Bab 4

Dan pada akhirnya Pelita pun perlahan mulai tidak merasa takut lagi pada tiga sosok yang sebenarnya memang terlihat seumuran dengan dirinya itu. Cara bicara dan sosok mereka memang terlihat seperti masih muda.

Setelah mendengarkan tujuan ketiganya datang untuk melindungi Pelita agar jangan sampai jadi rumah baru, dan akhirnya menjadi korban untuk Mak Kondang mencapai tujuannya memporak-porandakan manusia agar menjadi budak Mak Kondang. Pelita pun mulai mengerti dan menganggukkan kepala beberapa kali seperti burung pelatuk yang sedang mengantuk.

"Aku mengerti, jadi tujuan kalian kemari untuk melindungi ku. Kalian baik sekali. Apa itu artinya gadis terpilih yang lain juga selamat?" tanya Pelita yang tentu saja penuh harap.

Ketiga makhluk itu saling pandang, namun Shaka yang memang terlihat dingin dan tak pernah merubah ekspresi wajahnya yang benar-benar datar dan dingin pun berkata.

"Tidak! mereka semua mati!" ucapnya begitu saja.

Sontak saja mendengar jawaban dari Shaka itu, Pelita langsung memeluk erat guling yang memang dari tadi dia peluk.

"Apa??" pekik Pelita.

"Semuanya mati? apa itu artinya aku juga akan...!"

"Heh, kenapa berkata seperti itu?" tanya Carolina menyela ucapan Pelita.

"Aduh Shaka, kamu kebiasaan ya. Dia kan baru pertama kali bertemu kita, kamu sudah bicara begitu!" keluh Carolina terhadap Shaka.

"Ini mengerikan!" lirih Pelita yang mulai takut lagi.

"Tidak begitu, semua yang kami lindungi kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Hanya saja waktu itu kekuatan kami dan pengalaman kami juga tidak seperti sekarang, kami selalu menemukan mereka para gadis yang terpilih itu dalam waktu singkat sehingga terlambat untuk melindungi dan menuntun mereka menemukan tiga pusaka yang bisa membinasakan Mak Kondang. Tapi kali ini berbeda Pelita, kami menemukan mu bahkan saat usiamu 15 tahun. Artinya kita punya waktu dua tahun sebelum kamu bisa di kuasai Mak Kondang!" jelas Carolina panjang lebar.

Pelita pun mulai tenang lagi mendengar penjelasan Carolina.

"Tiga pusaka? di kuasai? memangnya aku tidak bisa menolaknya maksudku, aku tidak bisa melawan Mak Kondang itu agar jangan masuk ke tubuhku?" tanya Pelita.

"Sayangnya, saat usiamu tepat 17 tahun. Akan ada 60 detik dimana pikiran dan hatimu bahkan akan kosong dalam satu waktu itu. Itu sudah suratan sebagai gadis terpilih!" sambung Jem.

"Ini mengerikan!" keluh Pelita lagi.

"Maka sebelum saat itu tiba, kita harus sudah menemukan tiga pusaka itu. Dan membinasakan Mak Kondang dari muka bumi ini!" ujar Carolina.

"Benar!" sahut Shaka.

"Lalu, bagaimana caranya menemukan tiga pusaka itu? apa kalian tahu dimana ketiganya tersimpan?" tanya Pelita yang sudah mulai pemasangan.

Carolina lantas langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak tahu, satu sih pernah kami temukan saat kami melindungi gadis ke 77 tapi sayang. Dia kalah sebelum menemukan dua yang lainnya, dan pusaka itu menghilang lagi!" Jelas Carolina.

"Tapi kenapa kalian bisa selamat? apa nak Kondang itu memang tidak menargetkan kalian?" tanya Pelita.

"Setiap gadis terpilih itu mati, kami juga akan menghilang. Hanya saja 7 tahun kemudian kamu akan kembali muncul, saat tanda-tanda gadis terpilih itu muncul...!"

Pelita lantas membulatkan matanya dengan sempurna ketika mendengar hal itu.

"Wah, artinya kalian pasti sudah berumur ratusan tahun dong?" tanah Pelita.

"Kami hanya menyesuaikan rupa dan wujud kami dengan gadis yang terpilih agar tidak tampak menyeramkan!" kata Shaka.

'Ih, apanya yang tidak menyeramkan. Penampilan kalian itu lebih seram dari para makhluk yang ada di rumah hantu!' batin Pelita.

"Kami bisa mendengar suara hatimu!" seru Shaka yang sontak saja langsung membuat Pelita melebarkan matanya lagi.

Meski masih penasaran dengan ketiga pusaka yang dimaksud oleh Jem, Carolina dan Shaka. Tapi perbincangan Pelita dengan ketiga pelindungnya malam itu harus di akhiri, karena Anisa mengetuk pintu kamar Pelita dan membawakan anaknya itu makan malam.

Anisa bahkan menunggui Pelita sampai makanan yang ada di atas piring Pelita habis. Setelah itu Anisa juga memastikan Pelita meminum obatnya. Anisa juga bertanya, apakah besok Pelita sudah bisa masuk sekolah atau belum. Dan karena Pelita merasa kondisinya sudah baik-baik saja. Juga ingin segera bisa kembali sekolah seperti biasanya. Anisa pun akhirnya membantu putrinya itu menyiapkan seragam dan segala perlengkapan sekolah Pelita. Agar ketika bangun esok hari, Pelita tidak terburu-buru menyiapkan perlengkapan sekolahnya.

Setelah semua itu selesai, Anisa menemani Pelita dan tidur di samping putrinya itu. Sambil terus membelai lembut kepala Pelita.

"Mama bersyukur sekali, kamu bisa lekas pulih nak. Mama sudah panik bukan main, ketika tahu kabar itu. Tapi syukurlah kamu, bang Panji, dan papa masih di lindungi Tuhan dan bisa selamat. Padahal mobil papa sudah tidak berbentuk lagi!" ucap Anisa pelan yang mengungkapkan rasa syukurnya karena keluarganya baik-baik saja sekarang setelah kecelakaan mobil itu.

"Lalu bagaimana supir truk itu ma? kelihatannya saat itu, mobilnya bermasalah. Aku sempat mendengar dia membunyikan klakson, dan wajahnya sangat panik!" jelas Pelita menggambarkan situasi pada saat itu.

"Supir truk itu di temukan meninggal dunia nak di dalam mobilnya, kata polisi setelah di periksa oleh dokter, supir itu terkena serangan jantung!" jelas Anisa.

"Kasihan ya ma!" kata itu lolos begitu saja dari mulut Pelita.

Anisa yang sedikit merinding mengingat hal itu pun kembali memeluk Pelita. Hingga mereka pun terlelap.

Keesokan harinya Anisa yang memang tidur dengan Pelita hingga tidur Pelita juga sangat nyenyak karena trio halus tidak menggangunya malam itu. Mereka memang tidak bisa menampakkan diri mereka di depan Pelita jika ada orang lain di dekat Pelita.

Pelita pun sudah siap dengan seragamnya. Dia lalu menuruni anak tangga satu persatu dan menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada Panji, papa dan mama Pelita.

"Pagi dek, sudah mau sekolah?" tanya Panji.

"Iya bang!" jawab Pelita singkat.

Mereka berempat sarapan bersama, dan Pelita pun pergi bersama dengan Panji. Saat berada di dekat sekolahan, Pelita melihat ada beberapa murid yang berjalan namun arahnya bukan ke sekolah. Tapi malah seperti akan meninggalkan sekolah.

"Bang, kok mereka gak masuk gerbang sih?" tanya Pelita.

"Palingan juga mau bolos, sudahlah biarkan saja!" sahut Panji yang masih mengantri dengan kendaraan lain untuk masuk ke gerbang sekolah.

"Tapi bang, itu kenapa jalannya nunduk gitu ya? semuanya lagi, tiga-tiganya!" kata Pelita yang masih heran dengan ketiga murid pria yang jalan menunduk menjauh dari gerbang sekolah dengan tas ransel yang berada di punggung mereka.

"Udahlah dek, pegangan. Itu besi bawahan pintu gerbang itu agak tinggi!" kata Panji.

Pelita pun langsung berpegangan pada pinggang sang kakak. Tapi dia sangat penasaran dengan tiga siswa yang terlihat aneh di matanya itu.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

jgn2 bkn org😳

2023-01-27

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

tidak, pelita. wajah asli mereka itu yg ratusan tahun imut dan lucu😵👻

2023-01-25

2

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

semoga pusakanya bisa ketemu

2023-01-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!