Kembali ke posisi Alfhonso yang tengah duduk menikmati rokok dan sodanya.
Tok..tok..tok..
“Delivery Pizza !“
Tiba-tiba suara dari balik pintu membuyarkan lamunan Alfhonso, ia melangkah kearah pintu dan melihat dari celah lubang mata, ternyata memang seorang laki-laki pengantar pizza datang ke kamar apartemennya, karena ia yang meminta Bony agar kurir pizza mengantar langsung ke kamarnya.
“Ya, sebentar..” ucap Alfhonso dari dalam.
Pintu dibuka, dan Alfhonso mengambil pesanannya dari tangan kurir pizza, yang dari tadi di pesan dan baru diantar saat itu.
“Kenapa lama sekali pesananku..” ujar Alfhonso dengan suara yang kurang jelas karena rokok yang masih menempel di bibirnya.
“Maaf tuan, kami kekurangan kurir“ jawab pria pengantar pizza tersebut.
“Oke, terimakasih“ Ujar Alfhonso.
Pria itu berbalik badan hendak menutup pintu kamarnya, karena tagihannya sudah dibayar via online.
Tetapi tiba-tiba kurir pizza tersebut merangsek mendorong pintu kamar hingga tubuh Alfhonso sedikit goyah karena ikut terdorong, dan pizza ditangannya terjatuh.
“Hey!!" pekik Alfhonso.
Laki-laki pengantar pizza dengan cepat mendorong tubuh Alfhonso, dan ketika kurir itu hendak mengambil sebuah pistol di sakunya, tangan Alfhonso lebih cepat mencengkram tangan pria itu, dan dengan kekuatan seorang Bos mafia, Alfhonso berhasil merebut pistol dari sang kurir yang ternyata bukan kurir pizza.
Alfhonso dengan tindakan spontan meraih pistol dan kemudian menodongkannya ke kepala pria kurir tersebut.
Pria yang berpura-pura menjadi kurir mengangkat tangannya sambil berlutut di hadapan Alfhonso.
“Siapa yang mengirimmu?!” tanya Alfhonso dengan menodongkan pistol milik kurir samaran yang tengah ketakutan.
“A-..aku..tidak bisa mengatakannya padamu..”
DAR!!..
“Aaaakh!!!..” jerit pria yang tadi berlutut.
Tanpa ragu Alfhonso menembakan sebuah peluru ke kaki pria tadi. Si pria mengerang kesakitan.
“Siapa yang menyuruhmu!!" kali ini suara Alfhonso agak meninggi.
“Aaakh,..tu..tuan Roger Britz!" ujar pria itu sambil mengerang menahan sakit dan memegang kakinya yang telah mengalirkan darah di lantai.
“Hah, sudah kuduga, si brengsek itu mencoba mandahuluiku, tetapi ia mengirim anak buah yang bodoh!” ucap Alfhonso.
Akhirnya jari telunjuk Alfhonso menarik pelatuk pistol ditangannya kearah kepala pria tadi, dan…
DAR!.. DAR!!..
Dua buah peluru melubangi jidat pria yang berlutut tadi, dan darah mengalir dari lubang kepalanya, seketika itu juga si kurir tiruan roboh tewas ke lantai…
Tetapi di saat yang bersamaan…
“Pizza Delive-.."
Seorang pengantar pizza lain berada tepat di depan pintu kamar yang terbuka, dengan mulut yang menganga, dan mata yang membelalak, ia menyaksikan semua kejadian penembakan yang dilakukan Alfhonso.
Dengan spontan Alfhonso menoleh kearah kurir yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya, dan dengan pergerakan yang sangat cepat ia berlari kearah pintu.
Si kurir pizza yang ketakutan melempar pizza di tangannya dan berlari sekuat tenaga, tetapi Alfhonso dengan sigap mengejarnya hingga ke luar ruangan yang sepi, Alfhonso berhasil menangkap pengantar pizza tersebut,dan merobohkannya dengan mendorong tubuh mungil kurir pizza ke lantai.
Pengantar pizza jatuh bersamaan dengan Alfhonso, ia tertindih badan Alfhonso yang kekar dan kuat.
Pengantar pizza yang tubuhnya lebih kecil dari Alfhonso seolah sesak dengan tubuh Alfhonso diatasnya, ia mengerang dan berusaha berontak, tetapi dengan sigap Alfhonso mengambil kedua lengannya dan melipatnya kebelakang, dan menariknya memaksa si pengantar pizza untuk berdiri.
Beberapa menit sebelumnya,
Ketika pintu lift terbuka dan pengantar pizza telah sampai di lantai 21, ketika ia melangkah keluar dari pintu lift, matanya membulat dan mulutnya menganga karena heran.
Sebuah lantai yang luas yang hanya terdapat satu pintu di sana.
‘lantai apa ini?, kenapa aneh begini, dan disini sangat sepi, tidak ada pintu-pintu kamar,…lalu dimana aku harus mengantar pesanan ini. Ah…disana ada pintu yang terbuka, pasti disana tempat orang yang memesan pizza’ gumam si pengantar pizza di batinnya sambil melangkah mendekati pintu.
Dan, terjadilah yang sedang terjadi....
Kemudian Alfhonso membawa si pengantar pizza yang asli itu ke dalam ruang apartemennya.
Pria itu menutup pintu dan melangkahi mayat anak buah Roger Britz yang tergeletak tak bernyawa dengan darah yang tercecer di lantai.
Kurir pizza yang masih memakai seragam lengkap dengan topinya khas pengantar pizza, bersuara sangat ketakutan.
“Tu-..tuan, tolong jangan sakiti aku…” suara kurir itu membuat Alfhonso menoleh dan sedikit merendahkan wajahnya menatap wajah kurir tersebut yang menunduk ketakutan hingga tidak terlihat jelas.
“Kau seorang wanita?" alis Alfhonso hampir beradu mengerut.
Tetapi si kurir tidak menjawab saking takutnya berhadapan dengan seorang pembunuh, badannya mulai gemetar.
Alfhonso masih memegang kedua lengan kurir pizza. Ia menuju meja kerja sambil menyeret orang yang di genggamannya, pria itu mencari sesuatu di dalam laci dengan sebelah tangannya, mengacak-acak semua barang yang ada di dalam laci dan menghamburkannya keluar, sampai akhirnya ia menemukan sebuah solatip lakban hitam.
Pria itu mengigit ujung lakban tersebut dan ia gunakan untuk mengikat tangan kurir pizza ke belakang badannya, juga menutup mulutnya agar tidak teriak.
Alfhonso membawa orang tersebut yang ternyata seorang wanita ke kamarnya, ia mendorong kurir pizza tersebut ke lantai hingga badannya terbentur sudut ranjang, kemudian Alfhonso menutup dan mengunci pintunya dari luar.
Alfhonso menelpon anak buahnya untuk segera datang dan mengurus mayat yang ada di hadapannya.
Pria itu memerintahkan kepada anak buahnya agar mayat tersebut di letakkan di sebuah kardus besar dan di lapisi dengan bungkus kado, kemudian di kirim ke alamat Roger Britz.
Beberapa saat kemudian, beberapa anak buah Alfhonso datang dan membereskan semuanya.
“Tuan, apa anda butuh pengawalan disini?" tanya salah satu anak buah Alfhonso.
“Tidak perlu, jika mereka sudah mengirim satu tikus kecil ke tempatku dan dia tidak kembali, mereka pasti menunggu di tempatnya, menunggu singa mendatangi serigala" ujar Alfhonso sambil melangkah ke pintu luar balkon.
Lantai yang penuh darah di bersihkan oleh anak buah Alfhonso.
Pria itu hanya berdiri di balkon luar kamar apartemennya sambil menyalakan rokok dan mulai menghisapnya dengan mata memincing.
‘Kau mau bermain-main denganku Roger..akan kulayani..’ gumam pria itu di batinnya.
Tak berselang lama, para anak buah Alfhonso berpamitan dengan membawa tubuh mayat tersebut di sebuah kardus agak besar yang diletakkan di sebuah troli dan mereka mendorongnya keluar ruangan.
Alfhonso teringat akan kurir yang ia sekap di kamarnya.
‘Tidak akan ada saksi, kurir itu harus mati di tanganku' ujar batin Alfhonso sambil melangkah ke kamarnya.
Di kamar yang lumayan besar, Alfhonso mendapati kurir wanita tersebut sedang terisak menahan tangis dengan suara yang terbungkam lakban di mulutnya.
Ia masih duduk di lantai dengan posisi miring hampir lunglai dan tidak beranjak dari tempatnya semenjak Alfhonso melemparnya tadi.
Alfhonso mendekatinya dan berjongkok dengan tumit yang tak menyenyuh lantai.
Pria itu menundukan wajahnya agar bisa melihat wajah si kurir, tetapi lagi-lagi gadis di hadapannya menunduk sambil memejamkan matanya tak berani menatap wajah Alfhonso.
“Aku tak suka ada seseorang yang menyaksikan pembunuhan yang ku lakukan.., baiklah, bersiaplah menerima konsekwesinya karena matamu melihat kejadian tadi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Shopia Asmodeus
Action kurang greget 😁 bisa di bikin sadis lagi gak.. 🤧🤧
2023-01-20
1
🌸ReeN🌸
yah sikurir ada ditempat dsn waktu yg salah....alf jgn bunuh atuh, dia kan gak tau apa2
2023-01-17
0
yukisan
mampir ka😉😉
2023-01-17
0