Alice hanya menghela nafas pelan mendengar ayahnya yang menyiratkam rasa rindu yang dalam namun dengan terpaksa ia sembunyikan darinya, entah untuk apa.
"Jangan mengumpat kakakku seperti itu ayah" nada Alice keberatan karena tidak ingin kakaknya dikatakan nakal.
"Waktu itu aku tidak tahu kenapa kakak tiba-tiba pergi setelah pertunanganku" gumam Alice yang masih di dengar oleh Thomas ayahnya.
"Bukan tiba-tiba, dia memang sudah merencakannya sejak lama, dan waktu itu kesempatannya tiba, apa yang harus ayah katakan untuk menghalanginya kalau dia saja sudah berniat sejak lama"
Thomas melanjutkan "Dia anak laki-laki sudah pasti sudah bisa melindungi diri, jangan terlalu merisaukan anak nakal itu" sambil berdiri Thomas melanjutkan "Tidurlah besok kita sarapan bersama sebelum kau kembali".
Alice hanya mengangguk sambil tersenyum melihat kepergian pria tua yang masih terlihat gagah itu.
***
Alice advinson wanita berusia 22 tahun bertubuh ramping namun tetap terdapat tonjolan yang pas ditempat yang memang seharusnya. Mata bulat, hidung mancung dan bibir mungil yang tipis. Sangat menggiurkan.
Sejak usianya 19 tahun sebuah kabar duka ia terima, Tuan dan Nyonya Advinson yang kebetulan malam itu tiba-tiba saja mendapatkan telpon dari bawahannya, segera berangkat ke kota P tanpa membawa banyak persiapan seperti biasanya, karena keadaannya saat itu benar-benar darurat..entah masalah apa itu.
Sebelum pergi Nyonya Advinson ibu Alice mendatangi putrinya dan memeluknya sangat erat seolah pelukan itu adalah pelukan terahir mereka.
"Sayang, jaga diri baik-baik, ayah dan ibu harus berangkat malam ini juga, ada sedikit masalah di pabrik" masih memeluk putrinya wanita paruh baya itu melanjutkan "jadilah wanita mandiri yang tidak mudah rapuh karena masalah yang menimpamu, dan ibu berharap kau akan bahagia setelah ini walapun ayah dan ibu tidak disampingmu"
Alice yang mendengar nada aneh dari ibunya lantas melerai pelan pelukan mereka "Apa maksud ibu? Ayah dan ibu hanya pergi sebentar seperti biasa, jangan berkata yang seolah-olah kalian akan meninggalkanku sendiri". Nyonya Advinson hanya tersenyum dan mengusap pipi putrinya yang sudah terlihat basah karena air mata.
"Benar, ayah dan ibu hanya pergi sebentar" senyumnya tulus, ia memang berkata sejujurnya namun entah kenapa perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Baiklah, ibu dan ayah akan berangkat. Paman Thomas sedang diperjalanan menuju kesini. Jadi putriku yang cantik ini tak terlalu hawatir oke?
Setelah itu entah kenapa perasaan Alice tidak tenang seperti biasanya, berulang ulang kali ia menghubungi nomer ayahnya dan anehnya nomer itu sudah tidak bisa terhubung.
***
Sampai ke esokan harinya, Alice terbangun dengan mata yang terlihat sembab, ia menangis dalam tidurnya, dan ini adalah pertama kalinya selama ayah dan ibunya keluar kota karena urusan bisnis.
"Paman, bagaimana? apakah ada kabar dari ayah dan ibu?" Tanya Alice yang masih mengenakan pakaian semalam melihat pengacara keluarganya yang sudah dianggap kerabat itu tengah selesai berbicara dengan entah siapa di ruang tamu.
"Tenang nak, paman tengah berusaha mencari keberadaan mereka, kita tunggu semoga saja orang suruhan paman bisa mendapatkan kabar lebih cepat.
Sebenarnya Thomas pun merasa heran dan cemas tentunya, tiba-tiba saja Tuannya berangkat tergesa-gesa dan menitipkan Alice padanya.
***
Sementara di suatu tempat di atas jurang tinggi dibagian timur kota, dua pria berbaju hitam dengan penutup kepala menutupi wajah tengah tertawa bahagia karena target sudah terguling dibawah sana, sesuai dengan rencana mereka selama ini.
"Bos akan senang dengan berita ini, ayo kita kembali" kata salah satu diantara mereka. Mereka kembali tertawa bahagia mengingat bojus besar yang akan mereka dapatkan setelah ini.
Mobil tua itu melaju dengan cepat meninggalkan bangkai mobil yang masih menyala dengan gempulan asap yang tebal, mereka yakin sebentar lagi polisi atau siapapun yang lewat akan mengetahui kondisi si korban. Mereka tak perduli karena semua sudah direncanakan dengan mulus dan mereka yakin tidak akan ada yang mengetahui keterlibatan mereka.
Setelah dua jam mengendarai mobil tuanya, dua suruhan tadi memasuki sebuah rumah megah bergaya klasik, tanpa menunggu lama mereka langsung menemui tuan mereka dan melaporkan berita bahagia karena telah berhasil melenyapkan target.
"Bos-" belum sempat ia melanjutkan ucapannya, orang suruhan tadi terdiam karena tak sengaja melihat adegan yang seharus tak mereka lihat di atas sofa.
"Keluarlah, dan ambil upahmu" kata Pria berwajah sangar dengan ukiran naga di belakang punggungnya yang terlihat alot dan masih sangat kuat.
Wanita cantik itu langsung berdiri tanpa malu dan mengenakan kembali pakaiannya yang berserakan dilantai dan mengambil upahnya di atas meja Namun sebelum pergi wanita muda yang terlihat sangat cantik itu tersenyum menggoda ke arah orang-orang suruhan kekasihnya. Yah walaupun mereka sepasang kekasih tapi wanita cantik bak model itu tetap saja mendapat upah dan kadang diperlakukan seperti ****** oleh lelakinya, lelaki yang sangat ia cintai. Bukankah cinta itu buta?
Bahkan tak jarang ia menjual tubuh kekasihnya untuk urusan bisnis sekalipun. Apakah wanitanya menolak? Tentu saja tidak.
"Bagaimana? Apakah pekerjaan kalian kali ini berhasil? Tanya nya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan duduk di kursi kebesarannya.
"Beres bos"
Setelahnya ketiga lelaki itubtertawa bahagia karena sekarang tidak akan ada lagi penghalang di kehidupannya selanjutnaya
****
"Selamat pagi ayah" sapa Alice dengan senyum yang semakin menawan melihat ayahnya menghampirinya dengan sangat memukau.
"Kau kenapa senyum-senyum seperti itu? Thomas menyipitkan mata melihat tingkah Alice yang terlihat seolah-olah..
Mengoloknya.
"Kau tampan sekali semakin berumur" goda Alice, ia tahu setelah ini ayahnya akan menangis dan membuatnya tidak tega untuk pergi. Dan itu terjadi setiap kali ia pulang kerumah.
"Jangan menggodaku"
"Siapa yang menghoda ayah, Alice berkata jujur pantes saja istrimu sangat mencintaimu, kau sangat rupawan" puji Alice kini sungguh-sungguh.
Setelah saling goda mereka makan dan sesekali tertawa bersama, setengah jam lagi Alice akan kembali ke rumah suaminya di kota S dan ia masih punya waktu beberapa menit untuk melepas rindu sebelum ia benar-benar mengabdi kembali sebagai seorang istri yang baik dan penurut.
Perjalan dari kota X ke kota S menghabiskan waktu selama 3 jam perjalanan, Alice sudah terbiasa berpergian sendiri setelah menikah dengan Calvin, dan sampai saat ini di usia pernikahan mereka yang ke tahun pertama ini Calvin belum pernah menemaninya pulang kerumah walaupun dalam waktu senggang. Entah kenapa suaminya selalu saja menolak untuk sekedar mengantarnya melepas rindu pada ayahnya. Namun Alice yang sudah penurut sejak awal tak pernah mempermasalahkan hal itu, karena ia tahu mungkin saja suami tampannya lelah setelah bekerja sepanjang waktu.
Dan sekedar mengingatkan besok adalah ulang tahun pernikahan mereka. Alice tentu sangat penasaran kado terindah apa yang suaminya siapkan untuknya.
Ah mengingat pria berotot kuat itu membuat detak jantungnya semakin kencang. Alice merindukan pelukan hangat suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
semangat
2023-01-28
2