Selamat datang di karya kedua Author"-"
Yang sudah mampir, please take the time to like and comment.😊
🍒 Happy reading 🍒
...***...
Khatleen berjalan keluar kamar dengan terseok-seok, dia menyusuri dinding kamar sampai dinding luar sembari mengagumi desakannya. Saat matanya melihat-lihat tak sengaja matanya bertemu dengan angka yang tertera dipintu sebelah. Khatleen berhenti dan mengalihkan pandangannya kekunci ditangannya.
Tunggu, Khatleen tiba-tiba sadar. Dia seharusnya berada di Kamar 42 dan bukan kamar 24. Khatleen menelan ludahnya, mungkin dia hanya berimajinasi. Dia pasti banyak pikiran.
Namun sesaat kemudian, dia kembali melihat kunci di tangannya, jelas ada perbedaan pada angkanya. Khatleen bergantian melihat angka tersebut berharap apa yang dilihatnya 24 bukannya 42 atau 42 bukan 24.
Untuk memenuhi rasa penasarannya, Khatleen mencoba membuka pintu kamar itu, namun ternyata pintu tersebut terkunci. Kemudian Khatleen melihat kunci ditangannya, sebenarnya dia segan untuk membukanya, tapi, hati kecilnya bersikeras menyuruhnya untuk melakukannya. Khatleen pun membuka pintu itu dan pintu itu pun terbuka.
Setelah pintu terbuka, Khatleen pun mendorong pintu itu. Namun, apa yang dilihatnya membuat dia tidak percaya. Khatleen tertegun dan detik berikutnya dia berteriak histeris.
"Hei! Apa kamu tersesat? Bagaimana kamu bisa masuk tanpa mengetuk pintu?" Seorang pria berteriak padanya. Tidak lain adalah tunangannya sendiri, Miles, meskipun kamar itu ber AC, dia masih berkeringat deras.
Tanpa dijelaskan pun Khatleen sudah paham dengan apa yang sedang Miles lakukan. Kenapa mereka begitu keterlaluan, Miles dengan teganya melakukan itu dengan saudara tirinya, Moa.
Miles dan Moa terdiam diranjang dengan tubuh tanpa sehelai benang. Disini, Khatleen lah yang kebingungan, seharusnya dia tidak masuk kekamar ini, seharusnya dia tidak mendengar suara Miles. Hati nya begitu sakit, hal apalagi yang dilakukan dua manusia yang berbeda jenis kelamin dalam kamar yang sama apalagi dalam keadaan telanjang.
"Khatleen, apa yang kamu lakukan di sini?" Miles bertanya dengan gugup.
"Kamu mengirimiku pesan kemarin kalau kita akan bertemu di sebuah hotel... kamu...kamu bersamaku tadi malam, kan?" tanya Khatleen gugup.
"Apa yang kamu katakan? Aku tidak pernah mengirim mu pesan. Bahkan aku tidak ada menelepon mu atau berniat menemui mu seminggu ini." Miles menjawab sambil melilitkan handuk kepinggangnya.
Mendengar Jawaban Miles, Khatleen mundur karena kaget, jika bukan Miles yang tidur dengannya tadi malam, lalu siapa yang mengambil keperawanannya? siapa pria itu? Apakah dia bercinta dengan orang asing tadi malam? Tapi selain itu, mengapa saudari tirinya dengan tunangannya?
"Tapi kenapa kamu bersamanya? Kamu selingkuh dariku." Khatleen menuduhnya dan Miles terkekeh.
"Sepertinya kamu amnesia. Aku tidak menipumu."
"Pembohong! Miles, apa arti dari semua ini? Bagaimana kamu bisa melakukan hal sejahat ini? Dia adalah saudari tiriku dan kamu adalah tunanganku!"
"Jadi, apa, ya? Beraninya kamu masuk ke kamar kami seperti anjing liar tanpa rasa sopan sedikit pun dan kemudian kamu mulai meneriaki kami. Apa kamu tahu kalau kamu sudah melanggar privasi kami. Kalau kamu tidak tahu maka biarkan aku memberitahu mu, perbuatan mu ini termasuk pelanggaran privasi dan kamu bisa di kenakan hukuman atas perbuatanmu ini." Kata Moa berkobar.
Tubuh Khatleen mendadak kaku, dia dan Moa memang sedari dulu tidak pernah akur. Moa selalu mengambil apa yang Khatleen punya, karena sifat serakahnya itu lah mereka sering bertengkar. Moa selalu dimanja oleh ayahnya, sementara Khatleen selalu dipaksa bekerja hanya untuk menyenangkan ayahnya.
Semua itu berlangsung sampai mereka dewasa. Moa tidak pernah berubah. Dan sekarang Khatleen melihatnya bersama Miles. Moa sudah diluar batas.
"Diam! Tutup mulutmu itu? Bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku, Moa? Aku tahu ... aku tahu kita tidak rukun, tapi kamu tidak seharusnya menusukku dari belakang seperti ini."
Moa tertawa sambil berdiri, dia pergi memeluk Miles dengan cara yang dianggap menjijikkan oleh Khatleen. Miles membalas pelukannya dengan tangan yang meremas buah dada Moa. Moa menempelkan tubuhnya ke tubuh Miles, dia dapat merasakan sesuatu yang menusuknya dibawah sana. Moa mengerang kenikmatan, dia melirik kearah saudari tirinya dengan senyum bahagia.
Khatleen marah, tubuhnya gemetar dan dia berusaha keras untuk tidak menangis tetapi didepannya adalah pemandangan yang menyakitkan untuk dilihat. Bagaimana Miles bisa melakukan ini padanya?
"Bukan salah siapa-siapa kalau kamu tidak bisa menyenangkan seorang pria, bukan salah siapa-siapa kalau kamu tidak bisa merawat pria yang kamu sebut tunanganmu dengan baik. Segala sesuatu yang terjadi adalah salahmu jadi jangan salahkan siapa pun." Kata Moa sambil mengedipkan mata sebelum menggesekkan pinggulnya ke adik laki-laki Miles.
Khatleen tidak sanggup menontonnya lagi, ini sangat menjijikkan. Dia berlari keluar ruangan tersebut sambil menangis tersedu-sedu. Wanita resepsionis melihatnya pergi, wanita itu mencoba menghentikannya tetapi Khatleen lebih dulu memasuki mobilnya dan segera meluncur setelah menyalakan mesin mobilnya.
Didalam mobil, Khatleen menangis perih. Bagaimana bisa Miles melakukan ini padanya, jika bukan dia yang mengiriminya pesan, lalu siapa lagi? dan siapa pria bersamanya tadi malam? apa yang harus dia lakukan sekarang?
...BACK TO THE PRESENT...
Nadia akhirnya memutuskan untuk tidak membahas hal ini lagi. Dia juga melihat raut wajah Khatleen yang sepertinya memang benar-benar bertekad kuat.
"Baiklah kalau begitu. Itu adalah pilihanmu dan aku akan mendukungnya selama itu benar. Kamu adalah Mommy nya Daemon, jadi kamu pasti akan memilih pilihan yang lebih baik untuk kalian berdua." Nadia berbicara dengan lembut sementara Khatleen mengangguk.
"Iya, terima kasih."
"Sama-sama, sekarang saatnya aku memulai sesiku untuk periode utama." kata Nadia sambil menyeringai.
"Baiklah, akan ku dengarkan."
Nadia mulai berbicara seperti burung beo. Khatleen hanya mendengarkan dan sesekali dia mengangguk, sementara dalam pikirannya, Nadia persis seperti kereta api listrik di Jepang yang memiliki tingkat kecepatan tinggi.
Setelah berbicara panjang lebar dan super cepat, Nadia pun pamit pulang. Perutnya sudah kenyang dan lidahnya juga sudah lelah.
Setiap lima menit sekali, Khatleen akan menghubungi nya untuk mengetahui kalau dia benar-benar pulang dengan selamat.
...BEBERAPA HARI KEMUDIAN...
"Yay, waktu luang." Khatleen menjerit dan bangkit dari tempat tidurnya menuju laptopnya. Dia mengenakan atasan putih transparan dan celana hitam super pendek.
Rambutnya diikat dengan gaya sanggul berantakan dan dia memakai kacamata yang membuatnya terlihat profesional. Sudah beberapa hari sejak dia tiba di sini, Daemon banyak menghabiskan hampir seluruh waktunya dirumah Nadia. Sehingga Khatleen tinggal di rumah sendirian yang membuat dirinya merasa bebas dan leluasa.
Kathleen mulai masuk disitus web. Dia akan mencari sekolah terbaik untuk putranya.
Saat menelusuri daftar sekolah, dia menemukan salah satu yang menarik perhatiannya.
"Headstart - Early Learning Childhood Center (ELCC)." Khatleen membaca nama sekolah itu. Kemudian dia dengan cepat menelusuri informasi tentang sekolah tersebut. Khatleen tertarik dengan sekolah ini, jadi tanpa ragu dia pun mengisi formulir pendaftaran online.
Mengenai biaya, Khatleen tidak perduli, apapun untuk Daemon akan dia lakukan termasuk menyelam dibagian lautan terdalam sekalipun.
Satu masalah telah selesai, tinggal satu masalah lagi. Khatleen memeriksa Email nya, Namun, sampai sekarang belum ada juga notifikasi dari perusahaan tempatnya melamar kerja.
Padahal ini sudah beberapa hari dari dia melakukan pendaftaran dibagian sekertaris. Biasanya dia hanya bekerja secara online, tapi sekarang dia harus terbiasa menunggu hal yang tidak pasti.
...***...
"Apa jadwalku besok, Kai?" tanya Dominic sambil meniup secangkir coklat panasnya.
"Master meminta anda untuk berkunjung ke sekolah ELCC besok pagi. Beliau bilang ini sangat penting." Jawab Kai.
"Ya, selalu itu saja yang dia katakan." Dominic mengejek dan mulai menutup matanya.
"Kosongkan jadwalku besok."
"Baik, bos."
Dominic masih tidak mengerti, mengapa ayahnya berinvestasi disekolah itu? tidak mungkin karena dia menyukai anak-anak.
Mungkin dia hanya ingin melebarkan cabang bisnis nya. Sangat membingungkan bagi Dominic, tapi dia tidak punya pilihan lain selain menurut. Hanya berkunjung, kan? bukan masalah besar baginya.
To be continued......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mulyati Wahyuni
semoga crtanya ga membosankn
2023-08-16
0
LISA
Aq hadir Kak Nad..biar g sepi lg 😊
2023-02-12
1
Nadila Keisya
sepi
2023-01-30
1