tidak bisa membujuk Sani lagi.
"Ya sudah, kalau itu sudah jadi keputusanmu, kami semua tetap mendukungmu.
Memangnya kamu mau usaha apa dirumah?"
Pakde Damar penasaran dengan keinginan usaha Sani.
"Belum pasti juga sih pakde, tapi Sani tertarik berjualan sayuran.
Ada sedikit sisa pekarangan yang bisa ditanami cabe, bayam dan kacang panjang secara bersamaan kan, barangkali itu bisa jadi usaha yang jalan terus meskipun nggak terlalu besar"
Ibunya sedikit terkejut dengan jawaban Sani, ternyata dia sudah punya pemikiran yang agak jauh ke depan.
Pakde dan Budenya pun juga tak kalah kaget mendengar keinginan Sani itu.
"Tapi kan kita hidup di desa San, semua orang menanam sayur sendiri, siapa yang mau beli?"
Tanya pakde Damar
"Ya berarti jualannya gak disini, tapi nyari tempat strategis yang kemungkinan banyak dilewati orang-orang kota, mereka kan selalu butuh sayur-mayur untuk kebutuhan sehari-hari"
Sekali lagi mereka kaget dengan tekad dan rencana Sani, tidak disangka remaja itu sudah punya minat dan perencanaan usaha di masa mendatang.
"Ya sudah lah, kalau itu mau kamu, asalkan kamu persiapkan semua dengan baik, pasti bisa menjadi usaha yang terus mengalir.
Dan soal Modal, pasti pakde siapkan untuk kamu"
Pungkas pakde Damar yang diiringi senyum lega bu Wiwik serta Ibunya Sani.
Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Sani dan Ibunya pamit pulang ke rumah untuk segera istirahat.
Pagi harinya, saat Sani sampai disekolah, dia melihat kerumunan siswa di papan pengumuman.
Dia penasaran, ada pengumuman apa gerangan, hingga membuat para siswa berkerumun.
Dia melangkah menuju papan pengumuman, tapi sebelum sampai, tiba-tiba Uki meloncat dan merangkul pundak Sani.
"Whooaaa haaa haa haa"
"Dasar tukang Berak, ngagetin aja lu"
Ucap Sani yang terlihat kesal dikagetkan
"Itu ada pengumuman apaan, kok rame?"
"Owh itu, sebentar 4 bulan lagi kan kelulusan sekaligus perpisahan angkatan kita, Nah..di sekolahan ini mau diadakan Bazar dan Event-event lain."
"Kesana yuk, mau lihat, ada event apa aja"
"Boleh"
Pungkas Uki
Setelah sampai di papan pengumuman, Sani memperhatikan satu per satu event yang akan diadakan.
Bazar Buku, makanan tradisional, lomba tari se-Kabupaten serta masih banyak event lain yang tak kalah menarik.
Tiba-tiba mata Sani tertuju pada satu event yang ditulis agak bawah
"PERTANDINGAN PENCAK SILAT ANTAR PELAJAR se-KABUPATEN"
Sani menatap lama sambil berfikir, sepertinya ada kesempatan aku ikut pertandingan ini, tapi aku harus berlatih secara intens kalau ingin mengikuti.
"Ki, di sekolah ini kan gak ada Ekstrakulikuler Pencak Silat, kok mau ngadain pertandingan, kan sekolah kita gak punya wakil nanti?"
Tiba-tiba Sani bertanya pada Uki
"Oh itu, denger-denger sih itu event milik SMA 4, tapi karena di sana sedang merenovasi bangunan sekolahan, jadi eventnya dipindah di sekolah ini"
Jawab Uki
"Owh begitu"
Sani merespons jawaban Uki sambil manggut-manggut
"Lu mau Ikut?"
Tiba-tiba Uki bertanya pada Sani
"Nggak tau, nanti coba tanya pak Hambali dulu, gimana pendapat dan sarannya"
Balas Sani sambil memutar badannya dan berjalan menjauhi papan pengumuman.
Uki adalah satu-satunya sahabat Sani yang mengetahui bahwa Sani jago silat, yang mana dia dilatih oleh pak Hambali, mantan Jawara silat pada masa Mudanya.
"Ikut aja donk, siapa tau menang, dapat hadiah besar, dan siapa tau dapat hadiah khusus dari sekolahan juga."
Celetuk Uki
Sani tiba-tiba berhenti berjalan, diam sejenak dan berfikir
"Lu ada benernya, nanti langsung gw tanyain ke pak Hambali deh, dan semoga aja dikasih ijin"
Lalu mereka berdua berjalan menuju kelas bersama.
Sampai saat istirahat, mereka menuju kantin berdua sambil membawa singkong rebus bekal Sani.
Memesan 2 minuman, Es Teh dan Teh Hangat untuk mereka nikmati sambil menyantap bekal singkong rebus yang dibawa Sani.
Mereka selalu membayar minumannya duluan, supaya bisa langsung pergi jika Rindra cs berulah lagi.
Karena sudah hafal dengan kelakuan anak nakal itu.
Dan benar saja, terlihat 4 anak berjalan menuju kantin, yang tak lain itu adalah Rindra cs.
Namun sebelum sampai ke Kantin, Sani langsung mengajak Uki Pergi dari Kantin lewat jalan belakang kantin untuk menghindari mereka.
"Lu kenapa sih selalu lari kalau mereka datang?,
Lu takut ya?”
Uki ngerocos aja
"Enggak takut, tapi kalau masih bisa dihindari, ya mending menghindar aja kan, daripada kita di bully ataupun di ganggu"
Jawab Sani santai
"Tapi Lu kan bisa Silat, hajar aja mereka, biar tau rasa"
Uki mencoba memanas-manasi Sani.
Tiba-tiba Sani berhenti, lalu menghadap Uki.
"Aku belajar silat bukan untuk berantem karena urusan sepele kayak gini, tapi untuk menjaga diri kalau ada ancaman yang berbahaya"
Tegas Sani.
"Oh Sani, kau memang orang baik, hatimu begitu mulia seperti tokoh di sinetron"
Ucap Uki lebay sambil menengadahkan tangannya seakan memuja Sani
"Bacot lu"
Timpal Sani sambil menampar kepala Uki
"Aduh, \*\*\*\*\*\*..!!"
Teriak Uki yang kaget karena kepalanya ditampar Sani
"Haa haa haaaa"
Mereka berdua tertawa keras sambil berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments