"Wrong Wrong Wroooong". . .
Bunyi knalpot motor Rindra & Odi yang sengaja bleyer motornya dismping Sani.
Mereka adalah teman-teman Sani yang sering membully dirinya ketika di sekolahan ataupun ketika bertemu dijalan.
“Woy..lihat kulit muka lu,udah kek aspal warnanya Hahahaha” ucap Rindra mulai mengejek
“Jangan sering keluar malem ya, ntar kagak kelihatan haahaahaa” timpal Odi yang tertawa puas membully Sani
“Kalau keluar malem, pake baju putih ya, biar kelihatan,, kelihatan kek pocong. Hwaahaha” ejek Tidar yang sedang dibonceng Rindra.
Sedangkan Farhan, yang dibonceng Odi, hanya tersenyum saja & tidak mengatakan apapun pada Sani.
Sesampainya di sekolah, Sani disapa oleh sahabatnya
“Oii...San” teriak Uki
“Hoi..Ki, udah berak lu” jawab Sani sambil tertawa
“Bangke Lu Haahaaa” balas Uki sembari tertawa ngakak
Sani selalu mengejek Uki dengan topik berak, karena setiap pelajaran dimulai, Uki selalu ijin ke WC untuk buang air besar, itulah kenapa Sani selalu bilang berak ketika ketemu Uki.
“Gimana, tadi dibully mereka lagi?” tanya Uki
“Yaelah tiap hari juga gitu, udh gak kaget gw” jawab Sani
“Kok lu diem aja sih”
“Lhah...emang harus gimana donk?”
“Ya dikasih pelajaran kek, biar tau rasa mereka” ucap Uki agak emosi
“Nanti dikelas juga bakal dikasih pelajaran sama Gurunya”
Haaahaaahaa
Mereka tertawa barengan.
“Emang ****** lu” ucap Uki sambil merangkul pundak Sahabatnya itu.
“Eh lu bawa bekal kan?” Uki bertanya
“Pasti donk”
“Apaan?”
“Ya singkong rebus lah,emang bawa apaan” jawab Sani sambil menahan tawanya
“ckckckck mantab dah, ntar bagi ya” ujar Uki
“Passttiiiiii” balas Sani sambil tersenyum.
Lalu mereka ketawa bersama dan barengan masuk ke Kelas.
Dari belakang, ada sosok Gadis cantik yang memperhatikan mereka berdua sambil menahan senyumnya.
Zaiyu, Gadis yang biasa dipanggil Ayu,dia adalah adik kelas yang selalu memperhatikan Sani dari kejauhan.
Zaiyu sangat menyukai Sani, karena kepribadian Sani yang bersahaja & cerdas.
Tapi dia tidak berani mendekati karena dia pemalu & merasa tidak pantas kalau seorang gadis mendekati pria duluan.
Dan dia juga berfikir bahwa perasaannya mungkin hanya rasa suka khas anak remaja, dan bukan perasaan Cintanya orang Dewasa, jadi dia hanya memperhatikan & mengagumi Sani dari kejauhan.
Saat istirahat, Sani & Uki pergi ke kantin untuk membeli minuman.
Sani memesan Teh hangat,sedang Uki lebih suka Es Teh.
Mereka lalu membuka bekal Sani, singkong rebus buatan Ibu Sani dan makan bersama.
“Kok bisa ya, gw suka banget sama singkong rebus buatan Ibu lu, sampe ketagihan pula” kata Uki membuka obrolan mereka.
“Lu udah bosen makan Burger kali" jawab Sani
“ckckckck sialan Lu, tapi mungkin bener kali ya, soalnya tiap sore gw selalu dijajanin Burger sama bapak gw” timpal Uki
“Wkwkwkwk gw seumur-umur belum pernah makan Burger, dikampung gak ada yang jualan Burger soalnya, adanya juga Kue Putu keliling” balas Sani sambil tertawa
Saat mereka menikmati singkong rebus bersama, tiba-tiba..
"Braakkkk"
Suara tangan yang menggebrak meja dengan keras.
"Kalau hanya numpang makan, seharusnya tidak berada di Kantin ini...!!!"
Sani tau betul siapa yang berteriak, meskipun tanpa menoleh, karena cuma 1 anak yang selalu melakukannya.
Ya, dia adalah Rindra, anak orang kaya yang selalu membully Sani dan bersikap semena-mena dengan siapapun.
"Ki, minumannya udah dibayar kan?"
"Udah San, kenapa?"
"Kita pergi sekarang, jangan sampai kantin ini kacau gara-gara ulah anak nakal ini yang bisa melibatkan kita"
Sebenarnya Uki ingin membantah, tapi dia pikir apa yang dikatakan Sani benar adanya.
Bukan masalah dengan Rindra yang ditakuti, tetapi kasihan kepada pemilik kantin jika mereka rusuh di kantin.
Jadi mereka memilih pergi saja dari situ.
"Dasar Pengecut ..!!!"
Ucap Rindra ketika melihat Sani dan Uki keluar dari Kantin.
Sani tidak merespons, hanya melirik saja ke arah Rindra dan temen-temannya.
"San, kenapa sih lu gak ladenin aja tu anak nakal?"
Ucap Uki yang kelihatan jengkel
Sani berhenti, lalu menghadapkan badannya ke arah Uki,
"Apa untungnya Coba?"
"Ya biar mereka jera dan gak ganggu kita lagi"
Timpal Uki
"Halah, buang-buang waktu dan tenaga aja, gak ada guna ataupun untungnya"
Balas Sani sambil melangkah pergi,lalu diikuti Uki dibelakangnya sambil nyeletuk
"Iya juga sih"
Hingga jam pulang sekolah, Sani berpisah dengan Uki dan pulang ke Rumah masing-masing.
Seperti hari-hari sebelumnya, sampai dirumah Sani istirahat sebentar, lalu siap-siap berangkat ke ladang guna mencari rumput untuk memberi makan sapi-sapi peliharaan pakdhe Damar.
Sebagaimana yang sudah dijanjikan pakdhe Damar dulu, jika Sani sanggup mencarikan rumput untuk pakan sapi-sapinya, maka pakdhe Damar berjanji akan membiayai sekolah Sani sampai ke jenjang SMA.
Sebenarnya, andai Sani tidak mencarikan rumput pun pakdhe Damar tetap berkenan membiayai sekolah Sani.
Karena Sani adalah keponakan satu-satunya.
Sedangkan pakdhe Damar sendiri belum dikaruniai momongan hingga usianya yang sudah menjelang kepala lima.
Pakdhe Damar sendiri selalu menganggap Sani sebagai anaknya sendiri, karena setiap hari selalu menyempatkan diri mampir dirumah pakdhe Damar, untuk sekedar mengobrol ringan atau memang Sani sengaja menjenguk pakdhe dan Budhenya itu.
"Sani belum datang pak?"
Tanya bu Wiwik kepada suaminya
"Lha iya, kok belum datang, wong sudah jam 4 sore"
Jawab pakdhe Damar
"Apa disusul ke ladang saja, saya khawatir terjadi apa-apa sama Sani, biasanya setengah 4 juga sudah pulang"
Timpal bu Wiwik yang mulai gelisah
"Ya wis tak cari di ladang, aku kok jadi ikut khawatir"
Ucap pakdhe Damar sembari mengambil topinya dan segera berangkat ke ladang.
Tapi saat sampai dibelakang rumah, tiba-tiba Sani muncul sambil membawa dua ikat besar rumput yang dipanggul pakai pikulan.
"Lhooo...lha ini anaknya, kenapa sore sekali San, biasanya stengah 4 sudah sampai rumah"
Tanya pakdhe Damar sambil membantu Sani membawa rumputnya.
"Anu pakdhe...mungkin Sani ngambil rumputnya agak kebanyakan, kerasa agak berat dibanding biasanya, jadi tadi Sani sering berhenti untuk Istirahat"
Ucap Sani sambil senyum nyengir ke pakdhenya
"Lhah...ada-ada saja kamu ini, ya sudah sekarang istirahat sebentar, biar dibuatin Kopi sama budhemu"
"Walah..gak usah pakdhe"
"Gak usah gimana maksudmu?"
"Nggak usah lama-lama maksudnya, kebetulan tadi Sani belum ngopi dirumah...hihi"
"Dasar kamu.....Buuuu, buatin kopi 2 ya"
"Iya pak"
Jawab bu Wiwik sambil berjalan menuju dapur.
"Nih rokok kesukaanmu"
Pakdhe Damar menyodorkan rokok kesukaan Sani yang tulisannya 234
"Wuih...mantab nih, ada kopi sama rokok kesukaanku..hehe"
"Jangan terlalu sering ya merokoknya, supaya bisa nabung buat beli motor"
Budhe Wiwik memberi nasihat kepada Sani
"Iya Budhe, Sani juga gak pernah beli rokok, kalau dirumah cuma merokok tembakau yang pemberian pakdhe yang Sani linting sendiri"
"Nah..begitu bagus, biar bisa hemat pengeluarannya"
"Nanti kamu latihan silat juga?"
Tanya pakdhe Damar kepada Sani
"Mungkin enggak pakdhe, Sani kok merasa hari ini lelah banget, mungkin karena tadi kebanyakan nyari rumputnya, jadi agak capek"
"Ya sudah, kalau Ndak latihan silat, nanti malam kesini saja sama Ibumu, nonton TV bareng sambil ngopi lagi.
Ini rokoknya masih banyak"
"OK..!! Siap pakdhe..!!"
Timpal Sani sambil tangannya melakukan Hormat yang diiringi dengan tawa pakdhe Damar serta senyuman budhe Wiwik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments