Alfhonso memukul-mukul pelan menggunakan pistol ke topi yang masih menutupi kepala gadis di depannya.
Kemudian Alfhonso bangkit berdiri dan meluruskan tangannya, menodongkan senjata api kearah kepala gadis kurir di hadapannya.
Posisinya sudah siap untuk menembak seseorang di depannya.
Tangisan dan pejaman mata ketakutan gadis itu semakin menjadi, tubuhnya agak mengguncang karena gemetar.
Agak lama pistol di genggaman pria itu di todongkan, tetapi tak terjadi sesuatupun.
“Akh!..” gerutu Alfhonso.
Pria itu melangkah mendekati si gadis kurir, ia sedikit membungkuk dan memegang kedua pundak gadis yang badannya bergetar ketakutan itu.
Alfhonso membenarkan posisi si gadis agar berlutut di lantai dan menghadapnya.
"Nah, begini lebih baik.." ujar Alfhonso.
Pria itu kembali ke posisinya semula dan menodongkan pistolnya kearah gadis tersebut. Tetapi entah kenapa lagi-lagi ia ragu.
“Issh!, ada apa denganku!,Hey! Bukalah topimu!" perintah Alfhonso sambil menaik turunkan pistol di genggamannya yang masih mengarah ke kepala gadis di depannya.
Tetapi gadis itu hanya diam karena ia tak bisa membuka topi dengan tangan terikat.
Alfhonso menghela nafas dan memutar bola matanya, seolah ia lupa bahwa dia sendiri yang mengikat tangan gadis tersebut.
Pria itu mendekati lagi kurir yang sedang berlutut menahan ketakutannya, kemudian ia membuka paksa topi yang menutupi rambut gadis itu.
Alfhonso sedikit terkejut dengan hamburan rambut panjang yang tergerai lurus dan indah milik si gadis, berwarna coklat gelap, rupanya ia menyembunyikan rambutnya di dalam topi.
Wajah gadis tersebut menunduk, sedikit terhalang oleh helaian rambutnya yang berantakan, dengan air mata ketakukan yang tumpah dan isak tangis yang tertahan ia masih gemetar dan seolah ajal sudah di depannya.
Tetapi Alfhonso harus melakukannya secepat mungkin.
Pria itu berdiri lagi seolah tidak perduli dengan semua yang menggangunya itu.
Ia menodongkan kembali pistol kearah gadis yang kini lebih terlihat sisi wanitanya, karena rambut indahnya yang panjang tergerai dan hampir menutupi wajahnya yang tertunduk.
Alfhonso kembali ragu, entah apa yang menyebabkan ia sulit untuk membunuh saksi di hadapannya itu.
Tidak biasanya ia memiliki perasaan yang mengiba seperti itu.
“Akh! Kenapa aku sulit sekali membunuhmu!" pekik pria itu kemudian menurunkan pistolnya.
Kemudian Alfhonso melangkah dengan gusar keluar kamar, dan ia menelpon Bony untuk datang ke apartementnya, tetapi telepon Bony tidak aktif.
“Sialan kau Bon!, kenapa handphonemu selalu tidak aktif ketika darurat begini?!" gusar Alfhonso di batinnya.
Kemudian pria itu kembali ke kamarnya dan berniat menghabisi gadis yang menjadi saksi itu.
Tetapi betapa terkejutnya ia ketika melihat si gadis tadi pingsan tergeletak di lantai, dengan mulut dan tangan yang masih diikat lakban.
“Hey!, kau jangan pura-pura pingsan! Bangun!" Alfhonso menggoyang tubuh gadis yang tergeletak itu dengan kakinya.
Akhirnya Alfhonso berjongkok lagi untuk memastikan, apakah dia benar-benar pingsan atau malah dia sudah mati karena serangan jantung.
Pria itu mengguncang lengan gadis di depannya, semakin keras ia mengguncang tetapi gadis itu tidak juga bangun.
‘Sial! Kenapa kau malah pingsan, menyusahkan saja’ ujarnya dalam batin.
Akhirnya Alfhonso menggotong tubuh lemah itu ke kasur. Pria itu membuka ikatan lakban yang membelengu tangan si gadis, kemudian ia memeriksa nadi di lengan gadis itu, ternyata ia masih hidup.
Alfhonso duduk di sampingnya, di bibir ranjang menatap kearah gadis yang tengah pingsan tersebut, Ia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah gadis itu.
Alfhonso agak terkejut dengan paras cantik gadis di hadapanya yang tengah pingsan.
Kemudian pria itu membuka perlahan lakban yang menutupi mulutnya.
Ternyata ia baru tersadar bahwa bibir gadis itu sangat indah, mungil agak tebal dan berwarna merah muda cerah, sangat menggoda.
Alfhonso agak lama memandangi paras cantik di hadapannya, tak menyangka bahwa yang ia perlakukan dengan kasar tadi adalah makhluk secantik ini.
‘Ternyata ada bidadari di ranjangku..’ gumamnya dalam hati.
Kemudian hasrat pria itu tiba-tiba menguap menjalar sampai ke otaknya.
Dengan kesadaran yang tercampur hawa nafsu, posisi duduk Alfhonso agak mendekat kearah tubuh gadis itu, fikirannya seolah dirasuki makhluk jahat dan menyuruhnya untuk menyentuh gadis yang tengah tergeletak itu.
Akhrnya telapak tangannya perlahan menyentuh pipi lembut gadis itu dengan ibu jari menyentuh bibirnya yang kenyal.
Kemudian ia menarik kembali tangannya, ia merasa aneh dengan perasaannya saat itu, mengapa baru kali ini ia sebegitu berhasratnya pada seorang gadis, seolah gadis di hadapannya berbeda dengan para wanita yang sering ia jumpai dan sentuhan ini berbeda dengan sentuhannya kepada wanita lain.
Pandangannya yang terus menatap kecantikan gadis itu seolah menutup perlahan akal sehatnya, hasratnya mendorongnya untuk melanjutkan rasa penasarannya.
Akhirnya sentuhan pria itu sampai ke lehernya yang ternyata jenjang dan putih bersih.
Ia melanjutkan meraba bagian bawah leher dan jemarinya terus masuk menyusup hampir kedalam seragam kemeja gadis itu.
Alfhonso yang semakin penasaran, di tambah hasrat yang semakin membuncah, ia mulai membuka kancing kemeja putihnya dengan agak cepat, dan dadanya yang bidang terlihat.
Pria itu mulai membuka satu persatu kancing baju seragam kurir yang dikenakan si gadis cantik.
Ketika pakaian dalam atas yang berwarna merah muda dengan renda kecil hampir terlihat, dan sesuatu yang indah tersibak disana, Alfhonso mulai mendekatinya, pria itu dengan syahwatnya yang mulai menjalar mencium bagian leher gadis yang sedang tak sadarkan diri itu.
Harum wangi aroma tubuh gadis itu membuat Alfhonso semakin mabuk dengan hasratnya.
Tangannya melanglang ke tubuh gadis itu. kini wajahnya menatap lagi bibir indah milik si gadis, ia mulai mendekati wajah gadis yang masih terpejam itu, kemudian bibirnya menikmati bibir lembut gadis cantik di dekapannya.
Alfhonso terus ******* bibir indah dan empuk si gadis, sampai ia menaiki ranjangnya dan tanpa sadar tubuh gadis itu sudah berada di tengah himpitan kedua kaki Alfhonso di atas ranjang, ia sudah berada di atas gadis itu dengan hasrat yang menggebu.
Pria itu seolah kehilangan kesadarannya menikmati tubuh terkulai di bawahnya.
Alfhonso yang berniat membuka gesper dan resleting celananya di atas tubuh gadis itu, tiba-tiba tersentak sadar, bahwa gadis itu adalah saksi pembunuhan yang seharusnya dibunuh secepat mungkin.
Ia juga sempat berfikir, alangkah bejatnya dan tidak elegan seorang pria sepertinya meniduri seorang gadis yang tengah pingsan dan tidak sadarkan diri.
Dengan cepat Alfhonso turun dari ranjangnya dan mengusap rambut atasnya sampai ke belakang.
‘Kenapa aku menjadi gila dengan gadis ini..’ gumam Alfhonso di batinnya.
Pria itu kembali membetulkan gesper dan resleting yang sedikit terbuka.
Kemudian ia keluar kamar dan menutupnya. Pria itu mendaratkan duduknya di sofa, ia mulai mengambil kembali bungkus rokok yang ada di atas meja, kepalanya dimiringkan sedikit dan zippo di tangannya menghantarkan api kecil ke ujung rokoknya yang terselip di bibir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
🌸ReeN🌸
alfhonso....hati2 jatuh cinta
2023-01-17
0