Nada memasuki ruang kerjanya dengan wajah kusutnya, Andini salah satu sahabat Nada yang bekerja ditempat yang sama pun bingung melihat wajah kusut sahabatnya. Ia menghampiri meja Nada dan menepuk bahu wanita itu, Nada yang pada dasarnya pikirannya entah melayang kemanapun tersentak kaget.
"L-lo ngagetin gue aja."
"Ya habisnya lo ngelamun gak jelas gitu, emang apa sih yang lo pikirin?" Andini mendudukan dirinya disamping Nada.
"Enggak apa-apa, gue cuma pusing aja mikirin kerjaan yang gak ada kelar-kelarnya." Andini tak percaya dengan ucapan Nada namun ia hanya mengangguk mengiyakan, ia tau kalau Nada pun butuh privasi.
"Nada.." Nada dan Andini menoleh kearah sumber suara, terlihat Erik salah satu temannya yang berada didivisi yang sama dengan mereka.
"Kenapa Rik?"
"Lo dipanggil Pak Wira tuh." Helaan nafas Nada nampak gusar, ia mengangguk tak semangat lalu beranjak untuk memasuki ruangan Pak Wira.
'Tok..Tok..Tok..'
"Masuk!"
Nada mendorong pelan pintu ruangan berwarna coklat itu, ia langsung menghampiri meja yang terdapat seorang pria dewasa dengan wajah tampan dan rahang tegas tengah menatap beberapa berkas ditangannya.
"Bapak manggil saya? Ada apa Pak?" Pak Wira menatap Nada sekilas.
"Laporan yang saya minta kemarin mana?" Tanya Pak Wira tanpa menatap Nada.
Tubuh Nada gelisah seketika, oh ya ampun dia belum menyelesaikan laporan yang diminta Pak Wira. Kenapa ia bisa selupa itu sih? Ini semua gara-gara kejadian tak terduga kemarin hingga ia lupa akan pesan yang Pak Wira kirimkan agar segera menyelesaikan laporan yang atasannya itu minta.
"Belum Pak." Cicit Nada, Pak Wira menaruh berkasnya lalu menatap Nada.
"Belum?" Suara dingin itu menyentak Nada.
"Sudah berapa kali saya ingatkan agar kamu menyelesaikan laporan yang saya minta, apakah kamu tidak mendengarkannya? Sekarang kamu malah bilang belum menyelesaikan laporannya? Kalau memang ada urusan pribadi yang mengganggumu tolong dipending dulu karena disini kita sama-sama bekerja bukan malah sibuk memikirkan segala urusan pribadi di rumah!!"
"Maaf Pak, saya-.."
"Sudahlah silahkan kamu keluar, dan ingat selesaikan laporan kamu hari ini juga. Saya tunggu." Nada mengangguk lesu.
"Baik Pak."
Nada keluar ruangan dengan wajah lesunya, membuat beberapa teman divisinya menatap Nada heran. Ada apa dengan Nada? Tumben sekali wajahnya kusut begitu setelah keluar dari ruangan Pak Wira, apa jangan-jangan dia kena semprot Pak Wira ya? Ah tidak mungkin karena diantara mereka hanya Nada yang tidak pernah kena semprot karena pekerjaan Nada selalu saja benar dan tepat waktu sekali.
"Kenapa tuh muka kusut banget?" Tanya Andini setelah Nada duduk dibangkunya.
"Gue habis kena semprot Pak Wira nih, soalnya gue lupa belum bikin laporan yang dia minta." Lesu Nada.
"Wow seorang Nada lupa bikin laporan? Tumben amat lo." Nada mendengus mendengarnya.
"Maklum aja sih, gue juga cuma manusia biasa yang gak bisa luput dari rasa lupa dan salah."
"Iya juga sih, tapikan tumbenan amat."
"Udah.. Udah.. daripada gue ngeladenin lo mending gue ngerjain laporan yang diminta Pak Wira. Husss sana lo balik ke meja lo aja, gak usah ganggu gue." Usir Nada membuat Andini mendengus dan langsung menuju kubikelnya.
Nada mengetik laporannya sesekali memijit kepalanya yang pusing, sebenarnya ia merasa kurang enak badan namun ia harus memaksakan mengerjakan laporan yang diminta Pak Wira agar atasannya itu tak lagi memarahinya.
"Huuuuh, akhirnya..." Nada tersenyum puas melihat laporan yang telah ia ketik, tinggal diprint terus ia akan memberikannya kepada Pak Wira.
'Tok..Tok..Tok..'
"Masuk."
"Pak ini laporan yang Bapak minta." Nada menyerahkan laporan yang beberapa jam ia kerjakan, Pak Wira menerima laporan itu dan menatap wajah Nada yang terlihat sedikit pucat.
"Kamu sakit?" Nada mengerjap.
"Oh? Eh saya gak apa-apa kok Pak, saya cuma merasa kurang enak badan aja hari ini."
"Ya sudah, kamu boleh keluar. Tapi kalau badan kamu semakin kurang sehat lebih baik kamu izin saja, saya tidak mau karyawan saya kenapa-napa." Nada mengangguk, tumben sekali Pak Wira memperhatikan karyawannya.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi Pak." Belum sempat Nada memegang kenop pintu, Pak Wira kembali bersuara.
"Ehm Nada.."
"Iya Pak?"
"Malam ini kamu ada acara?" Meskipun bingung Nada tetap menjawab dengan gelengan kepalanya.
"Gak ada, ada apa ya Pak?"
"Nanti malam bisa temani saya?" Nada mengernyit.
"Kemana ya Pak?"
"Ke pernikahan teman saya."
"Kenapa harus saya ya Pak?" Tanya Nada bingung.
"Kamu tidak mau menemani saya?"
"Bukan gitu Pak, saya mau kok hanya-.."
"Ya sudah kamu boleh keluar, nanti saya jemput kamu jam 7 malam." Potong Pak Wira cepat.
"Baik Pak." Nada beranjak keluar.
Sebenarnya ia merasa heran kenapa tiba-tiba Pak Wira mengajaknya menemani pria itu ke pernikahan salah satu teman pria itu, namun ia sebagai karyawan hanya bisa apa jika tidak menuruti. Walaupun sebenarnya jika mereka diluar mereka bukan lagi sebagai atasan dan bawahan, namun ia juga harus menghormatinya meskipun diluar jam kantor.
Jujur saja sebenarnya Nada memiliki perasaan kepada Pak Wira, siapa coba yang tak akan menyukai seorang pria tampan dengan tubuh atletis dan juga pria itu menjabat sebagai bagian penting dalam perusahaan. Mengingat usia pria itu baru menginjak usia 30 tahun ditambah status lajangnya. Mungkin semua wanita lain akan dengan terang-terangan menyerahkan tubuhnya kepada pria itu kecuali Nada tentunya, karena Nada hanya bisa menyukai atasannya itu dalam diam. Waktu Pak Wira tiba-tiba menanyakan apakah malam ini dia ada acara atau tidak Nada rasanya sangat senang, ditambah ia tau bahwa pria itu akan mengajaknya datang ke acara pernikahan salah satu temannya. Rasanya Nada ingin jingrak-jingkrak kesenangan saja saking senangnya.
Nada keluar dari ruangan Pak Wira dengan senyum yang mengembang, membuat Andini yang melihat ekpresi Nada dibuat heran. Tadi saja wajahnya kusut, tapi lihatlah sekarang wajah sahabatnya itu sangat cerah secerah sinar mentari.
"Kayaknya lagi seneng nih ya? Ada apa sih? Dapet bonus dari bos?" Nada menghampiri Andini dan mendudukan dirinya disamping wanita itu.
"Lo tau gak kalau nanti malem Pak Wira ngajakin gue ke pernikahan temannya coba, mimpi apa gue semalem? Ini tuh lebih wow daripada dapet bonus." Mata Andini melebar.
"Hah!? Serius lo!!?" Tanpa sadar Andini berteriak membuat semua yang berada diruangan itu menatap Nada dan Andini heran.
"Jangan kenceng-kenceng bisa kali, gue ngomongnya berbisik lo malah teriak ngalahin toa di masjid."
"sorry, habisnya gue kaget." Ringis Andini.
"Seneng banget deh gue."
"Gue ikut seneng dengernya, lo udah seneng sama doi sejak lama dan baru sekarang si doi ngajakin lo jalan."
"Bukan jalan, tapi nemenin dia."
"Iya.. Iya, sama aja sih. Good luck ya, semoga dia cepet nembak lo. Gue tunggu pajak makannya." Nada mengangguk ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
flower garden
Nada bukannya orang kaya? bokapnya punya perusahaan? kenapa kerja ditempat lain?
2020-09-06
4
AndiniSuli🌻💫
Hoy Nama gue tu....Andini 😂😂
2020-09-06
1
Al Firda
trusin dong thorrrr....
2019-12-10
1