Baru saja hendak terlelap, Zayn dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Setelahnya, seorang lelaki muda dengan tubuh tinggi tegap, memakai jas rapi, terlihat keluar dari balik pintu lalu berjalan mendekati meja Zayn.
"Anda sudah datang, Tuan?" tanyanya. Sedikit membungkuk hormat di depan Zayn.
"Hmmm. Apa rapatnya sudah akan dimulai?" Zayn memijat pelipis perlahan karena kepalanya kembali mendadak pusing.
"Sudah, Tuan. Mereka sudah ada di ruang rapat," sahutnya.
Zayn pun bergegas bangun dan berjalan cepat meninggalkan ruangannya diikuti sang asisten di belakang. Walaupun pikiran Zayn sedang tidak karuan, tetapi ia tetap tersenyum di depan rekan-rekan kerja. Bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Baginya, urusan pribadi jangan sampai masuk ke urusan pekerjaan.
Sebagai seorang atasan, ia harus profesional.
"Ambilkan aku air putih, Jef." Zayn memberi perintah setelah rapat itu selesai dan ia sudah kembali ke ruangannya.
"Baik, Tuan."
Jefri yang merupakan asisten Zayn, segera menuju ke pantry, mengambilkan segelas air putih untuk lelaki itu. Setelah memberikannya, Jefri bukan kembali ke meja kerjanya, tetapi ia justru bergeming di depan Zayn. Membuat perhatian Zayn teralihkan saat itu juga.
"Kenapa?" tanya Zayn setelah menghabiskan setengah gelas air putih tersebut.
"Apa ada yang mengganggu pikiran Anda, Tuan? Ketika sedang rapat tadi, saya bisa melihat beberapa kali Anda hampir kehilangan konsentrasi," tukas Jefri. Menelisik wajah Zayn.
"Tidak ada. Aku hanya kurang tidur semalam." Zayn menjawab sedikit cuek karena ia sedang berusaha kembali fokus dengan pekerjaan. Sekadar untuk mengalihkan pikiran.
"Baiklah. Kalau begitu saya akan kembali bekerja lagi. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk bercerita, Tuan." Jefri sedikit menunduk hormat sebelum akhirnya berjalan kembali ke mejanya.
Walaupun ia yakin Zayn sedang ada masalah, tetapi ia tidak ingin terlalu ikut campur urusan atasannya.
***
Audrey benar-benar tidak bisa fokus bekerja karena bayangan malam menyakitkan itu begitu mengusik pikiran. Hati dan tubuhnya merasa tidak nyaman. Ingin sekali ia menangis keras meluapkan semuanya, tetapi hal itu tidak mungkin dilakukan. Audrey tidak ingin dicap sebagai anak cengeng.
Ia harus kuat dan tangguh di depan ayahnya maupun di depan siapa pun. Jangan sampai ia menjadi gadis yang lemah karena sekarang dirinya harus mampu berdiri di atas kaki sendiri.
"Jangan ngelamun!"
Prang!
"Ya Tuhan, Audrey! Kau memecahkan piring lagi." Ratih tersentak ketika melihat piring itu sudah hancur berantakan karena berbenturan dengan lantai.
Audrey hanya mengembuskan napas kasar lalu memunguti pecahan piring tersebut dengan santai. "Kau suka sekali mengagetkanku, Ratih!" cebiknya kesal.
"Maafkan aku. Lebih baik kita bersihkan pecahan ini sekarang sebelum Nyonya Clara tahu, atau gajimu akan dipotong." Ratih justru yang terlihat sangat gugup dan membantu membersihkan pecahan tersebut dengan segera, sedangkan Audrey tampak begitu tenang.
"Siapa yang memecahkan ini?" Suara Nyonya Clara yang begitu keras, menggema di ruangan tersebut. Ratih sampai menutup telinga, sedangkan Audrey hanya terkekeh melihat sahabatnya. Saking terbiasanya mendengar teriakan Nyonya Clara, membuat Audrey menjadi tidak terkejut lagi meskipun Nyonya Clara berteriak sekuat tenaga.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak sengaja." Audrey membungkuk hormat sembari menangkup kedua tangan di depan dada.
"Ya Tuhan, Audrey. Bisakah kau jangan ceroboh sekali saja?" Wanita dengan dandanan menor dan bibir merah merona seperti habis makan darah tersebut, tampak menatap Audrey kesal.
"Maafkan saya, Nyonya. Anda boleh memotong gaji saya," ucap Audrey.
"Mau kupotong berapa persen lagi? Jika setiap hari gaji kau kupotong lalu saat gajian tiba maka kau tidak akan mendapat uang sepeser pun." Nyonya Clara berbicara ketus. Sembari mendengkus kasar beberapa kali.
"Tidak apa, Nyonya. Anggap saja saya sedang kerja bakti di tempat Anda." Audrey menimpali dengan santai, tidak peduli kepada Nyonya Clara yang sudah mendelik ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
fitriyana
jangan2 t4 kerjanya audrey rmh orng tuanya zayn🤭🤭🤭
2023-02-06
0
nurcahaya
santuy ya dry
2023-01-18
1