episode 5

...

Hari ini matahari menyinari dengan sempurna. Hembusan angin yang menerpa lewat sela sela jendela ruang kelas itu terasa menyejukan.

"Hari ini kamu kerja sampe jam berapa Ra?" bisik Arinda yang duduk disebelahnya itu

"Aku hari ini libur" Dara menjawab singkat dengan tangan dan mata yang fokus mencatat penjelasan guru matematika di depan ruang kelas itu

"Kalo gitu nanti malem ikut aku yuk"

"Kemana?"

"Ketemu Danil hehe"

"Iihh gak mau. Ngapain aku jadi nyamuk orang pacaran"

"Pokoknya-"

"Arinda gantian sini kamu yang menjelaskan" rupanya suara Arinda terdengar sang guru

"Yaahh" dengan langkah lemas dia maju ke depan kelas

...

"Pokoknya malam ini kamu harus temenin aku"

Kedua sahabat ini sedang menikmati semangkok bakso dikantin. Tapi sepertinya hanya Dara yang menikmatinya, sedangkan Arinda masih aja sibuk membujuk Dara untuk ikut dengannya nanti malam. Entah ada apa nanti malam sampai Arinda memaksa mengajak Dara untuk bertemu pacarnya itu

"Emang ada apaan sih sampe kamu maksa aku gini. Biasanya juga gak pernah pacaran ngajak-ngajak aku"

"Gak apa-apa, cuma mau ajak kamu keluar aja Ra. Jangan dirumah terus, kamu tuh juga butuh hiburan. Dan aku juga tau kamu lagi gak baik-baik aja" genggaman tangan Arinda seolah energi positif yang diterima Dara

"Oke aku ikut"

Dara menerima ajakan sahabatnya itu karena dia tau, jika Dara terus menolak maka gadis itu akan terus mengungkit rasa sakit Dara. Dan Dara tak mau itu terjadi, bagi Dara hari ini adalah hari baru yang tak boleh selalu mengungkit rasa sakit hari kemarin.

...

Malam sudah menunjukan pukul 7, dan Dara sedang bersiap untuk pergi dengan Arinda sesuai kesepakatan mereka tadi siang. Dara akan dijemput oleh Arinda dan Danil. Sebenarnya Dara sudah menolak dan menawarkan untuk mereka bertemu aja ditempat tujuan, tapi Arinda menolak. Dia beralasan jika dirinya lah yang mengajak Dara maka harus dia yang menjemput bahkan mengantarkannya lagi pulang nanti.

Hari ini Dira sedikit tenang, karena ayahnya sedang ada tugas kantor diluar kota selama 1 minggu dan baru saja berangkat tadi pagi. Jadi untuk seminggu ini setidaknya Dara tak akan memerima makian atau luka.

Tin tin

Suara klakson mobil itu menyadarkan Dara yang sedang melamun didepan pintu kulkas didapur rumahnya setelah mengambil air minum tadi. Dara cukup gugup malam ini, entah karena apa. Tapi dia berpikir apa ini karena dia yang tak pernah pergi keluar selain kesekolah atau pergi kerja ke cafe.

"Hay Dara" sapa Danil ramah setelah Dara masuk kedalam mobil laki-laki berkulit putih itu

"Hay juga Nil"

"Udah siap Ra?" tanya Arinda yang duduk disamping Danil pacarnya itu

"Iya udah kok. Ini kalian beneran yakin ngajakin aku diacara kencan kalian?" jujur Dara masih merasa tak enak mengganggu acara kencan sahabatnya itu

"Gak apa-apa Ra. Kita tuh emang udah niat ngajak kamu keluar, biar gak belajar terus"

"Hahaha iya gak apa-apa Ra. Biar kamu juga tau dunia luar"

Danil pacar Arinda memang sedikit tau tentang kisah hidup Dara sahabat kekasihnya itu. Dan Danil juga termasuk laki-laki yang cukup ramah dan mudah bergaul. Walau baru beberapa kali bertemu Dara, tapi dia bisa membawa suasana menjadi nyaman saat kekasihnya itu sedang bersahabat dan membuat keadaan jad tak membosankan. Bahkan malam ini dia rela untuk membawa mobil sang ayah demi menuruti permintaan kekasihnya yang ingin mengajak Dara pergi keluar dengan mereka. Yang sebenarnya Danil lebih suka naik motor dibanding naik mobil.

"Ini tempat apaan Nda?"

Melihat tempat asing yang sekarang didepanya sangat ramai dengan para remaja dan juga banyak motor yang terparkir rapih disisi lain tempat ini. Dara merasa seperti sedang ada di dunia lain. Dimana dia yang tak pernah melihat tempat seperti ini.

"Ini tempat balapan motor Ra" jawaban Danil membuat kaget Dara

"Hah balapan motor. Terus kita ngapain disini?"

"Mau liat Danil balapan"

"Hah Danil bisa balapan motor?" rasa terkejut Dara sepertinya akan terjadi sepanjang malam ini

"Udah yuk masuk" ajak Danil

"Kamu sering kesini Nda?" pertanyaan yang sudah disimpannya sejak tadi untuk sahabatnya itu akhirnya keluar juga dari bibir manis Dara

"Gak sering juga sih. Cuma ya kadang emang Danil minta aku temenin dia kalo dia mau balapan. Biar semangat katanya" dengan tersipu Arinda menjawab pertanyaan sahabatnya itu

"Sayang"

Percakapan kedua sahabat yang sedang berdiri diantara penonton itu pun harus terhenti dan melihat kearah suara

"Eh sayang. Hay Dika apa kabar" sapa Arinda pada laki-laki yang kini sedang berdiri disamping Danil

"Baik" jawaban singkat dan tanpa senyum. Ya begitulah Dika

"Ra, kenalin ini Dika temen gue" Danil mencoba mengenalkan Dara dengan Dika sahabatnya itu

"Dara"

"Dika"

Saling berjabat tangan yang membuat keduanya terdiam sesaat. Seolah ada getaran aneh yang keduanya rasakan.

"Ekhm udah kali tangannya" sindir Arinda pada keduanya

"Sayang, gak boleh gitu ah"

"Hehehe maaf"

"Yaudah kalian berudua disini dulu ya. Aku sama Dika mau ke bang Roland dulu" pamit Danil pada kekasihnya itu

"Iya sayang"

Danil dan Dika pun berlalu dari hadapan kedua gadis itu. Dengan Dara yang terus memperhatikan laki-laki dengan rambut basahnya itu. Laki-laki yang baru saja berkenala dengannya itu entah mengapa seolah membuatnya penasaran dan membuat jantungnya berdetak cepat. Atau mungkin karena Dara yang tak pernah sedekat itu dengan seorang laki-laki selain ayahnya, Danil dan Awan temannya di cafe.

Kini dari kejauhan Dara melihat laki-laki itu dan Danil sedang ngobrol dengan laki-laki yang sedikit lebih tua dari mereka. Mungkin itu yang bernama bang Roland.

Ada yang berbeda dari Dika yang dilihat oleh Dara. Disaat laki-laki disekitarnya merokok bahkan ada beberapa yang memegang botol minuman yang Dara cukup paham itu jenis minuman apa. Tapi Dika tidak, dia tak memegang satupun daru itu. Dara berpikir apa Dika tidak merokok. Padahal diusia mereka rasanya sangat sulit melihat laki-laki yang tidak merokok. Apalagi dengan lingkungan teman-teman Dika dan Danil yang seperti ini. Bahkan Dara melihat Danil aja sudah menghabiskan beberapa batang rokok sejak mereka sampai ditempat ini tadi.

"Yang itu namanya Dika, Ra"

"Hah"

"Namanya Mahadika Utama, Ra" suara Arinda menyadarkan Dara dari pandangannya ke arah Dika dan mengalihkan pandangannya ke arah Arinda yang ada disebelah kananya saat ini.

"Hah apa?" seolah masih terkejut dengan apa yang disampaikan sahabatnya itu

"Hahaha namanya tuh Mahadika Utama, tapi biasa dipanggil Dika. Dika ganteng ya Ra"

Candaan itu Arinda layangkan untuk sahabatnya yang dari tadi diam-diam memperhatikan Dika dari jauh.

"Dia juga suka balapan kayak Danil, bahkan dia lebih jago dari Danil. Dan dia cukup disegani sama banyak orang"

"Dia orang hebat?" entah kenapa Dara jadi penasaran dengan Dika

Ditambah Arinda sedikit memberi tahunya tentang siapa itu Dika

"Menurut Danil sih begitu. Tapi Danil juga bilang, hebatnya dia itu gak kayak banyak orang. Dan dia gak pernah mau orang terlalu berlebihan sama dia. Intinya Danil bilang walau Dika itu keliatannya kayak cowo nakal tapi aslinya dia itu gak senakal itu"

"Danil udah kenal lama ya sama si Dika itu?"

"Lumayan sih. Dan Danil bilang dia punya hutang nyawa sama Dika"

"Hutang nyawa gimana maksudnya?"

"Iya, tapi aku juga gak ngerti hutang nyawa gimana. Soalnya Danil gak mau cerita soal itu, dia bilang pokoknya Dika udah nolong dia gitu. Dan itu sebelum aku sama Danil kenal, jadi aku juga gak tau gimana cerita pastinya"

...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!