Kegilaan Andy

Mempercepat makanan yang baru saja disajikan, dia lahap lauk pauk tahu telur dengan cekatan tanpa jeda minum. Sasha memejamkan matanya, nggak tahan dengar kecapan mulut Andy. Pola makannya sama dengan hewan karnivora, mengunyah dan melahap makanan sekaligus.

“Dasar anak gila, nggak sopan banget depan banyak orang.” Sasha memilih pindah di tempat yang kosong, memesan es degan untuk menyegarkan perutnya.

Sasha perhatikan Andy dari jauh, diam-diam merekam lelaki itu yang makan sambil berbicara dengan foto cewek. Rekan pembersih sampah lain cuma diam doang sambil menikmati hidangan, tidak memedulikan suara Andy yang asyik ngomong sendiri sama foto cewek.

“Andy, temenin keliling nanti ya, sambil ngobrol santai, oke!” kata Sasha kepalanya miring nengok Andy.

Andy cuma manggut-manggut doang, dia masih lahap makan sampai piring kaca bening bersih bersinar, dia bersihin sisa bumbu-bumbu saus kacang dengan lidahnya.

Sasha menampar pelan wajahnya, berpikiran nih si Andy kenapa jadi gila begini sih, siapa cewek yang di foto pigura emas itu? hari ke dua ketemu sama Andy, rasanya mulai kelihatan sifat asli lelaki tersebut. Sasha jadi makin penasaran.

“Itu foto siapa yang kamu ajak ngomong?” tanya Sasha to the point.

Andy menelan sejenak sisa makanan dalam mulutnya, lalu berikan foto pigura emas ke Sasha. “Dia adik perempuanku yang selalu ada di hatiku.” jawabnya memegang dada kanan.

Ketika mau memotret foto pigura itu, Andy langsung merampas dari tangan Sasha, dia peluk dan menyembunyikan di dalam baju kemeja. Sasha melongo, memangnya kenapa sih kok nggak boleh di foto doang.

“Aku tidak mau foto adikku tersebar luas di seluruh penjuru dunia, apalagi dilihat sama polisi.”

“Lah, emangnya kenapa? kan biar orang-orang tahu adik perempuanmu yang cantik itu.”

Andy jadi makin sebal, dia pergi cabut aja dari warung lalapan meninggalkan Sasha. Bodo amat sama wanita itu yang mau eksplorasi penampungan sampah, foto-foto, atau ngobrol sama pembersih sampah lain, terserah.

Usai mengisi perut, Andy lanjut angkut semua keranjang, tong sampah, kantong kresek ke dalam truk besar untuk dikirim ke tempat pengelola. Memilah sampah plastik, botol, dan barang bekas yang rusak.

Andy melakukannya sendiri, selagi rekan pembersih sampah lain sedang makan, Andy berharap upahnya lebih besar dibanding kemarin.

“Ini sungguh melelahkan, tetapi demi uang aku rela nekat bekerja lebih banyak.” kata Andy berbicara sendiri.

Bayangkan bila harus mengangkut dua tong sampah dengan dua tangan, rasanya berat sekali. Mengusap keringat dengan handuk kecil, Andy puas banget dengan kinerja maksimal. Tinggal menunggu rekan lainnya untuk antar truk besar.

Dari jauh ada seorang mandor pakai helm proyek bedah rumah menghampiri Andy yang tidur terlentang lesehan, dia rentangkan kedua tangan sambil menghembuskan nafas lega.

“Andy bangunlah, ini gaji bonus hasil kerja kerasmu hari ini, kau benar-benar bisa diandalkan.” kata si mandor sambil melempar segepok amplop coklat tebal ke muka Andy.

Bau amplop itu benar-benar wangi, Andy langsung berdiri mengintip berapa banyak upah yang ia dapatkan. Raut wajahnya tersenyum lebar betapa senangnya dapat gajian.

“Maturnuwun pak Ben!” ucap Andy berterima kasih ke mandor dengan logat bahasa Jawa.

“Sami-sami mas Andy.” jawab Ben menganggukkan kepalanya.

Andy mencium amplop coklat berisi uang dengan kecupan manis. Dia pun undur diri istirahat ke rumah kayu. Giliran Ben yang berjaga-jaga di dalam truk besar menunggu yang lain datang.

...•••...

Raut wajah Sasha tampak murung, dia bersepeda lurus keliling sekitar pasar Tawangmangu. Pedagang pasar didampingi oleh rekan tercinta, baik itu istrinya, anaknya atau kerabat kerja.

Sedangkan Sasha sendirian, gini amat rasanya jadi jurnalis dan loper koran. Harus keliling survei sana sini buat ide artikel biar nggak dikatain berita hoax sama pelanggan.

Tengok kanan kiri, rata-rata pengunjung pasar datang berduaan bahkan bertiga boncengan sepeda motor. Sasha sempat memotret area tempat pasar yang cocok dimasukkan berita.

Orang-orang sekitarnya pada tutup mata tidak mau kelihatan kamera handycam milik Sasha. Setelah foto-foto, Sasha iseng scroll album foto dalam kameranya. Foto pertamanya adalah sesi foto bareng Andy. Wanita ini tatap wajah Andy yang tersenyum kecil, pipinya tembem kayak minta dicubit.

“Apa aku harus kerjasama bareng Andy ya?” tanya Sasha sambil garuk kepalanya yang nggak gatal.

Sasha perlu surat tanda bisnis kerjasama dengan Andy, tetapi harus membuatnya terlebih dahulu. Melihat sikap gila Andy, membuat Sasha punya ide untuk memanfaatkannya menangkap penjahat demi kantor JoNews.co.

Dengan niat yang baik-baik, Sasha membelokkan sepedanya ke penampungan sampah lagi. Mencoba ketemu sekali lagi dengan Andy, barangkali akalnya kembali normal.

Ketika parkir sepeda di samping truk besar, Andy sudah tidak ada, hanya ada Ben yang melayani surat tanda tangan penerima barang bekas dari tukang becak.

Sasha berpikir tumben hari ini ramai orang-orang berdatangan bawa barang bekas serta sampah, tidak seperti hari yang lalu. Sasha pegang mic dan kamera, menghampiri Ben yang masih tengah sibuk ngurus surat bon para tukang becak yang antri panjang.

“Permisi, Andy-nya mana yang bang?” tanya Sasha.

“Andy lagi istirahat, kalo mau ketemu monggo silahkan ke rumah kayu,” jawab Ben sambil menuding jari ke arah rumah kayu.

Dengan bola matanya yang masih fresh, Sasha bisa melihat ujung atap rumah kayu di samping area parkiran. Sebelum itu dia mau memotret para tukang becak serta barang-barang bekas dan sampah. Dalam otaknya muncul ide judul artikel koran yang akan dia buat saat jam kerja nanti.

Beres dengan dokumentasi, Sasha sudah stay di depan rumah kayu yang bentuknya mirip gazebo. Namun atapnya berbentuk tumpengan yang cukup besar. Kalau dipandang dari segi atap, pasti dalam ruangannya juga lumayan luas.

Sasha membuka korden selimut bekas, dia intip sedang ngapain Andy di dalam rumah kayu. Ternyata Andy lagi tidur nyenyak lesehan tanpa karpet atau keset welcome. Hehe, mana mungkin ada pembersih sampah tidur.

Sasha membuka pintu pelan-pelan meski bunyinya kedengaran sedikit. Sasha berjalan menjinjit mendekati Andy. Tampak jelas foto pigura emas yang dibawa Andy, sekarang berada di samping kepalanya yang basah keringat.

“Kasihan banget baru usai kerja langsung tidur, padahal aku pengen bicara sama kamu.” kata Sasha kepalanya menatap wajah Andy.

Tipikal orang gila macam Andy ini kalo dibangunin waktu lagi enak tidur, pasti bakalan marah. Sasha menyobek secarik kertas catatan kecil, menuliskan surat untuk Andy bila nanti dia bangun. Dia taruh catatan itu ke bawah foto pigura emas kemudian keluar dari rumah kayu.

Mungkin hari ini Sasha sudah mencari bahan artikel koran yang akan segera diterbitkan oleh JoNews.co. Jojo bakalan senang dan nggak akan memarahi Sasha lagi.

Namun saat mengayuh sepeda onthel keluar pagar pasar Tawangmangu. Sasha menemukan polisi The Punk yang sedang kumpul bareng para pengamen jalanan di tiang lampu lalu lintas.

Dia amati terus gerakan tangan dan mimik wajah polisi The Punk yang berkacamata sambil pegang tongkat neon merah. Gerak tangannya menggorok lehernya sendiri seraya ingin membunuh seseorang.

Sasha memotret mereka semua secara sembunyi. Sempurna, hasil fotonya tepat sekali ketika polisi The Punk menunjuk arah jalan para pengamen ke pasar Tawangmangu. Sepertinya ada rencana jahat yang akan dilaksanakan.

Sesudah itu Sasha cepat buru-buru mengayuh sepedanya laju cepat menyebrang jalan melewati polisi The Punk yang meniup peluit ke kendaraan di jalan besar.

Dalam benak pikiran Sasha, dia merasa curiga sama polisi The Punk yang mengatur kendaraan di tiang lampu lintas. Di lain hari dia harus cari tahu tentang identitas polisi The Punk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!