Bab 4

"Kau bahagia?" tanya Baxter di sela-sela makan malam mereka.

"Mm ... Thank you," ucap Aubriella memperlihatkan senyum cantiknya.

"Apapun untukmu my wife," ujar Baxter yang juga memperlihatkan senyumannya.

Mereka kembali melanjutkan sesi makan malam dengan tenang, tanpa ada obrolan apapun hanya ada suara alat makan yang saling beradu.

"Apa ada yang kau inginkan lagi?" tanya Baxter setelah menghabiskan makanannya.

"Tidak, ini sudah lebih dari cukup," tutur Aubriella dengan suara manisnya.

Seorang pelayan datang dan mulai membersihkan bekas makan Baxter dan Aubriella.

Pelayan itu juga menaruh dessert kesukaan Aubriella sebagai makanan penutupnya.

"Wow ...", ujar Aubriella dengan bola mata yang berbinar melihat makanan manis yang ada di hadapannya.

"Kebetulan sekali aku ingin memakan ice cream," ujar Aubriella dan memakan dessert itu dengan gaya anggunnya.

Pandangan Baxter tidak pernah lepas pada istri cantiknya, semua yang di lakukan oleh Aubriella seperti menarik Baxter dalam dunianya sendiri. Yaitu, hanya Aubriella.

Seketika sorot mata Baxter memperlihatkan kesedihan dan sesuatu yang tidak dapat di gambarkan. Tapi, sedetik kemudian dia menormalkan lagi pandangannya saat Aubriella menatap kearahnya.

"Kenapa tidak di makan? Apa kau tidak suka?" tanya Aubriella karna Baxter belum menyentuh dessert nya.

"Aku suka, aku selalu suka apapun yang menjadi kesukaanmu," tutur Baxter dan mulai memakan dessert itu.

Aubriella tersenyum mendengar perkataan Baxter yang selalu saja berkata manis padanya.

"Setelah ini kita akan kemana?" tanya Aubriella.

"Kita hanya akan berada disini," jawab Baxter.

"Sampai pagi?" tanya-nya.

"Mm ... Sampai matahari terbit, setelah itu siangnya kita akan pulang ke Kanada," ujar Baxter.

"Pekerjaanmu pasti menumpuk karna terlalu lama kau tinggalkan," ujar Aubriella yang merasa bersalah.

Baxter melihat wajah istrinya yang menyimpan kesedihan.

"Tidak apa, aku bisa menyelesaikannya dengan cepat setelah kembali, aku sudah kebal dengan tumpukan berkas-berkas itu," ujar Baxter untuk menghibur istrinya.

"Maafkan aku," pungkas Aubriella.

"Tak perlu meminta maaf honey. Aku yang ingi mengajakmu untuk berlibur, jadi itu bukan kesalahanmu," ujar Baxter.

Pelayan kembali datang untuk mengambil bekas makan yang mereka gunakan.

Baxter terlihat mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.

Hingga tidak lama kemudian seorang pria

berjas hitam datang sambil membawa sebuah koper hitam yang tidak terlalu besar.

"Ada apa?" tanya Aubriella pada Baxter. Karna, tiba-tiba pengacara pribadi suaminya ada disini.

"Kau akan tahu honey," ucap Baxter.

"Langsung saja," kata Baxter pada pengacara pribadinya.

Pengacara pribadi Baxter mengeluarkan sebuah map coklat dari dalam koper dan menyerahkannya pada Baxter.

Baxter membuka map itu dan membacanya sekilas, lalu map itu di berikan kepada Aubriella.

Irama jantung Aubriella sudah berdetak sangat cepat, dia menyimpan sebuah ketakutan dalam dirinya saat Baxter memberikan map itu pada dirinya.

"Bacalah honey," ucap Baxter dengan lembut.

Dengan tangan yang sudah berkeringat dingin dan gemetar Aubriella mengambil map itu dengan pandangan yang bergantian menatap Baxter dan juga map itu.

Aubriella membuka map itu, di halaman pertama sudah tertera namanya dan juga nama Baxter.

Lalu Aubriella membalik kertas itu hingga halaman berikutnya.

Dia menutup mulutnya menggunakan salah satu tangannya, matanya menatap tidak percaya pada suaminya.

Sekali lagi Aubriella membaca map itu hingga teliti dan kembali lagi menatap suaminya.

"Bax ... I-ini serius?" tanya Aubriella dengan suara yang terbata-bata karna masih terkejut.

"Aku serius," jawab Baxter masih dengan sikap santainya.

"Kenapa kau melakukan ini?" tutur Aubriella.

"Karna aku ingin," jawab Baxter sekena-nya.

"Aku serius?" ujar Aubriella menatap suaminya.

"Aku juga serius honey," balas Baxter.

"Tapi untuk apa?" ujar Aubriella yang masih belum percaya.

Baxter menggeret kursinya agar bisa lebih dekat dengan sang istri, sementara sang pengacara masih berdiri di tempatnya.

"Kau bisa kembali dulu, aku akan berbicara sebentar dengan istriku," ujar Baxter pada pengacaranya.

Pengacara itupun pergi meninggalkan sepasang suami istri itu.

Baxter menyentuh tangan sang istri dan menggenggamnya dengan erat, sorot matanya menatap serius pada mata indah milik sang istri yang seperti batu zamrud.

"Untuk apa semua itu? Aku tidak memerlukannya, aku mencintaimu bukan karna hartamu," ujar Aubriella pada akhirnya.

"Aku tahu. Kau sudah memiliki semuanya bahkan saat sebelum bersamaku, dan aku percaya padamu. Tapi, aku hanya ingin memberikan semua milikku untukmu, semua yang aku punya adalah milikmu dan anak kita nantinya," tutur Baxter.

"Tapi, kau tak perlu sampai melakukan ini semua," ujar Aubriella sambil mengelus rahang suaminya dengan lembut.

"Aku hanya ingin, kumohon jangan menolaknya. Kau bisa menyimpannya untuk anak kita nanti," ujar Baxter.

"Kau menyembunyikan sesuatu dari Bax?" tanya Aubriella serius dengan nada suara yang terdengar lirih.

"Tidak, aku tidak menyembunyikan apapun darimu," jawab Baxter sambil menatap istrinya.

"Aku hanya merasa aneh saja tiba-tiba kau melakukan semua ini," ucap Aubriella.

"Aku sudah menyiapkan ini semua setelah kita menikah, dan aku sudah merencanakannya saat pertama kali melihatmu di altar," ujar Baxter.

"Aku hanya ingin nantinya semua milikku menjadi milik istri dan juga anakku," lanjutnya.

"Tapi, bagaimana jika nanti aku tidak kunjung hamil?" Kata Aubriella sendu.

"Kau pasti hamil honey, ingat apa kata dokter bahwa kita berdua itu sehat. Jadi, jangan pernah menyerah, kita baru saja dua tahun menikah dan itu masih baru," ujar Baxter memberikan semangat untuk istrinya dengan mengecupnya berkali-kali.

Pandangan Aubriella kini beralih pada map yang berada di atas meja.

"Aku akan menandatanganinya. Tapi, aku tidak ingin menyimpannya," ujar Aubriella.

"Tak masalah, biar aku yang menyimpannya," jawab Baxter.

Aubriella pun mulai menandatangani map itu dan menyerahkannya lagi pada Baxter.

Baxter memanggil pengacaranya dan menyuruhnya untuk menyimpan map itu dengan aman.

"Jangan pernah meninggalkan aku honey," ucap Baxter mengecup tangan Aubriella.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Bax," pungka Aubriella menyentuh pipi Baxter dengan sebelah tangannya.

"Aku sangat mencintai mu," ujar Baxter.

"Aku juga," balasnya.

Baxter mendekatkan wajahnya pada wajah Aubriella dan mulai mencium bibir ranum sang istri yang sudah menjadi candu baginya, di tambah dengan lipstik berwarna merah menambah kesan seksi di bibir sang istri.

Baxter menempelkan kening mereka berdua setelah mengakhiri sesi ciumannya.

"Mau berdansa denganku," ajak Baxter yang sudah berdiri tepat di hadapan Aubriella.

Aubriella terkekeh melihat suaminya dan menerima uluran tangan Baxter.

Tangan Aubriella melingkar di bahu kokoh Baxter, sedangkan tangan Baxter melingkar di pinggang ramping sang istri.

Alunan musik klasik yang merdu menambah kesan romantis bagi keduanya, di tambah dengan bintang-bintang dan sang rembulan yang menemani mereka.

Mereka bergerak seirama mengikuti alunan musik yang mengiringi mereka.

Sesekali Baxter mencium bibir sang istri yang ada di hadapannya.

"Aku merasa jadi ingin memakan-mu," bisik Baxter tepat di telinga sang istri.

Hembusan napas Baxter yang ada di telinganya membuat Aubriella meremang.

"Bagaimana kalau kita mulai mencicilnya disini," goda Baxter.

"Siapa tahu saja dia akan tumbuh jika orang tuanya melakukannya di tempat baru," lanjutnya.

"Bax ..." ujar Aubriella yang merasa malu jika mendengar perkataan ambigu dari suaminya.

Baxter terkekeh dan langsung menggendong sang istri ala bridal style dan membawanya masuk kedalam kamar yang ada di dalam yacht.

Untung Baxter membeli yacht yang ukurannya cukup besar dengar beberapa fasilitas yang ada di dalamnya dan itu benar-benar menguntungkan dirinya jika dalam keadaan terdesak seperti ini.

Baxter langsung mengunci pintunya setelah merebahkan istrinya di ranjang.

Dia berjalan menghampiri sang istri yang sudah bangun dan merebahkannya lagi.

"I love you," ucap Baxter sebelum mencium rakus sang istri.

Suara ******* dari keduanya saling bersahutan, memenuhi area kamar yang tidak terlalu besar itu, kamar itu saksi bagaimana gairah keduanya menyatu.

Kata-kata cinta beberapa kali di lontarkan oleh keduanya tanpa adanya rasa bosan sedikit pun.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trussemangat

2023-07-12

0

(◕ᴗ◕✿)

(◕ᴗ◕✿)

semangat terus!!

2023-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!