Jam menunjukan pukul 11:30
Sesampainya di apartement yang bergaya minimalis dan mewah, para anak buah Alfhonso sudah berada di sepanjang pintu masuk apartemen menyambutnya dengan menunduk.
Semua pria berjas hitam tadi memberi hormat.
Pria itu melangkah dengan penuh wibawa, mantel hitamnya mengibas seiring langkahnya.
“Tuan, apa perlu penjagaan di lantai 21 ?" tanya seorang anak buahnya yang memakai jas hitam lengkap dengan pistol di pinggangnya.
“Tidak perlu, kalian istirahatlah makan siang, dan bersiap ketika aku memanggil" ujar Alfhonso kemudian Ia melangkah munuju lift menuju lantai 21.
Di lantai 21, lantai terakhir dan teratas adalah lantai pribadi milik Alfhonso.
Lantai itu berbeda dari lantai apartemen lain di bawahnya, di lantai tersebut hanya ada satu pintu, itulah kamar apartemen Alfhonso.
Pria itu memasuki pintu ruang apartemennya dengan kartu akses, sampai di dalam ruangan ia langsung menggantung mantel panjang dan jasnya kemudian merebahkan punggungnya di sofa berwarna abu muda.
Di tempat yang berbeda,
Di bawah, di halaman apartemen, seorang kurir pengantar pizza memasuki wilayah apartemen.
Ia mendongak ke gedung tersebut, dan memasukinya.
‘Ah, kenapa pizza ini harus kuantar sendiri ke kamar apartemen setinggi ini, lantai 21? Apa kalian bercanda?apa-apaan orang yang memesan ini, haah..’
Gumam si pengantar pizza sambil membawa pesanan pizzanya dan memasuki loby apartemen, kemudian melangkah menuju sebuah lift, ia mulai memencet angka 21.
Alfhonso mematikan lampu dengan sensor suara, Susana di ruang apartemennya menjadi sedikit redup.
Ia meraih remote tivi di meja kaca di depannya, kemudian menghidupkan televisi.
Pria itu kemudian membuka kancing kerah atas kemeja putihnya.
‘Pemirsa, kemarin malam telah terjadi pembunuhan salah satu Dewan Elit Collenge, Howard Esten, di kamar hotel yang bertem-..’
Klik!...
‘Hai hai…jumpa lagi dalam acara talk show yan-…’
Klik..
‘Setelah peristiwa pembunuhan Howard Esten di kamar hotel kemarin malam, seluruh staf hotel di mintai keterangan terkait pembunu-…’
Klik!..
Televisi di ruang apartement dimatikan seketika, remote tivi tersebut di lempar ke sofa yang tengah ia duduki.
Kaki yang masih dibalut kaus kaki di angkatnya ke atas meja.
Pria itu menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa, tangannya ia bentangkan di atas sandaran dan wajahnya diangkat menghadap atas, seolah keletihan sedang bergelayut di tubuh dan kepalanya.
'Para Dewan Elit sialan itu, mau macam-macam denganku…dasar tak tahu diri' umpatnya mengingat yang dilakukan Howard Esten untuk menipunya beberapa hari yang lalu sebelum Alfhonso membuat perhitungan dengannya dan membunuhnya.
CKLEK!...
Pintu apartement tiba-tiba terbuka.
“Hey Bos, pesananmu belum datang? Aku sudah memesannya dari tadi sebelum ke minimarket, dasar tidak professional”
Tiba-tiba seorang yang lebih muda dari pria tadi masuk dari pintu sambil membawa beberapa kaleng minuman soda dan kripik kentang ukuran besar di tangannya.
Pemuda berkulit putih itu memakai hoodie navy dan celana jeans agak belel, sebuah anting hitam terdapat di salah satu telinganya, di lengannya tergambar beberapa tattoo, penampilannya terkesan nakal, ia menutup pintu dengan tendangan kakinya kearah belakang.
Spontan Alfhonso menoleh kearahnya.
“Kau Bon, aku tak mendengarmu datang” ucap Alfhonso yang masih di sofa.
“Yah, kau terlalu lelah Bos,..minumlah dulu” pemuda bernama Bony itu melempar sekaleng minuman soda kearah Alfhonso, pria tampan itu dengan reflek menangkapnya.
“Pesanan pizzaku belum datang, coba kau telpon lagi" ujar Alfhonso yang bangkit dari besendernya lalu mengambil sebatang rokok dari bungkus yang tergeletak di meja.
Bony duduk di sebelah pria itu dan menaruh beberapa sisa kaleng soda di meja.
“Mungkin sebentar lagi datang, hp ku lowbath" ujar Bony mulai membuka minuman kalengnya.
“Siapa target berikutnya?" tanya Bony pada pria di sampingnya.
“Roger Britz, kepala perusahaan Britz Coorperation" jawab Alfhonso sambil menyalakan rokok dan mulai menghembuskannya.
“Roger Britz?, itu target yang besar Bos, kapan kita akan beraksi?" tanya pemuda itu lagi.
“Satu pekan lagi..kalau kau mau berlibur, sekaranglah saatnya, karena pekan depan kau harus sudah berada di depan laptopmu" jelas Alfhonso pada pemuda di sebelahnya.
“Oke!, aku akan bersantai ria hari ini..Game time!..” Seru Bony dengan semangat.
“Hey! Jangan terburu-buru, dasar maniak game, mana data yang kuminta?!" ujar Alfhonso dengan kepulan rokok dari sela bibirnya.
“Kau ini Bos, tidak bisa membiarkan aku bernafas sedikit saja”
Bony membuka lapopnya, dan mengetik sesuatu.
“Ini dia, keamanan di kediaman Roger Britz sangat ketat, kamera pengawas tersebar di mana-mana, system pengamanan menggunakan sensor digital juga beberapa laser dan sensor gerak, para penjaga dan pengawalan sangat ketat, di semua sisi ada penjagaan juga beberapa anjing penjaga…apa bisa kita tembus Bos?, sepertinya system keamanan mereka belum bisa di jebol, kalaupun bisa itu membutuhkan waktu lumayan lama" ujar Bony menjelaskan secara detail.
Alfhonso diam sejenak seolah memikirkan sesuatu.
“Si Roger sialan itu memang tidak main-main untuk masalah keamanan, kita harus mengirim penyusup kesana, dan membawanya keluar dari penjara canggih itu"
“Ya, karena dia tidak percaya diri dengan dirinya sendiri Bos, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika diluar mansionnya, jadi harus ada pengamanan super ketat yang menjaganya“
Bony dengan buru-buru merapihkan laptopnya kemudian beranjak dari duduknya.
“Aku rasa tugasku sudah selesai Bos, aku permisi dulu tuan Alfhonso..” Bony melangkah menuju pintu dan keluar.
“Hey, mau kemana kau?“ ujar Alfhonso menatap Bony.
“Aku pulang dulu Bos, banyak game yang belum ku tuntaskan karena terlalu sibuk menerima pekerjaan darimu, sampai ketemu lagi tuan besar..” ujar Bony sedikit meledek.
“Dasar bocah ingusan, masih saja dibodohi oleh game“ gerutu pria yang masih mengepulkan asap rokoknya.
Bony keluar pintu apartemen, tetapi tak berselang lama, kepalanya menyembul dari balik pintu.
“Bos, ngomong-ngomong pembunuhan Mr. Howard yang kau lakukan itu benar-benar keren, aku merekamnya dan menontonnya berulang-ulang…”
Bony dengan suara agak pelan memuji Alfhonso, tetapi pria itu justru diam tak membalas hanya tersenyum dengan sudut bibirnya, ia malah santai meminum soda yang sedikit lagi habis.
Kemudian pintu tertutup, dan sekarang Alfhonso kembali sendirian.
*****
Bony Readler, salah satu jenius, anak buah terbaik milik Alfhonso ditemukan Alfhonso ketika berumur dua belas tahun, di umur yang masih sangat muda, Bony terjebak diantara drugs dan lingkungan para gengster, Bony yang dibesarkan di panti asuhan tidak memiliki minat lagi dengan sekolah, karena di lingkungan sekolah ia selalu di buly dan di cap sebagai anak haram.
Begitu juga di panti asuhan tempat ia tinggal, Ia selalu di khianati teman-temannya dan hanya di manfaatkan oleh sebagian penghuni panti, akhirnya Bony memutuskan untuk pergi dari panti, karena terlalu banyak kekecewaan yang ia dapat.
Kemudian pemuda itu di temukan oleh Alfhonso di jalanan, ketika itu keadaan Bony sangat kacau.
Akhirnya Bony di selamatkan Alfhonso, ia di sekolahkan hingga ke universitas paling bonafit di kotanya, ia masuk jurusan IT, ternyata Bony adalah anak jenius, Alfhonso yang sudah tahu dari awal tidak ingin menyia-nyiakan otak emas Bony, sampai akhirnya Bony lulus dari universitas dengan waktu hanya dua tahun karena kejeniusannya, Alfhonso memberitahu apa sebenarnya pekerjaannya.
Dengan kebaikan Alfhonso selama ini, Bony ingin membalas budi dengan bekerja padanya sebagai perentas terhebat yang pernah ada di negaranya, kini Bony telah bekerja sebagai hacker untuk Alfhonso yang seorang mafia kelas kakap.
Hanya Bony anak buah yang di perlakukan spesial oleh Alfhonso, selain pemuda itu seluruh anak buah Alfhonso selalu sopan padanya sampai-sampai menunduk hormat ketika bertemu pria itu, Big Boss mereka yang seorang mafia sekaligus miliyarder.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ling Kun menghilang
halo Thor aku mampir yah
2024-09-22
0
🌸ReeN🌸
visual thor...biar makin asik bacanya
2023-01-17
0