Ratih pun menyenggol lengan Audrey, untuk menyadarkannya bahwa sekarang bukanlah waktu untuk berbicara main-main. Namun, Audrey justru tetap tenang dan menunjukkan rentetan gigi putihnya seolah tanpa beban sedikit pun.
"Lebih baik sekarang kalian kembali bekerja." Nyonya Clara pergi begitu saja tanpa memberi peringatan atau apa pun.
Wanita itu sudah lelah tiap kali harus berdebat dengan Audrey. Makin ia banyak bicara maka Audrey pun akan terus membalasnya dengan santai. Membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Ayo kita bekerja lagi. Aku yakin kalau Nyonya Clara tidak akan mungkin berani lagi memotong gajiku." Audrey menyingkirkan pecahan piring yang sudah ia masukan ke dalam kantong plastik lalu membuangnya ke kotak sampah. Setelahnya, ia pun kembali fokus bekerja.
Jam kerja telah usai, Audrey bersiap untuk pulang menggunakan angkutan umum. Biasanya ia akan pulang bersama Ratih, tetapi kali ini sahabatnya tersebut akan berkencan dengan kekasihnya. Mengharuskan Audrey untuk pulang sendirian.
Ketika sedang menunggu di tepi jalan, Audrey dikejutkan dengan sebuah motor sport yang berhenti tepat di sampingnya. Motor warna merah menyala yang sangat tidak asing untuknya. Audrey pun mendesahkan nap*s ke udara secara kasar.
Ia sedang tidak ingin bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang membuatnya berada dalam kesialan.
"Kau baru pulang, Sayang?" tanya Jefri ketika ia telah membuka helm yang dikenakan.
"Ya." Audrey hanya menjawab singkat.
"Kenapa ketus gitu? Maaf, semalam aku tidak mengabarimu karena mamaku pulang dan tahulah, ponselku disita," jelas Jefri meskipun Audrey tidak bertanya hal itu.
"Oh, kupikir kau sedang berkencan dengan wanita sexy di sebuah klub malam," sarkas Audrey.
Jefri yang barusan tersenyum kini wajahnya sudah terlihat memucat. Batinnya terus bertanya, kenapa Audrey bisa menebak dengan tepat, sedangkan Audrey yang melihat perubahan raut wajah kekasihnya pun hanya bisa tersenyum miring. Sepertinya benar dugaannya.
"Ma-mana mungkin aku berani melakukan itu. Aku bahkan sama sekali tidak pernah datang ke klub malam," sahut Jefri gugup. Berusaha membela diri.
"Hahaha. Jangan takut seperti itu kalau kamu tidak melakukannya. Lagi pula, aku hanya bercanda. Aku pulang dulu." Audrey hendak menghentikan sebuah angkutan umum yang sedang melaju mendekat, tetapi Jefri langsung menahan.
"Pulang denganku." Jefri memberi perintah. Namun, Audrey justru menggeleng cepat.
"Aku naik angkutan umum saja." Audrey menepis tangan Jefri yang hendak menyentuhnya.
"Audrey. Pulang denganku atau aku tidak akan segan-segan ...."
"Baiklah."
Audrey memotong ucapan Jefri. Ia tidak ingin lelaki itu memberi ancaman lagi padanya. Dengan terpaksa, Audrey duduk di belakang Jefri tanpa berpegangan kepada lelaki itu sama sekali.
Menyadari tangan sang kekasih yang tidak melingkar di perutnya seperti biasa, Jefri pun segera melajukan motornya cukup kencang. Lalu menarik rem secara mendadak hingga membuat tubuh Audrey terhuyung ke depan dan menempel erat pada punggung Jefri. Bahkan, mereka hampir saja terjatuh jika Jefri tidak menahan dengan kuat.
"Kau gila, Jef!" umpat Audrey kesal. Memukul punggung Jefri cukup kencang.
Namun, Jefri justru tergelak keras lalu berbalik dan menangkup kedua pipi Audrey dengan erat.
"Aku gila karena mencintaimu." Jefri memajukan wajahnya dan hendak mencium Audrey. Akan tetapi, dengan cepat wanita itu memundurkan tubuhnya untuk menghindar. Melihat sang kekasih yang menjauh, hati Jefri merasa sangat kesal karena Audrey selalu saja menolak ketika ia hendak mencumbu atau hanya sebatas berciuman.
Dasar wanita miskin yang sok jual mahal. Lihat saja, sebentar lagi aku pasti bisa menaklukanmu dan menjadikanmu milikku seutuhnya. Setelah aku bisa membuatmu takluk, di saat itulah aku akan membuangmu setelah menjadi sampah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Surtinah Tina
silahkan jef... itu bekas bosmu...
2023-04-30
1
panty sari
jefri brekele tuti
2023-02-21
0
nurcahaya
ini Jefri asprinya Zayn apa bukan ya 🙄🙄🙄🙄
2023-01-18
0