Belum sempat Calvin keluar dari dalam kamar mencari keberadaan istri cantiknya yang sudah jelas terluka, suara wanita diatas kasurnya menghentikan langkahnya "Tuan-" Calvian diam dan sedikit menoleh kebelakang dengan tatapan membunuh kearah wanita yang masih bertelanjang bulat diatas kasurnya.
"Apa kau tidak memiliki rasa malu sedikitpun? Pakai pakaianmu dan keluar dari rumahku" usirnya tampa perasaan.
"Tapi Tuan, a-aku .. semalam. " jelasnya ragu karena takut dengan tatapan mengerikan yang Calvin beri.
"Maaf, tapi Tuan yang membawaku dan memaksaku semalam" Calvin mengerutkan dahinya sambil berbalik badan tampa melangkah sedikitpun. Ia menatap marah pada wanita yang entah sejak kapan memiliki niat busuk padanya.
"Omong kosong apa yang kau katakan? Aku..aku yang mengajakmu? Bagaimana-" belum sempat ia menyelesaikan Calvin teringat sesuatu, Ya, sekarang dia mengingat sedikit semalam di pesta Tuan Arsen ada seseorang yang seperti sengaja memasukkan sesuatu kedalam minumannya, hingga saat obat laknat itu akan bereaksi Calvin segera pergi dan berniat kembali agar tidak terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan.
Setelah itu dia tidak mengingat apa-apa lagi. Sampai pagi dia dikejutkan dengan kehadiran wanita lain dikamarnya, memeluknya dengan posesif. Dan sialnya wanita itu tampa mengenakan sehelai benangpun, begitupun dengan dirinya.
"Kau ****** sialan, cepat keluar atau aku akan membunuhmu sekarang juga. Aku bahkan sangat bodoh tidak menyadari telah memelihara ular dikantorku. Sial"
Calvin melangkah keluar tampa memperdulikan panggilan Laura, Ya dia Laura asisten pribadinya yang baru, adik dari Luce Asisten sebelumnya. Wanita yang selalu membuat mood istrinya berubah dengan cepat. Tapi tidak mempengaruhinya karena Calvin sudah menganggap Laura seperti kerabat karena kedekatannya dengan Luce tidak bisa di anggap biasa.
Calvin melangkah cepat mencari sosok yang sudah dia rindukan berhari-hari dan saat ini dia merasa cemas karena kejadian ini pasti akan membaut hubungannya yang baru saja terlihat baik dengan Alice terancam akan hancur.
Sampai dibawah, Calvin sudah bersiap mengendarai mobil untuk mencari keberadaan istrinya namun langkahya terhenti saat mencium sesuatu dari arah dapur. Seperti bau masakan yang sangat ia kenal. Langkahnya semakin cepat seperti berlari kecil, untuk memastikan kecurigaannya, dan benar disana sudah berdiri dengan anggun wanita cantik dengan pipi agak cabby, kulit putih bibir merah muda, dan satu lagi yang membuatnya terlihat sangat cantik, rambut yang di sanggul asal itu memberikan kesan sangat sexy.
Calvin ingin mendekat dan ingin memeluk wanitanya yang terlihat sangat cantik tapi tersirat rasa kecewa di wajahnya. Mata indahnya masih terlihat sembab dan sedikit ada jejak air mata di sudut nya.
"Say-"belum sempat Calvin melanjutkan Alice sudah menatapnya dengan raut wajah datar dengan senyum yang sedikit dipaksakan. "Duduklah, kita sarapan, aku membuatkan makanan kesukaanmu" Selanya tak membiarkan pria yang masih dengan kecemasannya itu mengeluarkan omong kosong apapun saat ini.
Ya Alice sangat terkejut dan sangat terluka saat ini hanya ingin makan dan membiarkan pria ini mengambil keputusan tepat setelah kejadian yang baru saja membuatnya mati rasa pada lelaki dihadapannya.
Alice berharap pria ini akan mengambil keputusan yang akan membuat mereka berdua bahagia, belum terlambat mengakhiri karena cinta mereka pun belumlah terlalu dalam, jika dikuburpun akan mudah tak telihat. Fikirnya.
"Maafkan aku karena tak mengabarimu kepulanganku, dan membuatmu semakin terkejut" Ucap Alice memecah keheningan mereka.
Alice menlanjutkan sambil menyendokkan makanan kemulut dan menguyahnya dengan pelan, entah kenapa ia tak berselera untuk memakan makanan didepannya sedangkan perutnya sangat lapar saat ini. Ia pun menyadari sering kelelahan beberapa hari ini. Dan Alice yakin dia lelah, bahkan sangat kelelahan apalagi melihat penampakan beberapa saat lalu.
"Kau salah faham, aku bahkan tidak mengingat apapun sampai aku tersadar pagi tadi" Calvin berkata jujur.
"Aku tidak perduli, kau mengingat atau tidak untuk masalahmu" senyumnya sinis menatap prianya tajam.
"Alice aku-" Calvin mendekat dan langsung memeluk tubuh wanitanya yang sudah berdiri bersiap akan pergi.
"Lepaskan berengsek, aku bahkan tidak perduli sekarang" Alice berontak tak ingin disentuh oleh laki-laki yang fikirnya sudah berbagi peluh dengan wanita lain..Alice merasa sangat jijik sekarang.
Calvin membalik tubuh wanitanya membuat mereka berdua sekarang saling menatap "Aku bersumpah tidak melakukan apapun padanya"
Alice tertawa hambar dengan tatapan mengejek. "Woah, bagaimana mungkin kalian semalam hanya bertelanjang tanpa penghalang didalam kamar tapi tidak melakukan apapun" pekiknya dengan suara lantang.
"Kau anggap aku bodoh hah? Suaranya bergetar karena rasa sakit sudah menjalar ke tubuhnya. "Jika kau memang berniat bersama jalangmu maka pergilah dan lepaskan karena-"
"Plak..
Belum sempat emosinya menyembur kepalanya sudah menoleh kesamping dengan rambut sanggulnya yang sudah terlepas karena kerasnya tamparan yang Calvin berikan.
Alice yang merasa kepalanya pening sejak tadi semakin pening, apalagi hatinya yang sudah sangat sakit sekarang. Suaminya, lelaki yang mulai ia cintai bahkan berniat menghabiskan sisa hidupnya bersama kini menamparkan karena sudah memergokinya telah bercinta. Ah sungguh miris hidupnya.
Semakin ia mengingat kejadian-kejadian tadi ditambah tamparan dan rasa peningnya yang memang sudah lebih dulu ada Alice mencoba tersenyum sambil memegang bekas pipinya yang ia yakini bengkak.
"Terima kasih, karena tamparanmu aku sadar dimana aku dihatimu" suaranya lirih menunjuk dada kiri suaminya dan setelah itu ia luruh dan terjatuh untung dengan sigap Calvin menahannya dan memperhatikan wajah istrinya yang terlihat membiru dengan robekan dipinggir bibirnya. Dia menyesal karena tidak mampu menahan emosinya yang besar dan tidak membiarkannya menjelaskan semuanya.
"Sayang....Alice bangun, maafkan aku, aku mohon maafkan aku sayang" lirihnya dengan air mata sudah membasahi wajah tampannya. Calvin sangat menyesal apalagi saat memperhatikan wajah Alice yang terlihat sangat pucat.
Dengan langkah cepat dia mengangkat tubuh istrinya dan membawanya kekamar mereka setelah itu menelpon dokter untuk memastikan keadaan istrinya.
Belum hilang rasa cemasnya, amarahnya kembali mencuat karena melihat Laura masih berada dikamarnya tengah membersihkan kasur yang tadi sangat berantakan.
Calvin yang tak ingin berteriak karena takut membuat istrinya terkejut, lantas meletakkan Alice dikasur dengan sangat hati-hati dan menarik paksa tangan Laura keluar ruangan.
Ia bahkan tidak menghiaraukan teriakan kesakitan wanita itu yang tangannya digenggam sangat kuat, sampai dilantai bawah Calvin menghempaskan pegangan tangannya dan membuat laura terlempar hingga hampir terjatuh andai saja dia tidak mampu mengimbangi tubuhnya.
"Apa yang membuatmu belum pergi? Desisnya tajam menunjuk Laura dengan dagunya.
"Tuan, kau harus mendengar penjelasanku"..dahi Calvin mengerut, penjelasan apalagi yang wanita ini akan keluarkan.
"Ceritakan" ucapnya datar.
"Tuan, kaulah yang membawaku kekamar dan memaksaku melakukannya" Akunya sambil menunduk, takut dengan reaksi bosnya. Dalam keadaan menunduk Calvin bisa memperhatikan satu jejak kepemilikan di dekat tulang selangka Laura..
"Sialan" umpatnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments