Bab 2

Flashback On

"Allahuakbar"

Pelita melihat mobil truk itu menabrak mobil ayahnya dengan sangat kencang. Kerasnya benturan membuat kepala Pelita terbentur, entah terbentur dengan apa? Pelita tidak menyadari karena Pelita langsung tak sadarkan diri.

Begitu dia membuka mata, dia merasa seluruh tubuhnya sakit dan begitu berat. Dia melihat ibunya menangis dan Panji kakaknya terlihat menangis juga dengan noda berwarna merah di seluruh pakaian bahkan di wajahnya.

"Astaghfirullah, astagfirullah...!" kata itulah yang terus di ucapkan oleh ibunya Pelita dan juga Panji secara terus menerus sambil berjalan mengikuti Pelita yang sepertinya berada di tandu, atau apalah.

Tapi kemudian Pelita tak sadarkan diri lagi. Sepertinya dia juga tidak membuka matanya. Tapi dia bisa melihat semua itu. Awalnya dia juga terheran-heran.

Hingga saat Pelita di bawa masuk ke dalam suatu ruangan, karena terdengar suara pintu tertutup jelas di telinga Pelita. Namun saat Pelita berusaha untuk membuka matanya lagi dan berhasil. Dia melihat semuanya gelap.

"Astaghfirullahaladzim...!" ucap Pelita yang terkejut karena semua di sekelilingnya mendadak gelap.

Pelita lantas merasa kalau seluruh tubuhnya yang tadinya sangat sakit dan berat, kini menjadi sangat ringan. Pelita bahkan sangat terkejut ketika dia merasa kalau dirinya terbang, dan benar saja. Dia mang sedang terbang. Dengan pakaian yang sudah berganti menjadi pakaian yang putih bersih, seperti baju pasien rumah sakit tapi dengan lengan panjang yang kebesaran dan celana panjang yang juga sama kebesaran.

Pelita seperti di tarik ke atas, dan dia tidak bisa melawan tarikan itu. Hingga dia melihat sebuah cahaya yang awalnya kecil, ukurannya awalnya sangat kecil bahkan hanya seperti sebuah titik. Namun semakin dia naik ke atas, semakin di tarik ke atas oleh sesuatu yang Pelita juga tak tahu apa itu. Dia melihat cahaya yang awalnya hanya sebuah titik itu semakin lama semakin besar, sebesar bola basket dan semakin lama seperti sebuah sumur dan semakin lama, dia bahkan sangat silau pada cahaya yang berasal dari cahaya itu.

Ketika Pelita berusaha menutup matanya dengan kedua tangannya, sinar itu bahkan bisa menembus kulit tangannya itu. Tangannya seperti menjadi transparan dan di lewati cahaya itu begitu saja.

Dan saat itulah, banyak bayangan melintas di dalam ingatan Pelita. Bayangan yang bahkan Pelita tidak kenal siapa orang-orang yang ada di dalam peristiwa di dalam bayangan itu. Pelita menjerit ketakutan ketika melihat darah, melihat kecelakaan dan melihat peristiwa yang menurutnya sangat menakutkan semuanya. Semuanya benar-benar peristiwa yang menakutkan, tak ada satupun hal baik yang dia lihat.

Pelita berteriak, meminta agar bayangan-bayangan itu pergi. Namun sepertinya percuma saja, bayangan peristiwa-peristiwa menakutkan itu bukannya hilang malah semakin bertambah banyak.

Flashback Off

Seorang suster tanpa sengaja lewat di dekat kamar rawat Pelita. Suster itu langsung masuk ke dalam kamar rawat Pelita, ketika dia mendengarkan suara teriakan Pelita.

Dan suster itu bertambah panik ketika melihat Pelita yang sudah berubah posisi, namun dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Setelah memeriksa denyut nadi Pelita, segera suster itu keluar lagi dari kamar rawat tersebut untuk memanggil dokter jaga yang bertugas.

Dokter dan dua orang suster lalu masuk ke dalam kamar rawat Pelita. Panji yang melihat ada dokter dan suster yang berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar adiknya pun segera bergegas menyusul dokter dan suster itu.

"Dok, ada apa dengan adik saya?" tanya Panji dengan raut wajah cemas.

"Tadi pasien berteriak, lalu tidak sadarkan diri!" jelas suster yang mendengar Pelita teriak tadi.

Panji langsung mendekati adiknya dan memegang ujung kaki Pelita.

'Maaf dek, harusnya Abang gak tinggalin kamu meski untuk makan! maaf dek!' sesal Panji dalam hati.

Dokter masih fokus memeriksa, dan beberapa saat kemudian dokter pun membuka stetoskop yang tadi terpasang di telinganya dan mendekat ke arah Panji.

"Alhamdulillah, tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Semua organ tubuh pasien berfungsi dengan baik dan normal, seharusnya tak lama lagi pasien akan sadar. Teriakan tadi, mungkin refleks pasien terhadap suatu hal. Tidak apa-apa!" jelas sang dokter yang membuat Panji menghela nafasnya lega.

"Baiklah, kami permisi dulu. Kalau ada apa-apa segera panggil kami ya!" kata dokter itu.

"Terimakasih dok!" sahut Panji sambil mengangguk paham.

Setelah dokter dan dua suster tadi keluar. Panji lalu duduk di dekat tempat tidur pasien Pelita.

"Dek, bangun dek. Abang, papa dan mama sangat merindukan tawa candamu di sisi kami. Mama sampai tidak pulang loh dek tujuh hari ini, bangun ya dek. Memang kamu mau gak naik kelas karena kebanyakan alpha di sekolah?" gumam Panji yang berusaha bicara pada adiknya yang masih menutup rapat matanya itu.

Sementara di alam bawah sadar Pelita, dia masih terus berusaha berlari dan sembunyi dari beberapa sosok yang tadi sempat dia lihat saat dia sadar untuk pertama kalinya dari komanya selama tujuh hari itu.

Pelita menemukan sebuah ruangan yang tak terkunci, dia pun masuk lalu bersembunyi di belakang pintu sambil berjongkok.

'Astagfirullah... makhluk apa itu ya, kok gak ada kakinya, yang satu matanya gak ada hitamnya, putih semua. Ih...!' gumam Pelita dalam hatinya sambil bergidik ngeri dan berjongkok sambil memeluk lututnya di belakang pintu itu.

"Dimana dia, kabur-kaburan aja. Padahal gak bakal bisa kabur dari kita juga kan?"

"Tahu tuh, padahal kita mau bantu dia!"

"Iya, belum tahu ya, kalau lagi ada yang nyari dia buat jadi rumah barunya. Kita kan mau jagain dia!"

Pelita yang mendengar suara itu lagi, mencoba menutup mulutnya dan menahan nafas. Seingatnya di film-film horor yang pernah dia tonton, vampir itu tidak akan menemukan orang yang menahan nafasnya. Mungkin para makhluk itu juga masih kerabat vampir, jadi dia bisa pakai cara itu agar para makhluk itu tidak menemukannya.

"Ha ha ha... emang kalau tahan nafas kita gak bakal nemuin kamu. Malah cepat kita nemuin kamu nya!"

Pelita tersentak kaget begitu melihat sosok itu ada di depannya.

Dan saat dia tersentak kaget itu, di dunia nyata dia pun membuka matanya dan tersadar kembali.

Panji yang melihat adiknya membuka matanya langsung tersenyum lega.

"Dek, Alhamdulillah. Akhirnya kamu sadar, Abang panggil dokter dulu ya dek!"

Panji pun bergegas keluar dari ruang rawat Pelita untuk memanggil dokter. Dan di saat itulah tiga sosok mengerikan itu muncul lagi di hadapan pelita.

"Hai...!"

"Kamu tuh gak usah takut, kita gak jahat kok!"

"Kita tuh mau malah mau bantu kamu...!"

"Dok, adek saya sudah sadar!"

Pelita yang awalnya tertegun melihat penampakan ketiga makhluk aneh itu pun terkejut bukan main. Karena begitu Panji masuk ke dalam ruangan itu. Ketiga sosok mengerikan itu pun menghilang.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

lina

lina

serem amat y, untung baca siang benderang gini

2023-06-27

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

tiba2 jd ingat film vampir cina yg bisa mematung klo di kasih kertas mantra😂😂😂

2023-01-25

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

rohnya masih dikurung makhluk aspal ini si pelita😖

2023-01-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!