Sudah satu bulan mereka pindah, Vania hanya menghabiskan waktunya dirumah bersama Mama nya. Dia merindukan pekerjaanya, dia akan meminta izin pada Mama nya untuk mencari pekerjaan.
Jujur saja walaupun dia selalu di manja oleh orang tua nya tapi Vania adalah wanita yang pekerja keras, bahkan dia sudah bisa membeli mobil dengan uang tambunan nya.
Saat ini dia sedang duduk berdua di gazebo belakang rumah sambil menikmati buah-buahan dan cemilan, Vania memeluk Mama nya. Mereka mengobrolkan banyak hal termasuk soal pekerjaan, padahal orang tua nya tidak memaksa dia sama sekali.
"Ma apa aku boleh mencari pekerjaan? aku bosan dirumah" ucap Vania sambil melihat wajah Mama nya.
"Kamu mau bekerja dimana sayang? apa di Bank seperti kemarin. Suruh Papa saja yang mencarikan nya?" Mama balik bertanya pada Vania.
"Ma kali ini biarkan Vania sendiri yang mencari pekejaan, Papa sudah repot mengurus kepindahannya dan aku tidak mau menambah pekerjaan nya" Vania melepaskan pelukanya.
"Apa kamu yakin sayang? jujur Mama tidak memaksa kamu untuk cepat bekerja lagi" jawab Mama meyakinkan Vania.
"Vania yakin, bukan kah Mama yang bilang Vania harus bangkit dari kesedihan Vania" Vania memegang tangan Mama nya.
"Baiklah nanti akan Mama bicarakan sama Papa" Mama menganggukan kepalanya.
"Terima kasih, Mama memang yang terbaik" Vania kembali memeluk Mama nya.
"Kamu baru tau kalau Mama yang terbaik? jahat sekali" goda Mama nya sambil menggoda Vania.
"Bukan begitu, Mama menang sudah jadi yang terbaik dari dulu" Vania mengacungkan jempolnya.
"Sayang..." ucap Mama tiba-tiba.
"Iya ada apa Ma?" tanya Vania sambil menggit buah apel ditanganya.
"Apa besok kamu kau ikut ke psikolog? Mama tidak memaksa hanya ingin kamu berkonsultasi saja. Mama tau kamu masih sering menangis tengah malam, iya kan?" Beberapa saat Vania terdiam.
"Apa Mama mendengarnya? padahal aku sudah menahan nya" jawabnya Vania sambil menundukan kepalanya.
"Emm... baiklah aku akan pergi kalau itu yang terbaik kata Mama" sambung Vania lagi.
"Iya Mama senang kamu mau" Mama tersenyum senang.
Setelah itu dia melanjutkan makan buah nya, Vania pikir ide Mama nya tidak buruk. Siapa tau setelah ini dia bisa menjadi diri sendiri dan seperti dulu lagi, serta membuang semua rasa cemas dan takut yang dia rasaakan saat ini.
.
.
Besok pagi nya Mama benar-benar mengantarnya pergi, Papa juga senang saat Mama bilang Vania mau konsultasi. Vania sudah terlihat rapi dengan dress nya, Mama menunggu Vania didekat mobilnya karena sebentar lagi mereka akan pergi.
"Putri Mama sangat cantik sekali" puji Mama saat Vania datang menghampirinya.
"Terima kasih, Mama juga sangat cantik. Orang bisa berpikir kalau Mama adalah kakak aku" jawabnya sambil tersenyum.
"Kamu bisa saja ayo masuk, biarkan Mama yang menyetir" jawabnya dan Vania pun menganggukan kepalanya lalu masuk kedalam mobil.
Mama memang sudah hapal jakarta karena dulu dia kuliah disini, walaupun sudah puluhan tahun yang lalu tapi dia masih cukup hapal. Banyak kerabat Mama juga disini, karena dulu nya Oma adalah orang asli jakarta. Oma dan Opa meninggal sebelum Vania lahir, jadi dia tidak mempunyai kenangan manis bersama mereka dan hanya bisa melihat foto nya saja.
Sedangkan orang tua Papa hanya tinggal Nenek, dia tinggal dikota B. Kalau kakek sudah meninggal saat Vania masih di sekolah dasar, Nenek lebih memilih tinggal disebuah desa dan mengurus perkebunan nya disana.
"Mama pasti sangat merindukan jakarta? cuba Mama ceritakan masa kuliah Mama dulu" tanya Vania saat mereka masih dalam perjalanan.
"Iya Mama memang sudah cukup lama tidak kesini, terakhir kemarin adalah saat pernikahan anak tante Mila" jawab Mama sambil masih fokus menyetir.
"Mama bingung mau mulai cerita dari mana?" sambung Mama lagi.
"Baiklah kalau begitu biarkan Vania yang bertanya?" jawabnya karena memang Vania adalah anak yang banyak bicara, makanya kalau dia diam terus membuat semua orang khawatir.
"Apa Mama punya banyak mantan dulu, Mama kan sangat cantik waktu kuliah?" sambung Vania.
"Kamu ini ada-ada aja, Mama nggak suka pacaran dan Papa kamu adalah pacar kedua Mama" jawab Mama nya santai.
"Benarkah, berarti Mama punya cinta pertama? siapa dia? apa dia tampan?" tanya Vania bertubi-tubi dan membuat Mama langsung tertawa kecil karena cerewet anak nya sudah mulai kembali.
"Tanya nya satu-satu dong sayang, Mama bingung mau jawab yang mana dulu. Emm cinta pertama Mama orang nya tampan dan baik, bahkan dia lebih tampan dari Papa kamu. Jangan bilang Papa ya! nanti dia cemburu" bisik Mama sambil tersenyum.
"Benarkah? apa dia setampan itu?" tanya Vania dan Mama menganggukan kepalanya.
"Sudah jangan bahas mantan Mama, tanya yang lain saja" sambung Mama lagi.
"Apa Mama juga pernah putus cinta?" tanya Vania lagi dan membuat Mama terdiam sejenak, dia tau kemana arah pembicaraan putrinya.
"Sayang sudah lah jangan bahas ini lagi, nanti kamu keingat lagi. Oh iya apa kamu mau nongkrong bareng Mama pulang nanti?" Mama mengalihkan pembicaraan.
"Emm baiklah aku mau, emang Mama tau dimana tempat nongkrong enak? udah kayak anak mudah jaman naw banget" jawab Vania mengejek Mama nya.
"Jangan mengejek Mama, walaupun umur sudah tua tapi jiwa harus tetap muda sayang. Itu adalah salah satu cara agar awet mudah" ucap Mama berhasil membuat Vania tertawa.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai dan Mama mengajak Vania untuk turun, ternyata Mama tau tempat psikolog ini dari tante Mila. Katanya orang yang pernah kesini kebanyakaan berhasil mengatasi masalah mereka, Mama berdoa semoga saja ini juga berlaku untuk Vania.
Mama tidak mau Vania terus menerus dalam bayang-bayang, bisa jadi dia akan trauma untuk memulai hubungan kembali.
"Kita sudah sampai sayang, ini tempatnya" ucap Mama setelah memarkirkan mobilnya.
"Apa benar ini tempatnya nya Ma, lebih mirip kafe antik" jawab Vania sambil bertanya pada Mama nya.
"Iya sayang, ayo turun" mereka pun turun dan saat masuk kesana.
Saat masuk ternyata kedatangan mereka sudah disambut dengan ramah dan baik, karena Mama sudah membuat janji sebelumya dan pemilik tempat ini adalah teman baik tante Mila.
"Selamat datang Bu Serlita dan Vania kan?" sapanya ramah.
"Terima kasih Bu Della, kami kesini karena mau konsultasi masalah yang aku ceritakan kemarin" jawab Mama dan Bu Della menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Sama-sama, ayo kita masuk kedalam dan mengobrol dengan santai" ucapnya dan mereka pun mengikuti Bu Della untuk memasuki ruanganya.
Mama menunggu Vania sampai selesai, butuh waktu 3 jam lebih untuk Vania menceritakan semuanya dan dia bilang setelah mengeluarkan isi hatinya dia agak legah.
Tadi dia sempat menangis lagi tapi Mama selalu duduk disampingnya dan memegang tangan nya dengan erat, Vania merasa disayangi dengan itu.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
anggita
biar lebih cepet bangkit dn ga sedih, kasih like👍 sma bunga🌹
2023-02-08
0