Selama sebelum terakhir Vania sudah lebih sering tersenyum dan tidak mengurung dirinya dikamar lagi, bahkan beberapa hari ini dia mulai melamar pekerjaan.
Ada yang membuat orang tuanya heran karena dia sangat bersemangat untuk melamar pekerjaan tapi bukan di Bank seperti kemarin melainkan diperusahan, Papa juga banyak merekomendasikan dia ke beberapa perusahan yang saat ini sedang membuka lowongan.
Mereka saat ini sedang sarapan bersama, Vania sudah siap dengan baju kantornya. Tapi ada yang bedah dengan penampilanya karena terlihat kuno dan mengunakan kaca mata, serta rambutnya dikuncir satu.
"Saya kamu beneran mau berpenampilan seperti ini, bukan nya kamu mau wawancara hari ini?" tanya Mama saat melihat Vania yang baru saja duduk didepan nya.
"Iya Vania nyaman memakai ini, tidak apa-apa berpenampilan seperti ini juga bagus. Iya kan Pa?" Vania meminta pembelaan dari Papa nya.
"Iya sayang, asal kamu nyaman tidak masalah" jawab Papa sambil mengelus kepala Vania.
"Emm baiklah, Mama tidak akan cerewet lagi. Semoga kali ini diterima ya" ucap Mama sambil tersenyum dan Vania menganggukan kepalanya.
"Apa mau Papa antar?" tanya Papa sambil melihat Vania yang sedang memakan nasi goreng nya.
"Tidak usah Pa, Vania sudah tau lokasinya dan Vania akan bawah mobil sendiri. Papa kan mau pergi kerja, kantor nya juga tidak searah" jawab Vania sambil menggelengkan kepala nya.
"Apa di perusahan Green Group ada teman Papa yang berkerja disana?" tanya Vania setelah dia selesai makan nasi goreng nya.
"Bukan teman Papa yang bekerja disana, tapi lebih tepatnya istri teman Papa. Di karyawan di perusahan itu dan dia yang bilang kalau ada lowongan di perusahan mereka" jawab Papa.
"Oh gitu ya Pa, ya sudah Vania mau pergi dulu. Nanti takut telat" Vania berdiri dan melihat jam tanganya.
"Gawat udah jam 7 lewat..!!" ucapnya panik.
"Dadahh.. Maa.. Pa..!" Vania berdiri lalu berlari kearah pintu.
"Tunggu apa kamu tidak mau bawah bekal?" teriak Mama.
"Nggak Ma, nanti beli diluar aja" jawab Vania sambil terus berlari keluar.
"Jangan lari-lari nanti jatuh....!!" teriak Mama yang ingin menyusul Vania.
Belum sempat keluar dia kembali lagi kemeja makan, Mama nya bertanya apa ada yang ketinggalan. Tapi Vania menggelengkan kepalanya dan mendekat pada Mama nya lalu menicum pipi nya dan begitu juga Papa nya, mereka berdua hanya bisa senyum saat melihat Vania pergi.
"Kenapa apa ada yang ketinggalan sayang?" tanya Mama.
"Cup....cup.." Vania mencium pipi Mama dan Papa nya.
"Anak kamu tu ada-ada aja ya" Mama menggelangkan kepalanya dan kembali duduk saat Vania benar-benar pergi.
"Dia memang unik, Papa senang karena dia sudah mulai bisa tertawa seperti tadi. Bagaimana perkembangannya setelah konsul dengan psikolog kemarin?" tanya Papa sambil melihat istrinya.
"Ya begitu lah, Vania mau menceritakan semuanya dan katanya dia merasa lega. Mereka bilang Vania pasti masih akan trauma tentang masalah ini, tapi dia akan sembuh dengan seiringnya waktu" jawab Mama sambil menghembuskan napas dalam nya.
"Dan kata nya jangan memaksa Vania untuk dekat dengan laki-laki lain atau mencoba menekanya karena dia akan merasa terbebani" sambung Mama lagi.
"Iya Papa mengerti, seharusnya dia memang sudah menikah karena saat ini Vania memang sudah dewasa" jawab Papa sambil memikirkan nasip putrinya yang malang.
"Mama berharap dia bisa menemukan laki-laki yang baik dan bisa melupakan Brayen" Papa mengelus pundak istrinya dan mereka berpelukan untuk saling mengutkan.
.
.
Beberapa menit perjalanan akhirnya dia sampai dan ternyata sudah banyak calon pelamar yang datang, Vania langsung masuk kedalam perusahan. Menurutnya ini sangat keren kalau dia bisa bekerja disini, perusahan besar yang lumayan terkenal.
Vania duduk menunggu didepan ruangan, dia sedikit gugup. Saat dia melihat orang yang baru saja keluar ruangan ekspresi muka mereka berbeda-beda, ada yang terlihat senang dan ada juga terlihat sedih.
"Permisi, Mbak mau melamar juga? Divisi apa?" tanya seorang wanita cantik yang baru saja duduk disamping Vania.
"Iya saya mau wawancara juga, divisi keuangan. Kalau Mbak sendiri?" Vania balik bertanya pada pada wanita itu dan berusaha ramah.
"Wah kebetulan kita sama, kenalin Lauren " Tania mengulurkan tangan nya.
"Vania" jawabnya sambil membalas uluran tangan Lauren.
"Senang berkenalan dengan kamu Vania, oh iya kamu nomor urut berapa?" tanya nya lagi.
"Nomor 16" sambil memperlihatkan kertas kecil ditanganya.
"Aku nomor 9, sepetinya sebentar lagi aku masuk kedalam. Aku sedikit gugup" jawabnya terlihat gugup dan Vania hanya tersenyum kecil.
Benar saja tidak lama kemudian Lauren masuk, tinggal lah Vania duduk disana. Sebenarnya masih banyak juga orang lain disana, tapi mereka terlihat sibuk masing-masing. Ada yang menghapal dan belajar, ada juga yang terlihat tegang pokoknya macam-macam.
Beberapa menit kemudian Lauren keluar dan dia terlihat tersenyum senang, mungkin dia diterima pikir Vania.
"Hay Vania aku duluan ya" dia menyapa Vania sebelum pergi dari sana.
"Apa kamu diterima?" tanya Vania sebelum Lauren pergi.
"Iya aku diterima, semoga kamu juga ya. Semangat" jawabnya sambil memberi semangat pada Vania dan Vania tersenyum sambil menganggukan kepalanya nya.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya giliran Vania yang masuk. Dia sedimit gugup karena melihat hanya ada tiga orang pewawancara disana, sebelumnya tidak lupa Vania menyapa mereka terlebih dahulu baru di duduk.
"Selamat siang..." sapa Vania yang baru masuk dan tidak lupa dia tersenyum.
"Selamat singa, silahkan duduk dan perkenalkan diri kamu" jawab salah satu pewawancara itu.
"Perkenalkan nama saya Vania Zelvita" Vania memperkenalkan dirinya.
"Vania Zelvita, umur 26 tahun. Pengalaman kerja selama 4 tahun terakhir disalah satu Bank Swasta, belum pernah bekerja diperusahan sebelumnya. Jadi apa yang membuat kami yakin kamu bisa bekerja disini?" jawab Pak Jordan, itu lah yang tertulis dipapan nama nya.
"Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk belajar dan saya yakin saya mampu karena sebelumnya saya bekerja di bagian keuangan" Vania menjawab dengan percaya diri.
Banyak pertanyaan yang mereka tanyakan pada Vania dan semua pertanyaan bisa dijawab oleh Vania, hanya satu kekuranganya yaitu tidak mempunyai pengalaman kerja diperusahaan.
"Saya pikir dia tidak memiliki pengalaman kerja sebelumnya dan kurang cocok untuk bekerja dibagian ini" sambung Bu Lalita yang duduk ditengah-tengah.
"Tapi dia bilang dia mau belajar, kalau aku sih yes" jawab Pak Lion yang berada disampingnya.
"Bagaimana menurut kamu Pak Jordan?" tanya Bu Lalita.
"Menurut saya dia berpotensi, dari semua jawaban yang dia berikan. Saya memberikan kamu kesempatan, mulai besok kamu sudah mulai bekerja tapi perjanjian masa training kamu 2 bulan. Saya harap kamu tidak akan mengecewakan kami dan buktikan kemampuan kamu" jawab Pak Jordan dan membuat Vania sangat senang.
"Berarti saya diterima Pak?" tanya Vania memastikan lagi.
"Iya kamu di terima dengan masa training selama 2 bulan, apa kamu bersedia?" Pak Jordan balik bertanya pada Vania.
"Iya sangat bersedia Pak, terima kasih" jawab Vania sambil tersenyum.
"Baiklah apa ada yang ingin disampaikan lagi atau masih ada pertanyaan?" tanya Pak Jordan pads Bu Lalita dan Pak Lion.
"Saya rasa tidak ada, selamat bergabung dengan perusahan Green Group" jawab Pak Lion sambil tersenyum.
"Baiklah mungkin itu saja Vania, kamu bisa mulai bekerja besok" sambung Pak Jordan lagi.
"Iya Pak dan sekali lagi terima kasih banyak semuanya. Saya permisi dulu" ucap Vania sebelum keluar dari sana dan tidak berhenti tersenyum.
"Kenapa kalian menerima anak ingusan seperti dia, bagaimana kalau dia menimbulkan kekacauan nanti nya. Kalian tau sendiri bagaimana sikap CEO kita?" tanya Bu Lalita saat Vania sudah keluar dari sana.
"Sudah lah tidak apa-apa menerima anak baru, dia juga terlihat pintar dan sangat berpotensi" jawab Pak Lion sambil tersenyum.
"Aku tau kenapa, pasti karena dia cantik kan? giliran yang cantik aja sikapnya lembut banget" sambu Lalita dan mereka berdua hanya tersenyum.
"Apa kamu cemburu karena Pak Jordan membela dia tadi?" sahut Pak Lion sambil menggoda Bu Lalita yang memang masih belum menikah.
"Siapa yang cemburu, cepat suruh yang lain masuk. Biar wawancara cepat selesai" jawabnya ketus.
Perdebatan kecil memang sering terjadi di antara mereka, berbeda dengan orang lain pikirkan jika semua atasan staf disini sangat galak dan pemarah karena sesekali mereka juga sering bercanda.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
anggita
Lauren 9, Vania no 16.
2023-02-08
0