Selamat datang di karya kedua Author"-"
Yang sudah mampir, please take the time to like and comment.😊
🍒 Happy reading 🍒
...***...
"Nadia, kamu saja yang datang kesini, bagaimana? maafkan aku Nad, tapi aku sangat lelah." kata Khatleen melalui telepon sambil menggoreng telur yang telah dia campur tadi.
"Sebaiknya kau mulai menyiapkan sesuatu yang layak dimakan dan enak atau..." Ancam Nadia.
"Atau kamu akan mengulitiku hidup-hidup, percayalah, aku telah mendengar itu berkali-kali darimu. Cepatlah kesini." Khatleen berkata dan mengakhiri pembicaraannya.
Khatleen memang berniat untuk mengunjungi temannya malam ini, namun dia berubah pikiran. Dia terlalu malas untuk keluar rumah, apalagi dia baru saja tiba dikota ini.
Khatleen tahu Nadia tidak akan keberatan melakukan nya asal disediakan makanan yang enak untuknya.
"Mom, aku sangat lapar," kata Daemon sambil berjalan menghampirinya, tangannya yang mungil mencengkeram perutnya yang rata. Dia baru saja bangun dari tidur siang.
Khatleen menatapnya dan tersenyum.
"Ha, begitu rupanya, anakku yang tampan ini sudah lapar, ya? sebentar lagi makan malam akan siap sayang. Kamu pergilah kemeja makan dulu, bersikap baik lah karena Aunty Nadia akan datang malam ini. Nanti akan ada bonus ayam goreng untukmu."
Mendengar hal itu, Daemon pun berjingkrak senang. Dia melompat dan tersenyum bahagia. Kemudian dia pergi kemeja makan sesuai perintah Mommy nya. Khatleen yang melihat tingkah polos anaknya hanya bisa tersenyum kemudian dia kembali fokus pada masakannya.
Khatleen sudah terbiasa mengerjakan semuanya. Tidak ada yang membantunya, dia melakukan semuanya sendiri, meski tidak mudah, tapi Khatleen berusaha selalu ada untuk putranya.
Setelah dua puluh menit kemudian, bel pun berbunyi.
...TING...
...TONG...
...TING...
...TONG...
Suara bel yang ditekan berulang kali membuat penghuni rumah merasa kesal, sudah dapat dipastikan itu adalah ulah Nadia. Tidak ada yang berniat membukakan pintu untuknya. Baik Khatleen maupun Daemon mengira kalau Nadia akan masuk tanpa perintah.
"Aku sangat berharap kamu tidak akan mendobrak pintu itu," teriak Khatleen dari dalam dan pergi membukakan pintu untuk temannya.
"Khatleen!!" Nadia berteriak bahagia dan melompat kepelukannya.
Khatleen sedikit terhuyung karena pelukan tiba-tiba dari Nadia. Detik berikutnya dia kembali menormalkan dirinya.
"I really miss you," kata Nadia.
"Dan aku tidak bisa bernapas karena pelukan mu." Khatleen mengerang kesal.
"Ups, Sorry." Nadia tersenyum malu-malu.
Penampilan Nadia jauh berbeda dari penampilannya tiga tahun yang lalu. Nadia bahkan lebih tinggi dari Khatleen.
Khatleen dan Nadia adalah sahabat sejak mereka SD. Mereka memiliki kepribadian yang sama dan selera yang sama namun tetap memiliki perbedaan dari keduanya. Nadia tipe wanita ceria dan menyenangkan sementara Khatleen sedikit lebih pendiam, tapi mereka sangat cocok satu sama lain.
"Setidaknya, lepaskan aku dulu." gumam Khatleen dengan napas kasar dan Nadia melakukan apa yang Khatleen katakan dengan senyum konyolnya.
Nadia memakai baju rajut tipis berwarna cream dengan celana jeans berwarna hitam. Rambutnya sudah dipotong pendek berwarna kecoklatan. Nadia bilang, dia tidak bisa bekerja dengan rambut panjang karena akan mengganggu pekerjaannya. Mau pendek atau panjang, Nadia tetap tampil memukau.
Daemon berlari dan berteriak saat dia melihat kedatangan Nadia.
"Aunty Nad!!"
"Daemon!!" Nadia menjawab tak kalah senang dari Daemon.
Khatleen berjongkok merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk Daemon dengan erat. Setelah itu, Nadia mengangkat Daemon keudara dan Daemon tertawa dengan riangnya.
Khatleen tersenyum hangat melihat kedekatan mereka. Kemudian mereka pun masuk berjalan menuju ruang makan.
"Jadi, Bagaimana? apa kamu menyukai rumah ini?" Nadia bertanya saat mereka sudah siap untuk makan malam.
"Aku menyukainya. Terima kasih banyak sahabatku." Jawab Khatleen dengan senyum cerianya.
"You're welcome. Daemon, sekarang kamu sudah besar ya." Nadia memuji Daemon. Dan bocah itu tertawa manis mendengarnya. Daemon melirik Mommy nya berharap Mommy nya akan berhenti menganggapnya sebagai anak kecil.
"Jangan buat dia besar kepala. Dia tetap anak kecil yang berumur tiga tahun." Khatleen melirik putranya kemudian dia meminum segelas air diatas meja.
Daemon mengerutkan keningnya, sesuai dengan apa yang dikipikirkannya. Tapi, dia tidak ambil pusing dan tetap fokus pada makanannya. Nadia melirik Daemon dan kemudian dia melihat Khatleen yang mengedipkan sebelah matanya. Tanpa bicara mereka sudah mengerti setuasinya.
Mereka bertiga dengan asyik mengobrol ringan sampai selesai makan.
"Daemon, pergilah main kekamarmu. Aunty dan Mommy ingin bicara sesuatu." Kata Nadia mengusap kepala bocah itu. Dan tanpa ragu Daemon mengangguk dan pergi kekamarnya.
Nadia mendekati Khatleen yang sedang mencuci piring.
"Jadi, Bagaimana selanjutnya?" Tanya Nadia memulai pembicaraan.
"Belum tahu Nad. Aku baru tiba disini, seperti nya untuk beberapa hari ini aku akan membereskan rumah dulu. Tapi, aku sudah melakukan riset sebelumnya. Hanya saja aku belum menemukan sekolah yang cocok untuk Daemon. Dan aku juga sudah mencari lowongan diberbagai perusahaan yang membutuhkan sekretaris." Ucap Khatleen. Jujur dia tidak ingin anaknya keseringan berada dirumah. Dia ingin anaknya bergaul sesuai usianya.
"Hmm, rencana yang bagus. Tapi, Khatleen, apa kamu yakin akan baik-baik saja berada di Ibu Kota? Kamu bisa memikirkan nya kembali, belum terlambat untuk pindah ke Lexington." Nadia bertanya dengan cemas.
Khatleen mematikan keran air kemudian dia menaruh satu piring terakhir ke rak piring. Setelah itu dia melihat kearah Nadia dan menghela nafas sebelum dia membilas tangannya.
Setelah selesai membilas tangannya, Khatleen bersandar didinding meja wastafel, dia meletakkan kedua tangannya disana sambil menatap lurus ke depan.
"Sampai kapan kita akan membahas masalah ini?" Khatleen menoleh dan bertanya pada Nadia.
"Sampai ketakutan mu itu berakhir. Kathleen, aku tidak bisa membiarkan mu begitu saja, ini ibu kota. Tempat dimana hidup mu hancur bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana jika kamu bertemu dengan salah satu keluargamu? Bagaimana kamu akan menghadapi mereka? Kamu belum siap untuk menghadapi mereka karena mereka hanya akan mengingatkanmu pada masa lalu..."
"Tapi aku tidak bisa menahan diri. Aku tidak bisa menghentikan takdir. Cepat atau lambat, aku harus menghadapi mereka dan apa yang bisa aku lakukan? Mau kemana pun aku bersembunyi, ujung-ujungnya aku juga akan bertemu mereka. Masa lalu tetaplah masa lalu, aku hanya bisa belajar agar diriku tidak terpengaruh lagi olehnya. Meski sulit, tapi aku harus menghadapinya."
"Apa kamu mau tahu, ada satu hal yang membuat ku terus maju dan melepaskan semua ketakutan pada diriku, yaitu cinta yang kumiliki untuk putraku, dia layak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dan hanya tempat ini pilihan terbaik untuknya. Aku ingin membuatnya bahagia. Apapun akan aku lakukan, aku sanggup menjadi ibu dan juga ayah untuk nya." Tambah Khatleen menjelaskan panjang lebar.
"Bagaimana jika dia menanyakan ayahnya, apa yang akan kamu katakan?"
Pertanyaan ini adalah salah satu dari banyak pertanyaan yang paling Khatleen takuti. Dia tidak tahu apa-apa tentang siapa ayah biologis putranya, dia bahkan tidak tahu seperti apa tampangnya. Satu-satunya ingatan yang dia miliki tentang DIA adalah aroma tubuhnya yang begitu menyengat dilubang hidungnya malam itu.
Nah, siapa yang harus disalahkan dalam situasi seperti itu? Dirinya sendiri atau orang asing itu? Bukan orang asing itu, semuanya adalah salahnya. Kesalahannya karena memasuki ruangan yang salah, kesalahannya karena tidak menolak bercinta dengannya dan kesalahannya karena tidak memeriksa dengan benar meskipun memiliki dorongan bahwa aroma tubuhnya berbeda dari aroma tubuh Miles. Semuanya adalah salahnya, tetapi sekarang pertanyaan yang tertunda adalah, Jawaban apa yang akan dia berikan kepada Daemon jika dia menanyakan siapa ayahnya?
Khatleen memandang Nadia dengan ragu-ragu sebelum mengalihkan pandangannya dia menjawab.
"Jawabanku sederhana, DIA sudah mati."
DIA sudah mati untuk Khatleen dan Daemon.
...THREE YEARS AGO...
Khatleen bangun keesokan paginya dengan tubuh pegal dan lelah. Mata cokelat mudanya berkibar terbuka dan dia mengedipkannya berulang kali sambil mencoba bangkit dari tempat tidur.
Setelah berhasil duduk, dia melihat sekeliling ruangan itu dengan mata menyipit tetapi dia tidak menemukan apa pun.
"Miles." Khatleen memanggil nama itu dan melihat kearah sisi tempat tidurnya yang kosong.
"AW" Khatleen meringis sambil mencoba berdiri. Bagian bawah perutnya terasa sakit dan kemudian dia menoleh kearah sprei yang terdapat noda darah disana. Khatleen yakin dia sudah memberikan keperawanannya kepada Miles tadi malam jadi dia tersenyum mengingat malam panas mereka.
Khatleen pikir setelah memberikan kehormatannya akan memperkuat hubungan mereka tetapi mengapa Miles meninggalkannya begitu saja tanpa bicara padanya? Apa dia sibuk atau apa? Setidaknya, Miles bisa membangunkannya.
Khatleen tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Miles tadi malam dan juga untuk meminta maaf atas kelalaiannya dalam hubungan mereka.
Khatleen meraih ponselnya dan kembali menekan nomornya. Ternyata tetap sama, nomor Miles tidak dapat dihubungi. Akhirnya, Khatleen berniat mengunjungi Miles kekediaman nya.
Namun siapa sangka kunjungannya disambut dengan kejutan yang menjawab semua pertanyaannya.
To be continued...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments