Pengamen bernyanyi di seberang jalan dekat lampu lalu lintas demi menarik perhatian pengendara mobil, mereka pikir uangnya orang mobil lebih banyak. Bunyi gitar dipetik, drum ditepuk keras dan satu musisi bernyanyi menggunakan tongkat kasti yang didekatkan di bibirnya.
Reaksi pengguna jalan raya tidak menggubris pengamen jalanan ini, mereka tutup jendela mobil sambil menyapukan tangannya seraya mengusir pengamen.
Tak disangka performa lagu yang dibawakan menarik perhatian polisi The Punk memakai rompi juru parkir. Mengontrol arah laju kendaraan agar tidak kemacetan.
Beruntunglah polisi The Punk dapat hasil dari pekerjaan itu, Ia hitung jumlah banyak uang kertas yang baunya harum sambil melirik ke 3 pengamen jalanan yang masih berusaha bernyanyi.
Saat jalan raya besar sepi, polisi The Punk memberikan segepok uang diikat karet, tetapi dengan satu syarat.
“Aku perintahkan kalian semua grebek penampungan sampah, buang dan hancurkan tempat itu malam ini.” jelas polisi The Punk.
Pengamen tongkat kasti berkata jujur, serius dia nggak berani berbohong apalagi sama psikopat macam M si Pembunuh. Pengamen ini telah dicincang selama semalaman untuk diminta kejujuran.
Dia ceritakan semua ke Ben yang santai mendengarkan dengan baik tanpa memotong bicara. Andy sudah tidur pulas duluan di dalam rumah kayu. Andaikan pengamen ini dihakimi oleh Andy, mungkin dia bakalan panik dan takut akan paksaan dan dimarahi sampai kena mental.
Suara ayam berkokok, matahari mulai memancarkan sinar terang di pagi hari ini, warna langit berubah biru muda. Waktunya bagi Ben bersiap-siap sebelum aktif kerja.
Sebagai balasan karena bicara jujur, Ben lepaskan ikatan tali yang menjerat tangan dan kaki pengamen tongkat kasti. Dia ajak sarapan bersama tanpa sepengetahuan Andy.
“Setelah sarapan, tolong bersihkan pecahan botol kaca yang berserakan ya, tumpuk semua tong sampah di dekat truk besar.” kata Ben berpesan ke si pengamen tongkat kasti.
Ben menoleh ke Andy, lelaki itu tidur telanjang melepaskan jaket tentara abu-abu dan topeng karung berasnya. Ia tahu rasanya jadi Andy yang jadi pemimpin area penampungan sampah ini.
Seorang pahlawan, pasti banyak mengalami kekalahan sebelum meraih kemenangan, bukankah itu benar.
Terkadang kejadian buruk menimpa pahlawan secara tiba-tiba, kemudian dia menyesal karena tidak bisa melindungi apa yang dia punya. Jangan katakan bagian akhir nasib pahlawan ini selanjutnya. Back To Story.
Pagar besi pasar Tawangmangu terbuka lebar, para pedagang mulai masuk mempersiapkan dagangannya terlebih dahulu.
Begitu pula dengan Ben yang membangunkan Andy dengan sapu penebah karpet.
“Andy, ayo bangun waktunya kerja hey!” ujar Ben.
Andy reflek langsung bangun berdiri, dia tengok pengamen tongkat kasti tidak ada dalam rumah kayu. Dia menoleh ke jendela, rupanya pengamen tongkat kasti lagi sibuk bersih-bersih sampah yang acak-acakan.
“Ben, kenapa kamu suruh dia bersih-bersih? harusnya siksa aja tuh pengamen sampai mampus,” tanya Andy masih memperhatikan pengamen tongkat kasti.
“Nggak gitu juga Andy, pengamen itu masih baik bersih-bersih tempat kita, dia sudah bilang jujur sama aku.” jawab Ben.
Andy ambil handuk lalu mandi basahan di tempat cuci mobil truk. Dia guyur badannya dengan air yang terhubung selang seperti pancuran.
Andy mendesis pelan ketika menyentuh luka pukulan gitar di pelipisnya. Ada sedikit lubang darah yang mengucurkan darah merah kental, apabila lukanya dipencet dengan jari tangan.
Dipukul gitar sesakit itu ya, kalau ditambah tongkat kasti, entah gimana kondisi Andy saat ini. Kepalanya puyeng, dia pijat sambil mengguyur badan dengan air.
“Ninu! Ninu! Ninu!” suara sirine sepeda motor polisi yang berhenti di depan penampungan sampah.
Dua polisi The Punk berdatangan, mereka bawa stun gun, pistol dan borgol. Tunggu, apa tujuan mereka datang kemari? sepertinya mereka sudah mengetahui siapa itu M si Pembunuh.
“Angkat tangan, dan jangan bergerak!” ujar polisi The Punk sambil menodong pistol ke arah Ben.
Ben bingung, kenapa tiba-tiba polisi The Punk datang pagi-pagi ke pasar Tawangmangu. Dia pasrah angkat tangan, duduk bersila dan menundukkan kepalanya.
Polisi The Punk mengamankan jaket tentara abu-abu dan topeng karung beras yang tergeletak, dimasukkan ke dalam kantong plastik besar. “Dimana M si Pembunuh?” tanya polisi The Punk.
“AYO JAWAB!” sambungnya tegas sambil menendang punggung Ben.
...•••...
Senang banget rasanya distribusi koran edisi terbaru pagi ini banyak disukai oleh pelanggan setia JoNews.co. Sasha mengayuh sepeda ke pasar Tawangmangu, masih ada koran eceran yang belum terjual, siapa tahu kios di pasar mau membelinya.
“Andy ngapain ya pagi ini?” tanya Sasha bicara sendiri.
Sasha tuntun sepedanya sambil menyapa pedagang pasar yang baru buka toko lapaknya. Udara pagi ini dingin banget, Sasha cuma pakai jas coklat tanpa sweater.
Raut wajah Sasha berubah kebingungan ketika baru sampai di penampungan sampah. Ada sepeda motor polisi yang terparkir di sudut jalan.
“Lho, kenapa tiba-tiba ada polisi disini, jangan-jangan?” tanya Sasha matanya melotot.
Sasha diam-diam sembunyi di bawah jendela rumah kayu, dia mengintip sedikit melihat Ben yang masih dikepung sama dua polisi The Punk. Udah nggak beres nih, harus dilaporin ke Andy.
Sasha mengintip sambil lihat samping kiri kanan, barangkali kelihatan Andy, dia tengok di tempat cucian truk besar tidak ada siapa-siapa disana.
Sasha menggigit bibirnya sendiri gregetan menguping polisi The Punk yang terus paksa menanyakan kemana Andy. Namun si Ben tetap jawab jujur dengan nada suara yang santai aja tanpa panik, lagian bukan dia juga yang tindak kasar ke pengamen tongkat kasti.
“Ada nama Mandy dan Ginny dibalik kerah jaket tentara abu-abu ini, pasti orang itu masih ada disekitar sini.” kata polisi The Punk menggeledah jaket tentara abu-abu.
Sasha menelan ludah, dia berpikir nih mau masuk ke rumah kayu atau tidak, masalahnya polisi The Punk sudah menyita pakaian M si Pembunuh alias Mandy.
“Sasha,”
Sasha seketika terkejut berbalik arah bertemu Andy di depan matanya. Wanita itu mengelus dadanya dan menghembuskan nafas pelan. Andy tersenyum kecil melihat reaksi kaget Sasha.
“Ayo masuk, nggak usah takut ada aku disini.” ujar Andy menarik tangan kanan Sasha masuk ke dalam rumah kayu.
Mata Sasha tertuju ke pelipisnya Andy yang membekas luka. Dia nurut ditarik masuk ke dalam rumah kayu menghadap langsung ke dua polisi The Punk yang menyandera Ben.
“Oooh, akhirnya M si Pembunuh muncul dihadapan kita semua.” kata polisi The Punk sambil bertepuk tangan pelan.
Raut wajah Andy merengut menatap muka-muka polisi The Punk yang asli China-Indonesia (Chindo) udah rambutnya mohawk bergaya pake seragam polisi pula.
Pengamen tongkat kasti tiba-tiba berlindung di belakang polisi The Punk sambil menuding ke arah Andy. “Itu dia M si Pembunuhnya pak, tolong bawa saya pergi dari sini, cepat pak!” katanya ketakutan tidak berani melihat Andy yang tampak marah.
Merasa puas menyelidiki penampungan sampah, polisi The Punk membungkuk setengah badan ke arah Ben lalu pamit undur diri dengan membawa kantong plastik bening berisi jaket dan topeng karung beras.
Tatapan Andy melotot mendengar identitas aslinya dibongkar oleh pengamen tongkat kasti yang minta dibela polisi The Punk sambil ketakutan. Andy yakin tuh pengamen mentalnya sudah turun sampai ke akar-akarnya.
Sasha menepuk punggung Andy “Ayo kejar! kamu gak berani lawan polisi?” tanyanya.
“Santai, tunggu sebentar!” jawab Andy dengan suara lantang nada tinggi.
Ben keluar rumah kayu duluan, dia tengok polisi The Punk yang naik sepeda motor mau meninggalkan pasar Tawangmangu.
“Andy, jaket tentara abu-abu dan topengmu diambil sama polisi The Punk!” Ben tampak panik sambil tunjuk ke jalanan.
Andy memutar pundak Sasha, sehingga posisi mereka saling berhadap-hadapan. Tangan Andy merogoh tas kecil Sasha berisi handycam, sepertinya ada sesuatu yang harus dilakukan oleh wanita loper koran ini.
“Cepat kejar polisi The Punk, kamu harus memata-matai mereka sampai dapat petunjuk,”
“Tapi aku harus—”
“Pergilah! atau bola matamu ini aku tusuk dengan kuku jempolku,” kata Andy pelan sambil tunjuk kuku jempolnya yang runcing seperti ujung pisau.
”B-Baik aku pergi sekarang.” jawab Sasha memutar bola matanya pasrah.
Sasha pun terburu-buru menuntun sepeda onthel lalu bergegas mengayuh sepedanya dengan cepat mengejar polisi The Punk yang sudah tertinggal.
Andy berganti pakaian kaos kutang dan celana boxer dia memukul tembok kayu dengan keras, marah sejadi-jadinya karena jaket favoritnya diambil oleh polisi The Punk.
Sial! aku sudah ketahuan, lakukan sesuatu dan jangan main kandang terus seperti orang cupu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments