Bab 3

Panji segera menghubungi kedua orang tuanya, saat itu ada beberapa tetangga yang masih datang ke rumah Anisa untuk memberi support pada wanita yang juga menjadi bendahara pengajian di kompleks tempat dia tinggal itu.

Beberapa tetangga yang tadinya mendengar peristiwa kecelakaan itu dan menjenguk Pelita sampai kaget mendengar Pelita sudah sadar dan sudah bisa bicara, bahkan sudah bisa duduk. Dari yang diceritakan Panji, dia juga sudah memberikan Pelita minum dari gelas. Menurut pata tetangga itu seperti sebuah mukjizat atau keajaiban, di lihat dari lukanya saja mereka bahkan mengira Pelita akan koma selama berbulan-bulan atau paling tidak akan bisa bicara itu ya, sekitar beberapa bulan.

Setelah mendengar anaknya sudah sadar dengan perkembangan yang sangat baik. Anisa dan suaminya pun segera bergegas ke rumah sakit.

Sementara itu di rumah sakit, Panji sejak tadi di tahan oleh Pelita untuk tidak pergi kemanapun. Karena Pelita takut tiga makhluk yang sejak tadi muncul di hadapannya itu akan muncul lagi.

"Dek, Abang tuh cuma mau pipi5! di situ, di kamar mandi!" kata Panji sambil menunjuk pintu kamar mandi di dalam ruang rawat Pelita itu juga.

Tapi Pelita yang masih ketakutan pun terus menarik tangan Panji agar jangan pergi.

"Ya sudah, Abang gak jadi ke kamar mandinya!" kata Panji mengalah.

Beberapa menit kemudian, masuklah seorang suster yang berniat mencatat keadaan Pelita.

"Saya periksa sebentar ya!" kata suster itu meminta ijin sebelum memeriksa Pelita menggunakan stetoskopnya.

Saat itulah Panji berkata pada Pelita.

"Nah, sudah ada suster kan. Abang ke kamar mandi sebentar ya?" tanya Panji.

"Loh, kalau mas-nya mau ke kamar mandi ya pergi saja mas. Mau itu buang air kecil tau bunga air besar, itu gak boleh di tahan loh mas. Bisa jadi penyakit!" sambung suster itu setelah mencatat hasil pemeriksaannya di kertas yang terpasang di alas papan yang dia pegang.

"Iya sus, tolong temani adik saya sebentar ya!" kata Panji.

Suster itu lantas mengangguk. Dan Panji pun akhirnya segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Semuanya sudah baik. Besok kamu sudah bisa pulang!" kata suster itu sambil tersenyum pada Pelita.

Mendengar penjelasan suster itu, Pelita hanya mengangguk tanpa ekspresi. Dia masih bingung memikirkan hal-hal aneh yang terjadi padanya. Kata Panji dia sudah koma selama tujuh hari, tapi Pelita merasa dia hanya mengalami hal-hal di alam bawah sadarnya itu beberapa saat saja.

Ceklek

Begitu Panji keluar dari kamar mandi suster itu pun pergi. Tak lama Tommy dan Anisa pun datang. Anisa langsung memeluk Pelita dan menangis haru karena putrinya sudah sadar dan selamat.

Tapi Pelita sangat sedih melihat papa-nya berjalan menggunakan tongkat.

"Papa, kakinya...!"

Tommy hanya tersenyum ketika sang putri bertanya seperti itu.

"Tidak apa-apa nak, yang penting kamu selamat!" kata Tommy.

Pelita yang mengira kalau makhluk-makhluk aneh itu adalah penunggu rumah sakit tempat dia di rawat pun meminta pada ayah dan ibunya untuk segera pulang sebelum malam. Karena kalau Pelita tertidur, Pelita takut makhluk-makhluk aneh itu akan datang ke mimpinya lagi.

"Sayang, pulangnya besok pagi saja ya. Dokter kan bilang masih harus habiskan infus yang baru di pasang sore tadi!" kata Anisa menasehati Pelita.

"Sekarang saja ya ma, aku sudah tidak mau tinggal di rumah sakit lagi. Ya ma, pa!" rengek Pelita.

Dan.pada akhirnya, kedua orang tua Pelita pun langsung mengurus kepulangan Pelita saat itu juga. Pelita menghela nafasnya lega karena Alan segera meninggalkan rumah sakit itu.

Dan tepat pada pukul 19.00 malam, Pelita, papa dan mamanya juga Panji tiba di rumah Pelita.

Anisa pun segera mengantarkan Pelita untuk istirahat di kamarnya yang ada di lantai dua. Kamar Panji juga ada di sebelah kamar Pelita. Namun kamar orang tuanya ada di lantai satu.

Panji dan Anisa duduk di tepi kasur dimana Vita sedang duduk sambil menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

"Kamu istirahat dulu ya, kalau ada apa-apa panggil Abang aja di sebelah!" kata Panji.

"Mama mau ke bawah dulu lihat makan malam sudah siap belum. Nanti mama bawakan makanan kamu ke sini ya!" kata Anisa.

Lalu keduanya pun keluar dari kamar Pelita. Baru juga pintu tertutup. Ketiga makhluk aneh itu kembali muncul.

Membuat Pelita berteriak-teriak, namun suara Pelita seolah tak keluar. Dia berteriak tapi tidak ada suaranya. Mau turun dari tempat tidur lalu berlari meninggalkan kamarnya juga tidak bisa. Karena badannya seperti tidak bisa di gerakkan sama sekali.

"Pelita, sudah cukup ya. Semakin kamu buang-buang waktu kamu sendiri. Kamu semakin berada dalam bahaya!" kata makhluk yang tak berkaki.

Makhluk pertama itu berkata sambil melayang persis di depan Pelita. Gaun merah seperti putri-putri bangsawan Eropa lengkap dengan hiasan kepalanya. Wajahnya putih, benar-benar putih. Bahkan bibir dan alisnya juga berwarna sama dengan wajahnya. Putih bersih. Hanya manik matanya saja terlihat kebiruan.

"Kami mau membantumu, kamu itu sedang jadi incaran Kuntilan4k hitam yang jahat itu. Dia lagi cari rumah baru!" kata makhluk kedua.

Makhluk kedua yang wajahnya separuh hitam separuh putih, begitu pula dengan rambut nya yang tergerai panjang sampai kakinya. Sebelah kanan hitam dan sebelah kiri putih. Mahkluk itu juga melayang dan berada di samping kiri makhluk yang pertama.

"Diam dan dengarkan penjelasan kami!" kata makhluk ketiga.

Makhluk ketiga itu bentuknya nyaris hanya seperti bayangan hitam, tapi ada kaki dan tangan. Dengan mata yang putih semua, tidak ada pupil matanya.

Karena Pelita juga tidak dapat berbuat apa-apa. Maka dia pun berpikir untuk mendengarkan apa mau ketiga makhluk aneh itu. Pelita lantas mengangguk ke arah makhluk yang ketiga.

Setelah dia mengangguk, tubuhnya terasa s

ringan dan dapat di gerakkan. Suaranya juga sepertinya sudah kembali.

"Aku Jem, itu Carolina, dan itu Shaka. Kami sudah berabad-abad bermusuhan dengan Mak Kondang. Mahkluk yang tak pernah menerima takdirnya, dan terus berusaha bangkit dari kematiannya!" ujar Jem.

"Sejak dulu, kami berusaha menghentikan niatnya itu karena, dia sudah menyakiti banyak orang dan menghilangkan nyawa banyak orang untuk tujuannya itu!" tambah Carolina.

"Mak Kondang, itu Kuntilan4k hitam yang memakan jiwa-jiwa gadis polos dan menjadikannya rumah, sebelum memakan habis jiwa itu untuk mendapatkan banyak jiwa lainnya. Jika kekuatannya sudah cukup dengan 99 gadis terpilih, maka dia akan membangkitkan kerajaan hitamnya, dan saat itu semua manusia akan mudah di rasuki untuk saling menyakiti bahkan membunuh!" jelas Shaka.

Pelita terdiam, dia tidak menyangka dia akan mendengar hal seperti itu. Selama ini dia bahkan tidak suka menonton film horor. Dan sekarang dia di hadapkan dengan tiga sosok yang begitu horor dan cerita yang membuat buku kuduknya merinding.

"Tapi kenapa aku...!"

"Karena kamu adalah gadis ke 99 yang lahir di tanggal satu suro, di jam 12 malam tepat!" jawab Jem membuat Pelita bungkam seribu bahasa. Dia sekarang tahu, kalau nyawanya sedang terancam oleh makhluk yang mereka sebut Mak Kondang itu.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

dihhh serem🏃🏃🏃🏃

2023-01-27

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

ternyata si mak kondang ini y kuntiemak hitamnya😖

2023-01-25

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

mak kondang, meninggal ketika kondangan😵

2023-01-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!