Raika Pov
Aku sangat lelah pulang dari sekolah. Rumahku dan sekolah tempatku mengajar cukup memakan jarak. Namun mau bagaimana lagi, ini bentuk pengabdianku pada anak-anak yang menarikku untuk sayang pada tingkah polos dan konyol mereka.
Aku melihat istriku berjalan ke arahku namun aku hanya melewatinya saja, dia mengikutiku masuk ke dalam kamar kami. Sepertinya mau ada yang dia bicarakan, aku menganti pakaianku mengabaikan dirinya yang diam mematung menatapku. Aku kembali melewatinya, tujuanku adalah dapur mamaku. Aku lapar dan perutku minta untuk segera di isi. Namun yang membuatku kesal dia menghadang langkahku.
"Apa?" Ucapku sinis.
"Kamu mau ke mana?" Aku ingin tertawa mendengar pertanyaannya. Sejak kapan dia menganti panggilan menjadi kamu.
"Ke rumah mama, lapar."
Aku hendak kembali meneruskan langkah namun dia mengengam tanganku, menarik tubuhku mengikutinya menuju meja makan. Berbagai menu terhidang lezat di sana. Sepertinya istriku ini sedang menginginkan sesuatu diotak pintarnya. "Kamu masak? Banyak sekali!" Tanyaku lapar menatap makanan di depanku. Dia menganguk menyuruhku duduk, menuangkan nasi ke piringku.
"Aku tidak tahu apa yang kamu suka, jadi aku memasak semuanya." Ucapnya padaku, aku tersenyum padanya, "Aku akan menyukai semua masakan istriku, tenang saja aku tidak pilih-pilih makanan." Aku melahap makanannya buatan istriku dan rasanya memang cocok di lidahku.
"Kamu tidak makan?" Tanyaku sambil menyuapkan nasi kemulut. Dia mengeleng, "belum lapar!"
Aku menyuapkan nasi ke mulutnya langsung, dia memakannya perlahan. Mata kami bertatapan, "terimakasih istriku." Ucapku membuat pipinya memerah, dia terlihat sangat cantik. Aku tersenyum padanya, "besok-besok masakin lagi yah! Masakanmu enak," pujiku kembali melahap makananku bergantian menyuapinya.
Usai perut kenyang aku menuju ruang keluarga kami. Sekedar duduk sambil mengeluarkan ponsel di saku celanaku. Aku tersenyum, satu pesan chat membuat hatiku berbunga. Chat itu dari kekasihku, Melina. Melina merindukanku dan berjanji akhir pekan ini akan menemuiku. Kami Ldr-an terpisah oleh jarak juga waktu. Aku dan Melina sudah lama tidak berjumpa untuk melepas rindu. Aku tidak sadar dengan pergerakan istriku yang tiba-tiba sudah merebahkan kepalanya di pahaku. Lalu sialnya kedua tangannya memeluk erat di tubuhku.
"Aku mengantuk, mau tidur!" Aku gelagaban tentu, ada yang aneh dengan otak istriku kali ini. Dia tidak seperti biasanya yang menjaga jarak denganku. Memasakanku, juga hal yang sangat tidak disukainya. Aku rasa ada yang diinginkannya, siap-siap dompetku bolong bulan ini.
Aku menaruh ponselku ke atas meja di depanku. Tanganku tanpa disuruh mengelus rambut istriku membuat dia benar-benar terlelap. Dia seperti anak kecil jika berlaku manja seperti ini dan kalau boleh jujur aku menyukainya.
Mataku mulai memindai tubuh istriku, ya Allah ternyata tangtop tipis menerawang yang dikenakannya dan dia tidak mengunakan bra. Tubuh bagian bawahnya hanya dibalut hotpans merah yang jelas memperlihatkan paha mulusnya. Punggungnya membuat tanganku ingin menjelajah. Putih, mulus juga mengoda. Pikiran mesum mulai menjarah otakku, bagaimanapun aku ini lelaki normal. Melihat yang bening tentu langsung on, apalagi yang bening ini halal untukku jamah.
Aku meneguk ludah susah payah saat tubuhnya tidak lagi memeluk perutku. Sekarang bagian depannya yang mengoda iman lelakiku. Bagian yang paling kubanggakan mengeliat berontak ingin dipuaskan. Ya Allah kira-kira pintu rumahku terkunci atau tidak. Bisa bahaya kalau Raiga adik lelakiku itu nyelonong masuk melihat tubuh seksi milikku. Benarkan tubuh istriku ini milikku.
Aku ingin memindahkan ke kamar kami namun wajah polos dan keintiman kami seperti ini jarang kudapatkan. Selama ini aku bahkan tidak perna memandangnya. Keintiman kami diranjang hanya sebatas memuaskan diriku saja dari kebutuhan biologis sebagai pria. Namun sekarang wajahnya, tubuhnya membuatku memuja istriku.
Bibirnya merah muda itu sedikit mengangah seolah meminta untuk bersentuhan dengan bibirku. Oh Tuhan Raika, singkirkan pikiran mesummu sekarang juga! Pikiranku mengingatkan kelakuanku sekarang.
Pov End
"Aku tidak bisa seperti ini!" Raika mengendong Laisa menuju kamar mereka. Bahaya jika mereka terus seperti itu, bisa saja Raika khilap menyerang istrinya itu. Raika ikut tertidur di samping sang istri. Perasaannya menghangat, ternyata Laisa tidak buruk juga menjadi istrinya.
Pukul empat petang, usai sholat Ashar Raika menganti bajunya dengan jersey. Dia bersiap pergi ke lapangan volly. Setiap petang memang sudah jadi rutinitasnya bermain volly bersama orang-orang di desanya.
"Hai bro," sapa Nendra, sahabatnya di desa ini.
"Woi Nendra, apa kabar lu? Tumben mau maen volly?" Ucapnya pada lelaki yang sudah jadi sahabat seoroknya itu.
"Haha, gue sibuk biasa!"
"Beda yah pak kades kita." Nendra memang kades di desa Raika. Kades muda tepatnya, dia sudah menikah dan istrinya sangat cantik namun cemburuan. Nendra sebenarnya mantannya Laisa saat perempuan itu kuliah semester dua, sayang hubungan mereka kandas karena ternyata Nendra punya wanita lain yang tidak lain yah istrinya sekarang. Laisa tentu kecewa waktu tahu Nendra ternyata sudah menikahi istrinya saat mereka baru pacaran satu tahun. Nampaknya lelaki itu memang ingin segera menikah, sementara Laisa waktu itu masih fokus dengan kuliahnya.
"Gimana kabar istri elo bro?" Tanya Nendra.
"Ngapain elo nanyain istri gue?"
"Santai bro, gue juga udah punya bontot sekarang. Ga minat nikung elo kok! Gue cuma penasaran aja, kata Ujang dan Berry istri elo bening."
"Bener mbak Laisa cantik banget." Ujang berucap.
"Bening, mulus. Sayang dikekepin mulu pak des sama Raika."
"Bener, gak perna di bawah keluar."
"Bro, elo seharusnya laporan sama gue. Gimanapun istri elo warga baru di desa ini." Nendra memang tidak tahu jika mantannya lah yang menjadi istri Raika begitupun Raika yang tidak tahu kalau Nendra mantan istrinya. Saat pernikahan Nendra tidak datang karena di panggil camat.
"Gue udah laporan ke kantor desa kali bro. Elo aja yang gak ada." Raika cuek memasuki lapangan yang sudah memanggilnya.
Raika tersenyum istrinya sudah selesai mandi saat dia pulang. Wajah cantiknya menyambutnya dengan sumringah. Namun Raika sedikit kesal, istrinya tampil seksi di depan rumahnya. Bagaimanapun dia tidak rela melihat mata nakal orang-orang yang lewat di depan rumahnya.
"Ayo masuk!" Ajaknya ketus menarik lengan Laisa. Laisa mengikuti saja. Setelah pintu tertutup, Raika membuka mulutnya.
"Bisa tidak kamu kalau pakai baju yang tertutup!" Ucapnya dengan nada meninggi.
"Kenapa?"
Raika menghela nafas, "kamu tidak lihat tatapan lapar orang yang lewat di depan rumah." Laisa mengeleng cuek.
"Ca," panggilnya, "aku tahu kamu lama tinggal di kota. Namun pakaianmu tidak cocok dikenakan di desa." Nasehatnya mengajak istrinya itu duduk.
"Kamu boleh mengenakan baju seperti ini, namun cuma di kamar kita saja." Lanjutnya memandang wajah sang istri yang sedang mendengarkan dirinya bicara, "aku tidak suka mempertontonkan istriku, apalagi dengan pakaian seperti ini." Laisa menganguk.
"Kamu ngerti kan?" Tanyanya pada sang istri. Laisa kembali menganguk.
"Kamu mau kan berpakaian yang sopan?" Ucapnya pada sang istri, Laisa tampak menimbang apakah dia akan melakukan yang diucapkan suaminya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments