Timphan...

Ayah bergegas turun ke bawah setelah para tentara itu pergi. Sudah beberapa hari, ayah tidak turun karena harus mengobati seorang tentara. Tidak ikut turun karena tenagaku tidak dibutuhkan di bawah sana. Tapi aku pastikan akan turun untuk berbicara dengan pria penghuni ruang bawah tanah itu. Ada hal yang harus dijelaskannya padaku.

“Mah, Ayah pergi ke kebun dulu.”

“Rahmah ikut ya!” pintaku.

“Jangan! Tidak ada yang membantunya.” Bisik ayah. Aku mengangguk mengerti lalu ayah dan Fajar pergi mencari dedaunan di sekitara hutan tidak jauh dari rumah.

“Ini saatnya!” aku turun ke bawah tanpa sepengetahuan ibu karena saat ini ibuku juga pergi ke pasar bersama Raudhah.

Pria itu sedang duduk sambil meregangkan kakinya. “Ada yang mau aku tanyakan!” ucapku tegas dan sarat dengan kemarahan. Bagaimanapun aku merasa marah setelah mendengar perkataan para tentara kemarin.

Dia menatapku lekat dan itu cukup membuat jantungku berdetak kencang. Aku seperti menantang singa saat ini. “Apa yang ingin kamu tahu?”

“Kenapa kalian menyerang para tentara itu? Mereka ke sini hanya mengikuti perintah dan kalian menyerangnya. Anak-anak mereka menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, apa ini yang dinamakan perjuangan? Apa tidak ada cara lain selain berperang? Kenapa kalian tidak berdamai saja?” sungguh hatiku saat ini sangat takut. Mata pria itu menatapku lekat dalam diam sementara aku? Apa yang sudah aku lakukan saat ini? Kalau dia benar-benar seorang Pang Sagoe maka tamat sudah riwayatku. Dia adalah pimpinan tertinggi para pemberontak dan aku justru menantangnya. Oh tuhan selamatkanlah aku saat ini.

“Begitulah perang. Kontak senjata, bom, serangan demi serangan yang kami lakukan atau mereka lakukan terlebih dahulu akan sama hasilnya. Ada yang meninggal, anak yang lahir menjadi yatim, istri menjadi janda. Kami juga mengalami hal yang sama. Resiko mereka yang ikut berperang adalah itu. Baik kami maupun mereka, kita sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kami berperang dengan tujuan mulia untuk tanah kelahiran kita tapi mereka? Mereka adalah orang luar yang dikirim ke sini untuk membasmi kami. Setiap tetes darah kami berasal dari tanah ini lalu apa yang mereka lakukan? Memperlakukan kami sama seperti musuh dan di saat yang sama, mereka membantai keluarga kami lalu membantai orang-orang yang tidak bersalah hanya karena membantu kami. Merusak wanita-wanita yang tidak berdosa setelah membunuh suami mereka lalu apakah kamu sudah mempertanyakan ini pada mereka? sejahat-jahatnya kami tapi keluarga mereka tidak ada yang terluka tapi kami? Mereka dengan beringas menghancurkan keluarga kami hanya karena ada anggota keluarga yang mengikuti gerakan kami. Silakan menimbang sendiri! Pergilah!” Aku terkesiap lalu pergi menaiki tangga menuju kamarku.

Lama aku terdiam mencoba merenungi apa yang dikatakan oleh Bang Ilham tadi sampai tidak menyadari jika ayah dan Fajar sudah pulang.

“Mamak mana, Kak?”

“Ke pasar sama Raudah. Kenapa?”

“Adek bawa ini. Ayah bilang kalau dimasak pasti enak.” Aku melihat buah labu tanah yang Fajar bawa.

“Kamu mau dibuat apa?” tanyaku padanya.

“Ayah bilang timphan isi srikaya lebih enak dari pada di masak jadi sayur.”

“Ya sudah, ambil telur ayam sepuluh butir di dalam kandang! Habis itu ambil pucuk daun pisang dua tangkai.”

“Buat apa, Kak?”

“Buat timphan seperti yang kamu bilang.” Senyum Fajar mengembang sempurna. Sementara ayah sudah menghilang ke bawah tanah.

Di saat aku sedang mengaduk-aduk telur, ayah muncul dengan Bang Ilham yang sudah berpakaian lusuk lengkap dengan topi yang biasa ayah pakai saat ke sawah.

“Terima kasih, Rahmah. Abang pergi dulu ya!” aku menganggukkan kepala. Lalu pria itu pergi menghilang dari belakang rumahku. Sebuah keranjang besar berisi rerumputan diikat oleh ayah di punggungnya lalu dia pun menghilang melalui semak-semak belakang rumahku.

“Ayah!” panggilku setengah berbisik.

“Apa benar Bang Ilham itu Pang Sagoe?” ayah mengangguk. Detak jantungku semakin kencang setelah mengetahui kenyataan ini.

“Kenapa? Apa kamu menyukainya?”

“Pertanyaan Ayah tidak lucu.”

“Ayah sedang tidak melucu. Ayah merestui kalau kamu menikah dengannya.”

“Kenapa? Apa yang Ayah sukai dari dia?”

“Dia itu ilmu agamanya baik dan bertanggung jawab serta tampan dan pandai memimpin. Pasti mudah baginya untuk memimpin kamu.”

Aku tertawa mendengar ayah membela Bang Ilham. “Apa yang datang kemarin tidak ada yang seperti dia makanya Ayah menolak?” dengan cepat ayah mengangguk.

“Entah kenapa Ayah tidak suka melihat mereka.” Aku semakin terbahak mendengar penuturan ayahku yang luar biasa aneh.

“Yang mau menikah itu aku atau Ayah? Kenapa Ayah yang harus suka lebih dulu? Bisa saja kan kalau yang Ayah suka belum tentu aku juga suka atau sebaliknya.”

“Tidak. Yang Ayah suka, kamu juga harus suka kalau tidak begitu berarti tidak jadi.” Aku mengerucutkan bibir melihat tingkah aneh ayahku.

“Ayah, percuma juga ayah menyukainya dan berharap kami menikah kalau dia sendiri tidak menyukaiku.” Ayahku terdiam dan membuatku terbahak.

“Ayah kalah!” teriakku menatap sang ayah yang terlihat kesal dengan ucapanku. Ayah lupa kalau untuk menikah  harus ada keinginan dari kedua belah pihak bukan dari pihak ketiga seperti ayahku.

Aku fokus membungkus adonan timphan ke dalam daun bersama Fajar sampai ibu dan Raudah pulang dari pasar. “Ayah kenapa?” tanya Raudah melihat raut wajah ayahku yang sedang membalut rokok daunnya.

Aku tersenyum melihat Raudah dan ibuku yang sedang penasaran lalu akupun menceritakan tentang perbincangan kami tadi dan seperti dugaanku, Raudah ikut tertawa tapi ibuku hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Lalu ibu pergi menemui ayah yang sedang merokok di balai depan.

“Kak, dapat salam dari Abang tentara.” Aku yang sedang membungkus timphan mendadak berhenti lalu menatap Raudhah.

“Ketemu di mana sama mereka?”

“Di jalan saat pulang dari pasar. Sepertinya Abang itu suka sama Kakak.”

“Kakak tidak suka.”

“Kenapa?”

“Karena mereka bukan orang Aceh.”

Kedua adikku menganggukkan kepala. Hanya ini jawaban yang paling mudah diterima oleh otak kecil mereka. Tidak  mungkin aku memberitahukan alasan sebenarnya karena bagi mereka karena sulit untuk mereka memahami apa yang sesungguhnya terjadi di negeri kami. Negeri kelam di bawah deru peluru yang setiap saat meledak tanpa kenal waktu dan tempat.

“Tapi aku suka sama mereka, Kak. Mereka baik, suka memberikan kue dan uang padaku dan teman-teman makanya kami suka bermain ke pos mereka.” Aku terkejut mendengar penuturan adikku.

“Kamu bermain ke sana?” tanyaku tidak  percaya dengan apa yang aku dengar.

Fajar mengangguk, “Fajar, kalau sampai Ayah tahu kamu main ke sana. Kamu pasti akan dimarahi bahkan dipukul. Pos mereka itu berbahaya buat kita. Bisa-bisa kamu terkena peluru kalau tiba-tiba pos mereka di serang.”

“Iya, Dek. Kamu dengar ucapan Kak Rahmah. Bahaya main ke sana.”

“Tapi, Kak-“

“Fajar, jangan sampai Kakak memberitahu Ayah dan Mamak!” ancamku membuatnya terdiam.

Hari-hari berlalu setelah kepergian Pang Sagoe hari itu. Aku kembali menjalankan rutinitasku seperti biasa bersama teman-teman sampai suatu hari kami terjebak di sawah saat suara bedil dan bom kembali terdengar. Kami memilih tiarap di atas padi yang baru saja kami tanam untuk menghindari terjangan peluru yang entah berasal dari mana.

Mulut kami berkomat-kamit membaca doa-doa dengan harapan supaya kontak senjata ini cepat berakhir dan kami ingin sekali pulang ke rumah.

“Dari suaranya kayak berasal dari pos kampung kita.”

Deg…

***

LIKE...KOMEN....TERIMA KASIH...

Terpopuler

Comments

Cut SNY@"GranyCUT"

Cut SNY@"GranyCUT"

Naluri seorang ayah yang sangat kuat dalam melihat laki2 yang pantas untuk jodoh anak gadisnya, karena laki2 tersebut akan menjadi orang yang dipercaya untuk menitipkan anak gadisnya yang sangat disayangi.

2023-07-28

0

Umi Jasmine

Umi Jasmine

bang ilham ini

2023-01-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!