Juniar 4

Juniar merasakan bahwa pesawat yang membawa nya sudah mendarat.

Bukan hal baru untuk Juniar bepergian dengan pesawat, seluruh bagian dunia mungkin pernah dia singgahi semasa dia masih berstatus sebagai anak seorang konglomerat dan sekarang hidup nya melarat.

" Kita sudah sampai "

" Iya tuan "

" Panggil saya Mus"

" Maaf " ucap Juniar pelan.

" Ikuti saya " ucap Mus laki - laki yang Juniar perkirakan berusia 50 tahun.

Juniar berjalan mengikuti Mus dan di ikuti dua orang pengawal yang tadi bersama mereka.

Saat menuruni pesawat Juniar melihat sekeliling Bandara. Terlihat tulisan bandara Syamsudin Nur.

" Ooh ternyata aku berada di Banjarmasin" gumam Juniar

" Mari" Mus meminta Juniar berjalan di sampingnya.

" Ya Tuhan, aku harus menyerahkan tubuh ku pada laki - laki tua ini" gumam Juniar.

" Ternyata mobil sedan hitam sudah menunggu ku," gumam Juniar kemudian

seorang supir membukakan pintu untuk Juniar, Juniar duduk di belakang.

Sedangkan Mus duduk di depan. Pengawal yang mendampingi Juniar juga Mus naik di mobil yang lain.

Mobil yang membawa Juniar berada di tengah di depan dan belakang mobil yang di gunakan Juniar ada mobil lainnya yang sejenis dengan mobil yang Juniar pakai.

Tuan Mus kaya raya sekali, pasti kekayaannya lebih - lebih dari daddy" gumam Juniar.

Entah telah berapa jam perjalanan, perjalanan belum sampai juga. di pesawat Juniar bahkan tidak bisa memejamkan matanya, saat ini Juniar sudah tidak bisa menahan kantuk nya.

Juniar tertidur dan tidak mengingat kembali dia sedang berada di mana.

Tak lama Juniar merasakan seseorang menepuk nepuk bahu nya dan membangunkan Juniar dengan pelan.

Juniar membuka matanya perlahan, di lihat nya seorang Ibu - ibu paruh baya, mungkin usia nya tak jauh dari Mommy Jessi momy nya Juniar.

" Maaf Nona, sudah sampai"

Juniar mengerjapkan matanya, Juniar melihat rumah yang dua kali lipat dari besar rumahnya. Dia saja di Bandung terbilang keluarga kaya, yang membelinya ternyata kaya raya.

" Mari ikut saya" ucap Ibu - ibu tersebut

Juniar tidak banyak bicara, dan langsung mengikuti Ibu - ibu tersebut

" Saya Maya, kapala asisten rumah tangga disini" ucap nya.

Juniar pun menganggukan kepalanya.

Juniar mulai menginjakan kaki di rumah yang sangat megah tersebut. Perlahan Juniar mengedarkan pandangannya.

Di lihat nya Tuan Mus sedang duduk dan masih berkutat dengan laptop nya.

" Bantu dia mandi" ucap Mus.

" Baik Mus" ucap Maya

" Mari Nona kita mandi dulu"

Juniar seperti sudah hilang akal dan terhipnotis. dia hanya bisa mengikuti dan menuruti ucapan semua orang yang ada di sana.

" Mari Nona" Maya membuka kan pintu sebuah kamar.

Juniar pun nurut masuk.

" Bantu dia mandi " ucap Maya.

Juniar melihat ada dua orang di kamar tersebut dan benar - benar membantu nya mandi.

Entah harus bahagia atau sedih, ini mengingatkan nya saat dia berada di rumah nya. Di mana saat dia mandi selalu di bantu dua orang pembantunya.

Juniar ingin menangis, tapi dia sudah mati rasa. rasa nya walaupun dia menangis tak akan ada guna.

" Sudah selesai Nona"

" Juniar, Nama saya Juniar " ucap Juniar.

kedua orang tersebut hanya menganggukan kepalanya.

" Jangan perlakukan aku seperti putri, karena aku bukan princes lagi " gumam Juniar

" Tubuh ku kalian bersihkan karena Aku akan di tiduri oleh Mus tuan kalian yang sudah tua itu " gumam Juniar kemudian yang sudah seperti mayat hidup.

" Nona ini baju Anda mari kami bantu Anda memakainya" ucap salah satu pembantu.

Juniar pun menuruti mereka, setelah memakaikan baju kepada Juniar. mereka memoles wajah Juniar dengan make up.

" Ya Tuhan " gumam Juniar melihat cerminan diri nya di cermin.

Juniar melihat gaun merah yang dia gunakan, terbuka bahu dengan panjang sampai ke mata kaki tapi belahan samping gaun tersebut sampai di atas lutut.

" Sudah siap Nona, mari turun. Pak Mus sudah menunggu " ucap Pembantu tersebut.

" Ya Tuhan sekarang kah saatnya" gumam Juniar mencoba melangkah kan kaki nya

" Nona sendal anda belum di pakai " ucap pembantu tersebut.

Juniar melihat sendal high heels dengan hak 10 cm sebesar jari kelingkingnya. Bukan hal yang sulit pula untuk Juniar memakai sendal seperti itu

Selama jadi orang kaya, dia sudah terbiasa dengan gaun dan high heels.

" Sempurna, Anda terlihat cantik " puji kedua pembantu tersebut

Seulas senyum Juniar kembangkan

Juniar perlahan keluar kamar, di depan pintu kamar Maya sudah menunggunya.

" Mari Nona" ucap Maya mempersilakan Juniar turun dari lantai dua rumah tersebut, Juniar pun berjalan mengikuti Maya.

Juniar tahu, saat ini dia harus ke tempat dimana tadi Mus sedang duduk.

Juniar berjalan mengikuti Maya, ternyata bukan ke arah Mus tadi yang sedang duduk.

Juniar di bawa ke sebuah ruangan, terdapat meja dan juga makanan disana.

Ada dua kursi di meja tersebut.

" silakan Nona tunggu di sini, sebentar lagi Pak Mus datang"

Juniar hanya menganggukan kepalanya. demi 20 milyar

Juniar mengambil ponsel nya dan meminta Om Yoga mengirimkan rekening Bank yang harus dia lunasi sebesar 15 Milyar agar rumah nya yang di sita Bank bisa kembali lagi

Tak lama Om Yoga mengirimkan rekening pribadi milik nya. katanya dia yang akan mendatangi Bank sebagai pohak pengacara keluarga.

Juniat pun mengatakan bahwa dia akan segera mentransfer uang nya

Juniar juga meminta nomer rekening Boy atau Miranda untuk mentrasfer uang untuk biaya daddy nya juga biaya rumah sakit.

Boy sudah mengirimkan nomer rekeningnya. Tanpa menanyakan kabar Juniar.

Lain hal nya Miranda yang sangat mengkhawatirkan Juniar.

" Kamu baik - baik saja??"

" Iya, Aku baik - baik saja"

" Apa laki - laki yang membeli mu bersikap baik??"

" Iya, Aku diperlakukan seperti di rumah ku dulu."

" Syukurlah, Aku khawatir sekali."

" Aku akan transfer uang ke Boy untuk biaya rumah sakit juga untuk keperluan daddy. Tolong carikan orang untuk merawatnya selama Aku disini"

" Iya nanti Aku carikan"

" Aku akan transfer uang 5 milyar untuk keperluan Daddy lewat Boy."

" Iya" ucap Miranda di sambungan pesan singkat.

" Ehem" seseorang berdehem. Juniar pun menyimpan ponselnya dan melhat ke arah suara.

" Tuan Mus"

" Panggil saja Mus" ucap nya sambil duduk berhadapan dengan Juniar.

" Ini cek 20 milyar" Mus menyodorkan selembar kertas ke arah Juniar.

Nafas Juniar terasa sesak saat melihat kertas tersebut.

" Apakah kalau saya keluar dari sini akan diantarkan kembali sampai Bandara??"

" Iya " jawab Mus menundukan kepalanya.

" boleh saya minta tolong??"

" Untuk??"

" tolong kirim kan uang tersebut ke rekening seseorang" ucap Juniar sambil menyodorkan kembali cek tersebut ke arah Tuan Mus.

Juniar melihat Mus mengerutkan kening nya.

" Ini nomer rekening Om Yoga, tolong kirimkan ke rekening ini sebesar 15 milyar" ucap Juniar sambil menyodorkan ponselnya.

" Ambil saja cek nya" ucap Mus.

" Tolong" ucap Juniar tidak menceritakan yang sebenarnya.

" Baik kalau itu mau mu " ucap Mus dan terlihat mengotak ngatik ponselnya

" Dana sudah terkorim ke rekening Yoga Primaguna."

" yang 5 milyar tolong kirim ke sini" Juniar menyodorkan kembali ponselnya.

" Tolong " ucap Juniar kembali melihat Tuan Mus.

Tuan Mus pun mengotak ngatik kembali ponselnya dan terlihat dana sudah terkirim ke rekening atas nama Boy Alexander.

Juniar pun menarik nafas nya panjang, kalau pun malam ini dia mati, dia siap.

.

.

.

.

.

Like

Vote

Komentar

Juniar❤❤❤

Terpopuler

Comments

Rahmawati

Rahmawati

pak mus kayaknya org kepercayaan yg membeli juniar

2024-07-21

0

Nur Dhyla

Nur Dhyla

emang boleh ya tf langsung 1,5 M ?

2024-02-03

0

Ciripah Mei

Ciripah Mei

s'moga Juniar g d tipu sm pengacara itu

2022-01-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!