Tubuh Nada rasanya lelah sekali ditambah tadi ada beberapa pekerjaan salah satu karyawan bimbingannya yang melakukan kesalahan dan alhasil dialah yang menyelesaikan semua kekacauan itu, ia memasuki rumahnya dengan langkah gontai tanpa memperhatikan sekitarnya. Ada tiga orang pria dan satu orang wanita berada disana tapi Nada sepertinya tak perduli, ia hari ini hanya butuh pergi ke kamarnya dan istirahat. Paling-paling mereka semua adalah rekan kerja Papanya, belum sempat kakinya menginjak anak tangga namanya pun dipanggil oleh sang Papa.
"Nada.."
"Iya ada apa Pa?"
"Kesini sebentar." Mau tak mau Nada melangkah menghampiri Papanya, ia mendudukan dirinya disamping sang Papa tanpa memperhatikan ketiga orang yang tengah menatapnya lekat-lekat.
"Sst salim dulu, Papa gak pernah ngajarin kamu gak sopan begitu." Dengan malas Nada mulai mengulurkan tangannya menyalami pasangan suami istri itu dengan senyum lelahnya.
"Nada Om, Tante." Pandangannya beralih kepada pria muda yang tengah memperhatikannya intens itu, seketika matanya membola.
"KAMU?!! NGAPAIN KAMU DISINI?!!" Tanpa sadar Nada berteriak sambil berdiri dengan tangan yang menunjuk wajah laki-laki itu.
"Nada!!! Yang sopan sama calon suami kamu!!" Pandangan Nada beralih kearah sang Papa, apa tadi ia tak salah dengar Papanya menyebut laki-laki itu calon suami?
"A-apa Pa? C-calon suami?" Tenggorokan Nada rasanya tercekat mendengar hal itu.
"Iya mereka bertiga baru saja melamar kamu menjadi menantu sekaligus menebus segala kesalahan putranya."
"Tapi Pa.."
"Mereka sudah menceritakan semuanya dan putranya ingin bertanggung jawab."
"Aku gak hamil Pa, buat apa dia tanggung jawab."
"Tapi tetap saja dia telah menodai satu-satunya putri Papa, dia harus tanggung jawab atas semua kesalahannya Nada.."
"Tapi aku gak mau nikah sama dia, lagiankan aku gak hamil jadi untuk apa semuanya dipermasalahkan begini."
"Nada siapa yang bisa menjamin kalau-kalau kamu tiba-tiba hamil? Papa mohon menikahlah dengan dia jangan buat Papa malu." Nada melirik sekilas kearah Pria yang seakan tersenyum diatas segala kepedihannya.
"Pa, aku mau ngomong sama dia 'berdua'. Kamu ikut saya ke depan." Nada berjalan terlebih dahulu diikuti Pria yang berjalan dibelakangnya.
Nada membalikkan tubuhnya seraya bersedekap dada, menatap penuh tatapan tajam kepada pria yang hanya tersenyum menyeringai itu.
"Saya gak mau basa-basi sama kamu, ngapain kamu bawa kedua orangtua kamu ke rumah saya?"
"Kan kamu sudah dengar sendiri apa yang Papa bilang, kita akan segera menikah."
"Jangan sebut Papa saya dengan sebutan itu, saya tidak akan pernah menikah dengan kamu." Tukas Nada.
"Yah sekeras apapun kamu menolak sayangnya pernikahan kita akan tetap berjalan." Mata Nada seakan keluar dari tempatnya mendengar ucapan pria didepannya, seenaknya saja menentukan pernikahan.
"Memangnya kamu siapa berani-beraninya mengatur pernikahan tanpa sepengetahuan saya?!!"
"Saya calon suami kamu dan kamu calon istri saya, apakah itu sudah cukup menjawab semua yang ada dikepalamu?" Ingin rasanya Nada membunuh pria didepannya kalau saja ia tak takut dosa dan masuk penjara, sungguh pria didepannya ini benar-benar menyebalkan tidak tau diri.
"Jangan mengumpat begitu, kasihan wajah kamu bertambah keriput." Refleks Nada memegangi kedua pipinya membuat pria itu tertawa.
"Saya hanya bercanda, kamu tetap cantik kok." Pria itu mengedipkan sebelah matanya, Astaga!! bagaimana mungkin pria ini yang akan menjadi suaminya, bisa mati mendadak Nada kalau begini caranya.
"S-saya sudah memiliki calon suami dan orangnya bukan kamu." Bohong Nada.
"Oh ya? Tapi kenapa Papamu bilang bahwa akulah orang pertama yang melamarmu sayang?" Pria itu mencoba menyentuh pipi Nada namun dengan sigap langsung ditepis olehnya.
"Kamu mencoba membohongi calon suamimu hhmm?"
Nada hanya diam, dia tak dapat berkata-kata lagi.
"Sekalipun memang kamu sudah punya pacar, aku akan bicara padanya kalau kamu hanya milikku!!"
"Saya bukan milik kamu dan selamanya tidak akan pernah menjadi milik kamu!!" Setelah mengatakan itu Nada berlari tergesa memasuki rumah menuju kamarnya tanpa peduli tatapan heran dari ketiga orang paruh baya yang masih bercengkrama.
Pria itu tersenyum miring kemudian kembali memasuki rumah Nada, menghampiri kedua orangtuanya dan calon Papa mertuanya.
"Danu ada apa? Kenapa Nada tadi terlihat marah seperti itu?" Tanya Bundanya ketika Pria bernama Danu itu mulai duduk disalah satu sofa.
"Ah tidak apa-apa Bun, hanya masalah kecil saja. Dia sudah setuju kok Bun untuk menikah dengan Danu, bahkan dia meminta pernikahannya dipercepat saja."
"Ah yang benar sayang? Syukurlah kalau begitu."
"Ya sudah kalau begitu bagaimana pernikahan Danu dan Nada kita adakan satu minggu lagi?"
"Ya saya setuju-saja."
"Masalah persiapan pernikahan biar keluarga kami saja yang mengurusnya, Bapak dan Nada tinggal terima beres saja. Kita akan mengadakan akad saja dan untuk resepsinya akan dilaksanakan setelah Danu lulus."
"Tak masalah, asalkan kita tetap mengundang para kolega-kolega."
Sedangkan didalam kamar Nada tak henti-hentinya mengumpati pria yang merupakan calon suaminya, calon suami? Ciih. Tau namanya saja tidak, bagaimana caranya membatalkan semuanya? Karena ia tau pria itu pasti benar-benar nekat menikahinya. Sial!! Sial!! Sial!!! Ini semua gara-gara malam terkutuk itu, coba saja ia tidak minum-minum dan berakhir bersama pria itu. Coba saja ia tak datang ke club, coba saja ia langsung pulang ah hanya ada kata coba saja dan kenyataannya sudah terjadi.
"Dasar pria brengsek, gue gak butuh tanggung jawab dia arrggghh!!"
'Ting'
Nada tersentak dan langsung membuka ponselnya, ada salah satu pesan dari Pak Wira yang mengatakan bahwa pria itu telah berada dijalan menuju rumahnya. Ahhh sial kenapa dia bisa lupa kalau malam ini ada janji menemani Pak Wira kepernikahan temannya? Bagaimana ini? Tidak mungkin Papanya mengizinkannya pergi sedang dirumahnya sedang ada tamu yang sebentar lagi juga akan menjadi keluarganya.
Aish persetan dengan semuanya ia tak peduli, dengan sigap ia bersiap-siap memakai pakaian terbaik miliknya tak lupa memoles make up natural namun elegan.
"Nada kamu mau kemana?"
"Ada urusan sebentar Pa, aku pamit." Dengan tergesa Nada keluar rumah tanpa memperdulikan panggilan Papanya.
Nada memasuki sebuah mobil mewah hitam milik Pak Wira, tanpa menyadari bahwa sedari tadi mata Danu menatap tajam kearahnya.
"Apakah saya perlu turun dan berpamitan kepada Papamu karena membawa aank gadisnya malam-malam?"
"Ah tidak perlu Pak, tadi saya sudah izin dan beliau memperbolehkan."
"Ya sudah kalau begitu." Nada bernafas lega karena Pak Wira tak memaksa berpamitan kepada Ayahnya, bisa gawat kalau itu sampai terjadi.
Danu menatap tajam mobil mewah yang semakin menjauh dari pandangannya dengan kedua tangan yang terkepal kuat, ia tak akan pernah membiarkan Nada dimiliki orang lain karena Nada itu hanya miliknya dan selamanya akan jadi miliknya bukan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Ayu Nuraini
bucin abis Danu🤪🤪
2022-11-19
0
Asmaniar Adrinov
ga mandi dulu? kan baru plg krj
2022-03-07
0
Asmaniar Adrinov
membunuh takut dosa, berzinah & minum minuman keras ga takut dosa... eeeelaaaah... yg bener aja. justru yg lo takutin itu yg dosa ny paling besar.
2022-03-07
0