Bab 2

Aubriella dan Baxter menghabiskan sisa hari liburan mereka hanya dengan berkeliling di pantai.

Baxter sengaja memilih pantai sebagai tempat bulan madu kedua mereka, karna dia tahu sang istri sangat menyukai keindahan alam dari pada berlibur berkeliling pusat perbelanjaan.

"Matahari mulai terik, ayo kita masuk kedalam," ajak Baxter karna tak ingin membuat istrinya kepanasan.

"Tidak apa-apa aku akan disini sebentar, kau bisa duluan masuk ke resort," ujar Aubriella.

"Kalau kau masih mau disini, aku juga akan tetap disini," balas Baxter.

"Aku tidak akan membuat istriku sendirian di tempat terbuka seperti ini, kau lihat? Mata para lelaki itu terus saja melihat kearah sini," lanjutnya dengan kesal sambil menatap tajam pria-pria yang berada tidak jauh dari mereka berdiri.

Aubriella terkekeh kecil melihat sikap posesif suaminya.

"Para wanita itu juga sering curi-curi pandang padamu," ujar Aubriella.

"Maka dari itu kau harus terus menempel padaku agar wanita-wanita itu tidak berani melirik lagi kemari," sahut Baxter.

Baxter membawa istrinya agar lebih menempel padanya, dia merangkul bahu istrinya dan mengecup pucuk kepalanya.

Mereka berjalan beriringan mengitari tepi pantai di siang hari dengan saling merangkul.

Dari kejauhan Aubriella dapat melihat sebuah keluarga dengan sepasang anak yang lucu sedang berlarian.

Salah satu anak perempuan itu terus saja berlari guna menghindari kejaran dari saudaranya.

Saking fokusnya berlari dan sering melihat kearah belakang anak itu tidak menyadari jika dia menabrak kaki seseorang.

BRUK ...

"Owhh ..." anak itu meringis.

Aubriella langsung berjongkok dan melihat anak itu. "Kau tidak apa-apa?" tanya Aubriella dengan suara lembutnya.

Anak itu mendongakkan kepalanya melihat kearah Aubriella dengan mata yang hampir berkaca-kaca, dia takut Aubriella akan memarahinya karna sudah menabraknya.

"Maaf kakak, aku tidak sengaja," ujar anak itu dengan suara cadel yang bergetar menahan tangis.

"Tidak apa-apa. Bangunlah," ujar Aubriella sambil membantu anak itu berdiri.

Dia juga menepuk-nepuk pakaian anak itu yang penuh dengan pasir.

"Maafkan aku kak, aku sungguh tidak sengaja,"

"Mm, kakak tahu," Aubriella masih berjongkok guna menyamakan tingginya dengan anak perempuan itu.

"Emily! Kau tidak apa-apa?" teriak anak laki-laki yang datang menghampiri mereka.

"Sudah kakak bilang jangan berlari," ujar anak itu.

"Maafkan aku kakak," ujar gadis yang bernama Emily itu sambil menundukkan kepalanya.

Aubriella berdiri dari jongkoknya, dia memandang dua anak kecil yang sepertinya bersaudara.

Anak laki-laki itu melihat kearah Baxter dan juga Aubriella.

"Paman, kakak ... Maafkan adik saya," ucap anak laki-laki itu.

Baxter memicingkan matanya saat anak itu memanggilnya paman, sedangkan Aubriella hanya tersenyum.

"Ayo Emily ..." ujar Anak itu pada sang adik dan membawanya pergi setelah pamit pada Baxter dan Aubriella

"Kakak, paman itu sangat menakutkan," bisik Emily.

"Apakah aku setua itu?" tanya Baxter pada istrinya.

Aubriella terkekeh dan tersenyum. "Tidak, kau masih terlihat muda dan tampan," jawab Aubriella.

"Kau bilang begitu untuk menyenangkan aku kan?" selidik Baxter.

"No ... Sungguh kau sangat tampan, kalau tidak mana mungkin setiap hari akan ada wanita yang selalu datang ke kantormu," kata Aubriella menyindir.

"Ohh come on, honey ... Kau masih ingin membahas ini? Sudah aku bilang, aku tidak mengenal mereka," ujar Baxter membela dirinya.

"Ya ... Tapi, para wanita itu mengenalmu," ujar Aubriella.

Baxter tersenyum melihat kecemburuan sang istri, dia mencium bibir istrinya agar tak lagi cemberut.

"Bax ..." protes Aubriella karna Baxter terus saja menciumnya.

"Ayo, kita cari restoran untuk makan siang," ajak Baxter membawa Aubriella dalam rengkuhannya.

Mereka berjalan beriringan dengan saling merangkul menuju restoran di tepi pantai.

Setelah sampai di restoran mereka lebih memilih meja yang berada di luar restoran sambil menikmati pemandangan air laut.

"Kenapa tidak di dalam?" tanya Baxter.

"Aku ingin disini," jawab Aubriella.

Akhirnya mereka duduk saling berhadapan dengan tangan Aubriella yang terus di pegang oleh Baxter.

"Bagaimana aku bisa makan jika kau selalu memegang tanganku," ujar Aubriella.

"Kau bisa makan dengan tangan yang satunya lagi honey," ucap Baxter sambil tersenyum nakal pada istrinya.

"Bax!" tegur Aubriella.

"Oke ... Oke," pasrah Baxter yang akhirnya melepaskan tangan Aubriella.

Tapi sebagai gantinya dia malah berpindah duduk di samping sang istri.

Aubriella hanya bisa menghembuskan napas kasarnya, percuma dia melarang pada akhirnya Baxter memang selalu menempel padanya.

"Aku merindukan Meggy," ucap Aubriella.

"Kalian baru saja berpisah satu minggu, lagi pula ada aku ... Kenapa kau malah merindukannya," sungut Baxter.

Aubriella terkekeh mendengar kecemburuan suaminya sendiri.

"Kau cemburu pada adikmu sendiri?" Aubriella tak habis pikir dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku akan cemburu pada siapapun termasuk pada Cheese," ujar Baxter.

Sekali lagi Baxter berhasil membuat istrinya tertawa terbahak-bahak.

"Kau bahkan cemburu pada seekor Anjing," seru Aubriella.

Baxter menyunggingkan senyum tipisnya, merasa senang karna berhasil membuat istrinya tertawa dan dapat menikmati liburannya kali ini.

"Kenapa tidak? Anjing itu bahkan selalu menempel padamu setiap waktu," ucap Baxter.

"Kau juga selalu menempel padaku honey," ujar Aubriella.

"No honey, aku bekerja pagi sampai sore, jadi aku hanya menempel padamu saat malam saja," ralat Baxter.

"Tapi kau selalu menyuruhku untuk datang ke kantormu, dan bisa aku pastikan jika semua pegawaimu bosen melihatku datang kesana hampir setiap hari," ucapnya.

"Tidak akan ada yang bosan jika melihatmu honey," timpal Baxter.

"Dasar perayu ulung," ucap Aubriella dan kembali melanjutkan sesi makan siangnya.

"Setelah ini kita kemana?" tanya Aubriella karna memang dia tidak tahu mau melakukan apa.

"Bagaimana kalau naik yacht," usul Baxter.

"Yacht?" ulang Aubriella dan di angguki oleh Baxter.

"Kita juga bisa bercinta disana, bukankah ita belum pernah melakukannya," bisik Baxter tepat di telinga sang istri.

Seketika wajah Aubriella memerah, walaupun mereka sudah sering melakukannya, tapi pada saat Baxter mengatakannya Aubriella selalu merasa malu.

Baxter tampak menyunggingkan senyum tipisnya melihat wajah istrinya yang malu.

"Honey ... Kita bahkan sudah sering melakukannya bahkan di ruang tamu sekalipun, tapi kenapa wajahmu selalu memerah," goda Baxter dan seketika mulut Baxter langsung di bekap oleh sang istri.

"Bax ..." rengek Aubriella karna Baxter selalu saja menggodanya.

"Berhentilah menggodaku," kesal Aubriella.

Baxter melihat wajah kesal istrinya yang telihat lucu di matanya.

"Oke honey ... Sorry," ucap Baxter yang masih terkekeh.

"Berhentilah tertawa," ujar Aubriella yang masih kesal.

"Oke ... Oke, sorry," Baxter menghentikan tawanya dan Aubriella melepaskan tangannya dari mulut Baxter.

Tapi Baxter malah menahan tangan Aubriella dan mengecupi telapak tangannya.

"I love you," ucap Baxter tanpa suara dan hanya menggerakkan mulutnya.

"Yeah, i know," balas Aubriella.

"Hanya itu jawabanmu," kata Baxter.

Aubriella mengecup bibir suaminya dan tersenyum cantik.

"I love you too," balas Aubriella.

"I know ... Kau memang sangat mencintaiku honey," ujar Baxter dengan santi.

"Bax ... Kau menyebalkan," rengek Aubriella dan memukul bahu kokoh suaminya.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus Sukses

2023-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!