seleksi ujian mandiri

Ayah.. Ibu.. maaf ya kali keduanya Delima gagal tembus Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pilihan Delima.

Maaf ya kalau Delima belum bisa ngebuktiin untuk bisa menjadi anak yang baik dan hebat apa yang Ayah-Ibu harapkan selama ini.

Maaf Delima gagal tembus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) seperti Ayah-Ibu harapkan.

Tapi Delima nggak pernah merencanakan kegagalan itu Ayah. Ibu.

Delima sudah berusaha semaksimal mungkin yang Delima bisa. Ayah. Ibu.

Maafin Delima Ayah.. Ibu..

                                                                     

Setelah Delima ditanyakan tidak lolos di Perguruan tinggi Negeri (PTN) impiannya sebelumnya lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kini Delima mencoba lagi mendaftar lewat jalur Seleksi Mandiri di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di Sulawesi Selatan, tepatnya di kota Makassar, Universitas Hasanuddin (UNHAS).

Delima kini mengubur dalam-dalam keinginannya untuk bisa kuliah di Jawa, karena kondisi perekonomian keluarga yang sangat terbatas. Jangankan kuliah, untuk membeli bahan makanan saja sulitnya minta ampun.

Delima mulai menata ulang semuanya. Dengan belajar lebih giat lagi agar dia bisa lolos lewat jalur Seleksi Mandiri nantinya, mimpi besar ini harus dia kejar, dia usahakan, dan juga dia doakan setiap saat.

Syarat agar bisa masuk lewat jalur Seleksi Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) adalah dengan memperoleh nilai yang sangat bagus pada saat tes masuk. Tes masuknya hampir sama dengan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebelumnya. Delima cukup optimis untuk bisa lolos di tes masuk Seleksi  Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS), karena gadis itu cukup percaya diri dengan kemampuannya sebelumnya.

 

Soal-soal Ujian Seleksi Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) hampir sama dengan tipe soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang Delima kerjakan sebelumnya.

Api semangat itu kembali menyala lagi. Delima memutuskan untuk melanjutkan perjuangan selanjutnya. Gadis itu akan melakukan yang terbaik, dan sisanya akan Delima serahkan kepada Tuhan pemegang garis takdir kehidupan.

Pertengahan bulan Juli, 2019, hari tes masuk jalur Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) di mulai. Delima dan sahabatnya yang bernama Tasya Fahira Rum datang pagi-pagi ke tempat ujiannya, di Jln. Perintis Kemerdekaan No.KM.10, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Tasya adalah sahabat terbaik Delima satu-satunya di bangku SMA, dia sangat loyal kepada Delima. Tasya adalah teman sekaligus  saudara baginya. Tasya selalu menolong Delima setiap Delima kesusahan, contohnya dalam urusan makan minum. Dia selalu membelanja Delima apa pun walaupun Delima sering menolaknya karena tidak enak tapi Tasya selalu memaksanya, maka mau tidak mau Delima hanya pasrah mengikuti keinginan sahabatnya.

“Akan selalu ada orang yang baik di sekitar kita. Bila tidak kita temukan, maka jadilah salah satu diantaranya.”

Delima dan Tasya di arahkan oleh panitia penyelenggara Ujian Mandiri kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) di salah satu ruangan lengkap dengan pengawasan yang ketat. Ruangan itu di lengkapi CCTV di setiap sudutnya. Ada juga tiga buah AC dan beberapa kipas angin turbo.

Beberapa saat Delima kehilangan segala kepercayaan dirinya, Delima jadi khawatir dan pesismistis. Tapi kemudian dia mengusir pikiran negatifnya dan kembali menguatkan diri sendiri.

“Bagi Tuhan tak ada yang mustahil, semangat Delima” Batin Delima menyemangati dirinya sendiri.

Waktu ujian pun tiba. Para peserta duduk di tempat yang sudah di sediakan dan sesuai nomor urut yang telah di bagikan oleh panitia pelaksana seleksi ujian Mandiri di kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) sebelumnya. Lembar soal di bagikan, Delima berdoa, lalu mulai membuka lembar demi lembar soal ujian. Delima lihat soal satu per satu dari nomor pertama hingga nomor terakhir.

Delima tersenyum dalam hati, karena gadis itu merasa kali ini akan bisa mengerjakan semua soalnya tanpa kendala apa pun.

Soal dikerjakan satu per satu dari awal hingga akhir oleh Delima, tanpa kesulitan yang berarti, rasanya seperti mimpi saja, benar-benar selancar itu Delima mengerjainya.

Setengah jam kemudian...

Masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi, waktu tersisa Delima manfaatkan untuk mengecek ulang jawabannya secara berkali-kali.

Hingga waktu ujiannya berakhir. Soal dan lembar jawaban dikumpulkan dan peserta meninggalkan ruangan ujian dengan tata tertib yang telah dibuat oleh pengawas ujian.

“Pengumuman dua hari dari sekarang. Kalian bisa melihatnya di sosial media kampus kami atau datang langsung ke kampus kami, nama-nama yang ditanyakan lolos kami akan menempelkannya di majalah dinding (mading) yang terletak di sebelah utara depan kampus.” Kata ketua pengawas ujian penyelenggara Seleksi ujian Mandiri kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS).

Delima dan Tasya kini sedang dalam perjalanan kembali ke kediamannya masing-masing, dengan tasya yang mengantar Delima.

Di dalam mobil sesekali mereka berbincang mengenai tes ujian Mandiri yang tadi mereka kerjakan.

“Gimana, Sya, tes matematikanya?” Delima tersenyum pelan, dia tahu, pasti, sahabatnya ini kesusahan dalam mengejai tes matematika, bagi Tasya matematika adalah pelajaran yang mengerikan, hahaha.

“Jangan ditanyain Del, susahnya minta ampun, serasa mau pecah kepalaku, tapi bersyukurnya ada beberapa yang bisa ku jawab. Kamu gimana?

“Aku alhamdulillah bisa semuanya, tapi nggak tahu jawabannya benar atau nggak.”

“Ya udahlah, kita berpasrah aja Del, berserah kepada Tuhan.”

“Iya, Sya.”

Tasya yang awalnya ingin langsung pulang, tapi tidak jadi karena dia ingin singgah di sebuah restoran sebab perutnya merasa keroncongan dan minta di isi segera mungkin.

“Kita singgah makan dulu yah, Del.” Kata Tasya pada Delima sahabatnya yang duduk berdampingan dengannya.

“Tapi Sya, aku nggak punya duit.”

“Kamu nggak usah mikirin itu, aku yang ngajak berarti aku yang bayar.” Kata Tasya sambil tersenyum ramah.

“Terima kasih Sya, kamu adalah sahabat terbaikku, yang pernah kumiliki.” Ucap Delima memeluk tubuh sahabatnya dan dibalas oleh Tasya dengan pelukannya juga.

Sesampainya di restoran, Tasya memarkirkan mobilnya di area parkiran yang ada, selesai memarkirkan mobilnya mereka berdua masuk ke sebuah restoran klasik.

Mereka yang hendak masuk harus melewati sedikit masalah, karena ada seseorang pria yang dengan terburu-burunya menabrak Delima.

“Aww” rintih Delima kesakitan.

“Sorry, aku lagi terburu-buru.” Kata pria itu berlalu.

“Dasar pria nggak jalan pake mata, matanya di taruh di mana sih.” Umpat Tasya marah.

“Sudah Sya, kita hiraukan aja, kita niat awalnya untuk makan datang ke sini kan?” Delima berusaha meredakan amarah sahabatnya.

Tasya lantas mengangguk walaupun masih ada rasa jengkel dengan pria itu tapi tak apalah mengingatkan perutnya yang sudah keroncongan minta di isi.

Tasya menggandeng masuk tangan Delima sahabatnya, mereka lalu mendudukkan bokongnya di kursi dan mulai memesan makanan.

Mereka menikmati makanannya dalam diam, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar.

Selesai makanan yang mereka makan tandas, Delima dan Tasya memutuskan untuk pulang dengan Tasya yang mengantarkan Delima ke asmara yang tak jauh dari tempat mereka sekolah dulu.

Kini mobil Tasya sudah terparkir di gerbang asmara Delima. Gadis itu turun dari mobil, tak lupa sebelum berpisah mereka berdua berpelukan.

“Sya, makasih ya untuk hari ini.”

“Iya sama-sama, aku langsung balik ya.”

“Iya kamu hati-hati.” Delima turun dari dalam mobil.

“Bye-bye Del, sampai jumpa lagi.” Ucap Tasya melambaikan tangannya. Delima membalasnya dengan lambaian tangan serta senyuman.

*****

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!