Nada memandang datar wajahnya yang cantik semakin cantik saja karena polesan make up yang begitu pas diwajahnya, hari ini adalah hari pernikahannya dengan pria itu. Ia sudah berusaha keras menolak pernikahan itu dengan berbagai cara, namun begitupula sebaliknya pria itu dengan kerasnya tetap memaksanya agar setuju menikah dibantu dengan Papanya. Akhirnya ia dengan sangat terpaksa menerima semuanya mengingat Papanya sempat kecewa dengan apa yang terjadi padanya, pernikahan ini demi Papanya bukan untuk dirinya.
Ia bahkan sama sekali tak pernah membayangkan akan menikah diusianya yang ke-26 ini, ia pikir ia akan terus melajang hingga usia 30 yang menurutnya sangat matang untuk menikah. Tetapi gara-gara kejadian sial satu malam itu ia harus terjebak dengan pria itu mungkin untuk selamanya karena ia yakin sekali ia masuk kedalam hidup pria itu dia tidak akan melepaskan Nada.
'CKLEKKK'
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Nada, ia menoleh dan mandapati Fani yang merupakan sepupunya berjalan kearahnya sambil tersenyum. Nada hanya memutar kedua bola matanya malas ketika mengerti arti senyuman itu, ia pasti akan diledek habis-habisan oleh Fani karena dulu ia sempat bercerita akan menikah diusia yang ke-30 namun lihatlah sekarang ia malah menikah lebih cepat 4 tahun dari usia yang ia perkirakan.
"Katanya mau nikah diusia ke-30 nih, ciee ujung-ujungnya gak tahan juga kan?" Nada mendengus kesal.
"Namanya juga rencana manusia, belum tentu bisa terkabul."
"Pengantin baru jangan cemberut gitu dong, gue kesini mau jemput lo. Sekarang si Danu udah jadi suami lo ketika kata sah tadi udah diucapin para saksi, ciee yang udah nikah auranya kok jadi beda-beda gimana gitu."
"Apaan sih perasaan biasa aja, kayak lo belum ngalamin aja."
Fani sudah menikah kurang lebih 2 tahun yang lalu, usia Fani lebih tua 3 tahun dari dirinya. Fani bahkan telah memiliki seorang anak laki-laki berusia 2 tahun yang membuat Nada iri ketika melihatnya karena anak Fani sangat menggemaskan baginya, ia bahkan menyebut anak Fani yang bernama Fahmi itu keponakan favouritenya.
"Ya kan beda aja sama lo, kalau guekan nikah sama laki gue karena cinta sedangkan lo kan kayaknya terpaksa." Fani tertawa mengejeknya membuat Nada ingin sekali menyumpali mulut Fani dengan kaus kaki busuk.
"Lo ngejek gue lagi, gue sumpal tuh mulut lo pake kaus kaki busuk." Ancam Nada setengah kesal.
"Wo.. wo.. Santuy pengantin baru, lagiankan suami lo itu gue udah lihat dan dia ganteng banget. Gue yakin lo gak bakalan nyesel nikah sama dia dan gue akan pastiin lo cepet jatuh cinta sama dia."
"Sok tau lo." Ketus Nada.
"Hari ini kok lo bawaannya marah-marah mulu, gak baik loh pengantin baru. Harusnya kan hari ini lo happy."
"Lo kok ngeselin sih? Jadi gak kita turun?" Nada sudah tidak sabar pergi dari sini karena kebrisikan Fani yang tiada henti nyerocos itu.
"Wah ternyata mempelai wanitanya sudah tidak sabar bertemu sang suami, ayo kalau begitu." Fani membimbing Nada keluar dari kamar, sebelumnya ia mengedipkan matanya kearah Nada membuat wanita itu hanya memutar kedua bola matanya malas.
Mereka tiba dihadapan semua orang, Nada menatap datar seorang pria yang rapi dengan jas hitam dan peci hitamnya. Walaupun sebenarnya pria itu terlihat sangat tampan hari ini namun ia tak perduli, toh untuk apa ia memperhatikan pria itu sedemikian rupa karena mereka kan menikah karena terpaksa bukan karena cinta ah tidak lebih tepatnya hanya dirinya yang terpaksa karena pria itu lebih suka memaksanya.
Danu menatap Nada dari atas hingga bawah, matanya memandang Nada tak berkedip. Nada yang cantik terlihat sangat cantik hari ini dengan balutan kebaya putih yang membungkus tubuh rampingnya, wajahnyapun dipoles make up membuat aura kecantikannya semakin terlihat.
"Suami lo mandang lo gak berkedip tuh, kayaknya dia udah gak sabar bawa lo ke kamar terus nerkam lo." Bisik Fani ditelinga Nada membuat wanita itu memandang tajam sepupunya.
Perlahan Fani membimbing Nada menuju kearah Danu yang masih memandangg Nada dengan tatapan kagumnya sedangkan Nada seakan tak perduli dengan Danu, padahal dalam hati ia sedikit risih ditatap begitu oleh Danu.
Danu menyodorkan tangannya meminta Nada untuk mencium punggung tangannya, dengan enggan dan malas Nada menerima uluran tangan itu dan mencium punggung tangan Danu. Perlahan Danu memegang belakang kepala Nada lalu menempelkan bibirnya dikening Nada, mencium kening wanita yang kini telah menjadi istrinya itu dengan lembut.
"Kamu cantik sekali." Bisik Danu setelah menjauhkan wajahnya dari kening Nada.
Danu meraih tangan Nada, memasangkan cincin dijari manis istrinya itu. Sebaliknya Nada dengan senyum tipis dan penuh keterpaksaan memasangkan cincin dijari manis Danu. Setelah bertukar cincin dan menandatangani surat nikah, mereka menghampiri kedua orang tua Danu dan Papa Nada.
Nada langsung memeluk Papanya dengan air mata yang mulai mengalir dikedua pipinya, Papanya memeluk Nada erat. Putri kesayangannya sekarang bukan lagi tanggung jawabnya melainkan telah menjadi tanggung jawab suaminya.
"Ssst jangan nangis, putri Papa udah besar ternyata. Paap gak nyangka kamu akan ninggalin Papa secepat ini, dulu perasaan Papa baru aja dengar kamu manggil Papa dan Mama tapi sekarang udah nikah aja. Sekarang tanggung jawab Papa udah beralih kesuami kamu, kamu jadi istri yang berbakti ya sama suami kamu." Papa mengusap lembut punggung Nada.
"Papa ngomong apa sih? Walaupun Nada udah nikah, Nada tetap anak Papa. Nada pasti sering-sering kesini kok jenguk Papa, kalau perlu Nada sama Danu tinggal disini aja."
"Jangan begitu, kemanapun suami kamu pergi Nada harus ikut ya? Karena dimanapun suaminya pergi istri wajib mengukuti. Papa gak mau kamu jadi istri yang membangkang hanya karena Papa, Papa mau kamu jadi istri yang shalehah untuk suamimu karena berarti Papa berhasil sebagai orangtua yang mendidik putrinya." Papa mengusap pipi Nada yang bersimbah air mata.
"Iya demi Papa Nada janji akan jadi istri yang baik, Nada bolehkan Pa sering-sering main kesini?"
"Ya boleh dong sayang, rumah ini selalu terbuka untuk kamu karena rumah ini juga rumah kamu walaupun kamu sudah menikah." Nada kembali memeluk Papanya erat.
Setelah urusan Papa dan anak itu selesai, Danu menyalami tangan Papa mertuanya dan tersenyum penuh keramahan. Papa menepuk bahu Danu dan memberikan tatapan tajam penuh peringatan.
"Jaga anak saya, jangan sampai kamu menyakitinya. Sedikit saja kamu membuat putri saya terluka, saya akan langsung membawanya pergi dari hidup kamu bahkan saya akan pastikan kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
"Saya memang tidak bisa berjanji tapi saya akan pastikan dan usahakan Nada hidup bahagia dengan saya." Danu tersenyum meyakinkan membuat Papa melengkungkan bibirnya membentuk senyuman.
"Saya percaya kepadamu Danu, bahagiakanlah putri saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Dewi Tarra
nada nadaa ....bukanya bagus yahh si danu mau tanggung jawab,,blom tentu laki" lain bisa nerima keadaan kamu nada
2022-12-13
0
Borahe 🍉🧡
Danu tipe cowo sat set sat set
2022-08-26
0
Windy Artika
aq juga sama brondong 😀beda 3 th 🤭
2022-01-20
1