Bab 5

Semua teman-teman Pelita tampak senang ketika Pelita kembali ke sekolah. Apalagi di sekolahnya Pelita memang di kenal anak yang pintar dan ceria. Pelita juga suka membantu teman-temannya yang tengah berada dalam kesulitan.

"Senangnya kamu sudah kembali ke sekolah lagi Pelita!" kata Riri, teman sebangku Pelita.

"Iya, sepi tahu kamu gak masuk sekolah. Gimana keadaan kamu?" tanya Surya sang ketua kelas.

"Waktu kami besuk kamu di rumah sakit, kamu tuh belum sadar Pelita. Banyak alat medis di sana sini. Si Riri sampai nangis-nangis loh!" tambah Erna yang duduk di depan bangku Pelita.

Pelita juga tampak sedih mendengar apa yang dikatakan Erna.

"Terimakasih banyak ya, kalian semua sudah baik dan perduli sama aku!" kata Pelita yang kemudian merangkul teman-temannya itu.

Setelah bel sekolah berbunyi, pelajaran di kelas Pelita pun di mulai. Awalnya semua berjalan dengan normal dan biasa.

Hingga saat Pelita membaca sebuah buku paket mata pelajaran ekonomi, mendadak yang dia lihat pada halaman buku itu bukan tulisan seperti yang seharusnya.

Pelita langsung terkesiap ketika melihat buku itu berubah menjadi sebuah layar proyektor yang menunjukkan gambar tentang ketiga siswa yang tadi pagi sempat pelita lihat di depan gerbang itu, yang berjalan menunduk dengan aura yang begitu tidak enak di rasakan oleh Pelita padi tadi.

Dan apa yang Pelita lihat itu membuat Pelita yang baru pertama kali mendapati hal semacam itu lantas merinding, dan keringat pun terus keluar di sekitar dahi dan pelipisnya.

Pelita yang begitu terkejut, merasakan seolah tenggorokannya tercekat tidak bisa bicara. Dia bahkan tidak bisa menutup matanya. Begitu mengerikan ketika dengan matanya sendiri dia langsung melihat ketiga siswa itu tenggelam di sungai yang letaknya tak jauh dari sekolah.

Dengan tangan gemetaran, Pelita pun kebingungan.

'Apa yang harus aku lakukan, ketiga orang ini... sepertinya...!' Pelita hanya bisa membatin.

Ingin bersuara, tenggorokannya benar-benar tercekat tak bisa mengeluarkan suara. Tapi dari apa yang dia lihat ketiga siswa ini bahkan tidak mungkin bisa selamat sepertinya.

Ketiganya tenggelam, tangan mereka menggapai ke luar air, namun dari apa yang Pelita lihat, sepertinya ada yang menarik mereka hingga meski mereka berusaha keluar dari air. Mereka terus tertarik dan kembali masuk ke dalam air.

'Aku harus apa? ya Tuhan... aku harus bagaimana?' batin Pelita yang sangat kasihan pada ketiga siswa itu.

Pelita yang tak sanggup melihat semua itu pun berusaha menutup bukunya. Dan ternyata bisa.

Setelah buku itu tertutup, Pelita seperti terlepas dari sebuah beban yang berat. Suaranya yang tadinya tidak bisa keluar pun sekarang sudah tidak seperti itu lagi. Dia mulai bisa menghembuskan nafas dengan kasar.

"Astaghfirullah!" ucap Pelita yang langsung memegang kepalanya yang terasa pusing.

Riri, teman sebangku Pelita yang tadinya sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada Pelita pun menoleh, dia menoleh ke arah teman sebangkunya itu karena mendengar Pelita beristighfar.

Riri malah semakin terkejut, tatkala melihat ke tingkat yang begitu banyak di wajah Pelita.

"Pelita, kamu kenapa? kamu gak enak badan? itu keringat yang keluar dari wajah kamu banyak sekali!" kata Riri yang takut Pelita kenapa-kenapa.

Atau keringat itu karena kondisi Pelita yang memang baru sembuh dari komanya masih belum pulih benar.

"Kita ke UKS saja, bagaimana?" tanya Riri yang takut kalau apa yang dia cemaskan itu benar.

Pelita langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak usah, aku ke toilet saja ya!"

"Aku temani ya!" tawar Riri yang kasihan pada Pelita.

Pelita kembali menggelengkan kepalanya, sebenarnya tujuan lainnya dia ingin pergi ke toilet adalah untuk bisa bertemu dengan ketiga makhluk yang katanya melindunginya. Mereka tidak akan muncul kalau di dekat Pelita ada orang lain. Maka dari itu Pelita ingin pergi sendirian saja ke toilet.

"Baiklah, tapi hati-hati ya!" kata Riri yang lantas langsung di angguki oleh Pelita.

Pelita langsung mengangkat tangan kanannya, meminta perhatian dari ibu Suliana, selaku guru ekonomi yang sedang memeriksa tugas para siswa.

"Bu!" panggil Pelita.

Bu Suliana yang merasa terpanggil pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Begitu melihat Pelita mengangkat tangannya, Bu Suliana lantas bertanya.

"Iya, Pelita. Ada apa?" tanya Bu Suliana.

"Saya mau ijin ke toilet Bu!' jawab Pelita.

"Silahkan!" sahut Bu Suliana.

Ketika sudah mendapatkan ijin dari gurunya. Pelita bergegas keluar dari kelas menuju toilet. Namun belum sampai dia ke toilet, baru berada di koridor yang jaraknya masih sekitar 50 meter dari toilet, namun tempat itu juga sangat sepi. Langkah Pelita terhenti ketika Jem, muncul di depannya.

Pelita langsung mundur ke belakang melihat penampakan Jem.

"Hah, kamu mengagetkan aku Jem. Mana yang lain?" tanya Pelita yang merasa lega ketika mengetahui kalau yang di depannya itu Jem.

"Sedang main batu gunting kertas!" jawab Jem.

Pelita tak bisa untuk tidak terkejut.

"Random banget sih kalian. Jem, aku tadi lihat ada tiga...!"

"Siswa yang tenggelam di sungai?" tanya Jem menyela apa yang ingin Pelita katakan.

"Hah, bagaimana kamu tahu?" tanya Pelita.

Pelita memang terkejut, tapi sebenarnya dia sangat berharap ketiga makhluk itu bisa memberikannya petunjuk, atau bahkan ketiga makhluk itu malah bisa menyelamatkan ketiga orang yang ada dalam penglihatannya tadi.

"Iya tentu saja aku tahu, kami juga bisa melihat apa yang kamu akan lihat Pelita. Karena itu, Carolina dan Shaka sedang main gunting, kertas, batu untuk memilih salah satu dari mereka yang diselamatkan!" kata Jem menjelaskan.

Pelita terkejut bukan main. Dia berpikir kenapa ketiga mahkluk itu jika memang bisa menyelamatkan siswa-siswa itu. Mereka tidak menyelamatkan ketiganya saja.

"Kalau kalian bisa menyelamatkan mereka, kenapa hanya salah satunya? kenapa tidak dengan ketiganya?" tanya Pelita yang terlihat sangat shock.

Jem hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa Pelita, hanya bisa menyelamatkan satu saja, karena memang hanya satu orang saja yang selamat. Itu kata hantu penunggu sungai itu, dia memang sedang mencari tumbal. Kami sudah berusaha tawar menawar dengannya. Dan dia hanya mau melepaskan salah satu saja. Aku sudah ke rumah ketiga orang itu, dan dua dari tiga orang itu punya keluarga yang menyayangi mereka. Sementara satu orang lagi, anak yang sangat nakal, dan hanya suka membangkang pada neneknya yang sudah mengurusnya sejak kecil. Jadi hanya pilihan Carolina atau Shaka saja yang akan selamat, itu tergantung gunting, kertas, batu mereka!" jelas Jem panjang lebar.

Pelita tak habis pikir, bagaimana bisa menyelamatkan seseorang harus mengandalkan permainan suit gunting, kertas, batu.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonim

Anonim

ha haaaaaahhhh...batu gunting kertas....ada2 ajah neehhh Author😉😉😉

2023-02-04

2

Janetta

Janetta

Oh, cara nyelamatin salah satunya pakai suit. Kok bisa ya?

2023-01-27

2

Janetta

Janetta

maksudnya gimana, setannya mau petak umpet apa gimana

2023-01-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!