2. Kekuatan Inez

Inez tidak bisa menolak permintaan Iko, namun tidak mampu juga untuk kabur dari tempat itu. Ia juga tidak ingin tersentuh tubuhnya oleh siapapun.

Ia terpaksa melangkah masuk ke kamar Iko yang mengulum senyumnya merasa penuh kemenangan karena mangsanya begitu penurut.

Pintu itu di tutup kembali sendiri oleh Iko dengan putaran kunci otomatis dari remote kendali yang di mainkan oleh Iko.

"Buka cadarmu!"

Titah Iko sambil menatap wajah Inez yang tertutup dengan kain hitam tanpa ia bisa melihat bola mata gadis itu.

"Maaf Tuan! Saya adalah istri dari seseorang."

"Maksudmu suamimu tuan Indra? Dia sudah menjual mu padaku dan sudah menceraikan kamu malam ini juga. Bisnisnya lebih penting dari pada status kalian sebagai suami istri." Sahut Iko sinis.

Duaaarrr...

Tubuh Inez serasa limbung dengan tenggorokan terasa tercekat. Rasa syok yang teramat sangat membayangkan manusia keji yang tega menjual istrinya demi kepentingan bisnis.

"Persiapkan dirimu! Pakai lengerie itu dan aku akan segera kembali." Ucap Iko dengan entengnya.

"Aku tidak punya kewajiban untuk menuruti perkataan iblis dalam bentuk manusia seperti kalian. Kalian lah yang punya kepentingan, bukan aku. Tubuhku adalah milikku. Aku menjaganya dengan nyawaku. Setiap senti tubuhku haram untuk disentuh kecuali pria yang telah menghalalkan aku. Jangan coba-coba menyentuhku tanpa ijin Tuhanku."

Sergah Inez membuat Iko mengernyitkan alisnya.

"Apa kamu sedang menceramahi ku? Siapa yang memberimu hak untuk menolak permintaanku?"

Iko menarik sudut bibirnya meremehkan perkataan Inez.

"Tentu saja aku memiliki hak atas diriku. Aku bukan pelacur. Bukan wanita gampangan. Seumur hidupku, aku hanya mengenal laki-laki satu-satunya hanya ayahku, muhrim ku. Lebih dari itu aku tidak pernah terlihat oleh mereka karena terbungkus dengan pakaianku.

Jadi lupakan syahwat mu karena aku tidak akan menyerahkan tubuhku walaupun aku tahu kau memiliki kekuatan, tapi kau tidak bisa melawan kekuatan Allah." Ucap Inez tegas.

Tawa Iko menggelegar mengejek ancaman receh dari seorang Inez yang dianggapnya wanita lemah.

"Jangan bermain-main dengan ku nona! Seberapa berharga dirimu dan seberapa cantik dirimu hingga kamu begitu angkuh dan sulit untuk di sentuh? Kau tidak bisa ku lepaskan malam ini!"

Iko tiba-tiba menyerang Inez yang berdiri dengan ucapan doa yang membuat tubuh lelaki di depannya tidak dapat bergerak.

Iko seperti orang struk dengan tubuh yang mati rasa hanya bisa berkata-kata. Tubuh itu mematung membuat Iko memohon untuk dilepaskan.

"Tolong lepaskan aku!" Pinta Iko yang mulai terlihat pucat.

"Bukankah aku sudah memperingatkan kepadamu agar tidak menyentuhku? Tubuhku hanya bisa di sentuh oleh suamiku bukan lelaki sembarangan apa lagi bajingan sepertimu!"

Bentak Inez seperti ribuan jarum menusuk hati Iko begitu sakit.

Inez kembali membaca doa dan meminta kepada Tuhannya untuk melepaskan Iko dari ikatan tubuhnya yang terasa kaku.

Iko terbebas dari cengkraman kuat yang hampir membuat ia tercekik.

"Apakah kamu adalah wanita penyihir? Atau kau adalah manusia jadi-jadian?"

Ucap Iko dengan setengah tak percaya memperhatikan wanita yang di depannya ini seperti tudung saji serba tertutup.

Ia memanggil pelayannya untuk menyiapkan kamar lain untuk Inez.

"Bawa wanita ini ke kamar tamu!

Layani dia seperti kalian melayani aku!" Titah Iko pada dua pelayannya Erika dan Rafika." Baik Tuan!"

Kedua pelayan itu mengiring Inez menuju kamar tamu di lantai bawah. Kamar tamu yang cukup luas dengan fasilitas lengkap hingga ia merasa bak seorang putri.

"Nona! Kami akan memindahkan koper mu ke kamar ini. Dan silahkan istirahat!" Ucap Erika.

Inez memeriksa semua kamarnya takut-takut kalau ada kamera tersembunyi di kamar itu. Ia hanya bisa mengandalkan instingnya dan memohon pertolongan Allah untuk memberinya kemudahan menemukan barang-barang elektronik lainnya yang bisa mengekspose tubuhnya. Namun setiap sudut ruangan itu tidak ia temukan kamera pengintai.

Tok... tok...

Inez membuka pintu kamarnya dan melihat Erika mengantar kopernya dan juga tas tangan miliknya.

"Apakah Anda mau aku merapikan bajumu, nona?"

"Tidak perlu! Aku tidak akan tinggal di sini." Ucap Inez ketus.

"Apakah anda mau makan?"

"Bawa saja makanan untukku, tapi yang halal untuk agamaku!"

"Tidak usah takut nona. Karena penghuni rumah ini dan pemiliknya sendiri, Yaitu tuan Iko adalah seorang muslim. Jadi semuanya adalah muslim."

"Apaaaa .. ? jadi bos mu yang penjahat itu juga muslim? Dia tidak lebih dari seorang abu Jahal. Bagaimana mungkin kamu mengatakan dia itu seorang muslim."

"Kalau semua muslim di dunia ini taat seperti anda nona, mungkin tidak lagi ada cerita dosa dan neraka di dalam Al-Qur'an.

Karena kita ini tercipta sebagai manusia pasti mengenyam apa itu dosa dengan kadarnya masing-masing. Jadi tidak ada muslim yang terlepas dari dosa." Ucap Erika bijak.

Inez tersadar dengan ucapannya. Ia terlalu menganggap dirinya yang paling baik hingga ia lupa ketentuan Allah pada ciptaanNya bagaimana manusia diciptakan di dunia ini.

"Maafkan aku! Tolong bawa saja makanan untukku karena aku juga sangat lapar!"

"Baik nona! Tunggu lima belas menit lagi! Aku akan kembali membawakan makanan untuk anda."

"Terimakasih!"

Inez mengunci pintu dan ingin mengambil ponselnya di tasnya. Tapi sayang sekali. Ia tidak menemukan benda pipih itu di dalam tasnya. Kartu identitas dan paspor masih lengkap. Hanya ponselnya yang tidak ia temukan.

"Siapa yang telah mengambil ponsel itu? Apakah dua bajingan itu yang telah membuang ponsel milikku?"

Umpat Inez menahan geram.

Ia melirik jam di tangannya sudah pukul satu pagi. Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit dan ada cairan yang keluar dari pintu rahimnya. Inez segera ke kamar mandi melihat keadaannya dan ternyata dia sedang haid.

Inez segera mandi dan menggantikan bajunya dengan baju tidur dan tak lupa memakai pembalut. Tidak lama kemudian Erika mengetuk pintu kamarnya untuk mengantarkan makanan untuk gadis itu.

Inez yang hanya mengenakan jilbab saja tanpa mengenakan cadarnya membuat Erika seketika takjub sambil memegang nampan dengan tubuh gemetar.

"Masya Allah! Ternyata anda sangat cantik Nona!"

Batin Erika yang tidak bisa mengeluarkan suaranya saking kagumnya pada Inez.

"Apakah gadis ini keturunan bidadari surga?"

Gumam Erika lalu meletakkan nampan di atas meja nakas di dekat tempat tidur Inez.

"Silahkan nona!"

Erika buru-buru meninggalkan kamar Inez dan ingin bergosip dengan teman-teman pelayannya tentang apa yang dilihatnya barusan.

Saat ia melangkah menjauh dari kamar Inez, tiba-tiba ia di tegur oleh Iko yang belum juga tidur padahal saat ini hampir pukul dua dini hari.

"Hei kau! ke sini!"

Panggil Iko yang berdiri di ujung tangga.

Erika buru-buru menghampiri tuannya dengan gugup. Wajahnya tertunduk karena tidak ingin melihat wajah tampan Iko yang mampu membuat hatinya bergetar setiap saat.

"Apa yang dilakukan gadis itu?"

"Dia sudah mandi dan menggantikan bajunya. Saat ini nona sedang menikmati makan malamnya, tuan!"

"Apakah kamu melihat tampangnya tanpa menggunakan hijab?"

"Dia tetap menggunakan hijabnya tuan!"

Wajah Iko terlihat kecewa karena ia berpikir jika Inez juga menggunakan cadarnya. Ia segera membalikkan tubuhnya.

"Tapi wajahnya sangat cantik dan aku kira dia seperti bukan manusia. Aku belum pernah melihat wajah wanita secantik itu dalam hidupku."

Ucap Erika membuat Iko terkesima.

Deggggg...

Terpopuler

Comments

wiwik

wiwik

(maaf)semoga aq suka sama jln ceritanya

2023-01-18

1

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Smoga dgan hdirny inez bsa merubah iko..

2023-01-18

1

Jungannie🐿💜

Jungannie🐿💜

jika keyakinan sudah menyatu dengan dirimu... maka smuanya akan terasa mudah bagimu..

ceritanya bagus dan awalan yg bagus jg..
hwaiting thor 💪💪💪
ditunggu up selanjutnya 💜💜💜

2023-01-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!