"Kamu," Ucap mereka bersama saling menunjuk satu sama lain.
Laisa mendekatkan tubuhnya pada sosok laki-laki yang dengan tega mencuri keningnya dengan ciuman.
"Elo ngapain cium kening gue mesum. Jijik tahu!" Laisa berdecak kesal
"Eh cewek gila, gue juga jijik kali cium kening situ."
"Terus kalo jijik ngapain elo cium?"
"Disuruh pak penghulu." Laki-laki itu tertawa menunjuk penghulu tak berdosa.
Laisa mendekati pria paru baya berpeci itu, "Pak, ya Alloh. Bapak paham agama kan? Bersentuhan antar laki dan perempuan itu dilarang pak dalam agama." Ucap Laisa sok bijak, "ini ya Alloh bapak malah nyuruh curut ini cium kening perawan gue." Laisa memegang keningnya yang tak suci lagi. "Pak, tobat pak."
Rai mendekat kearah penghulu, "gak usah diladeni pak, dia gila." Ucap Rai pada penghulu itu.
Kemudian mulut Rai berucap, "gue kalo cium Laisa dosa gak saudara-saudara?"
Teriak orang di ruangan itu menggema mengatakan tidak.
"Tuh elo denger Laisa, gak dosa kali gue cium elo." Ucapnya tertawa senang.
"Elo sarap yah?" Tanya Laisa kesal.
"Gue gak sarap, tapi elo harus dikasih pelajaran. Berani sekali tangan cantik elo nempel dimuka tampan gue."
"Elo, kurang ajar cium gue." Laisa berteriak didepan wajah Rai.
"Eh cewek bego, elo itu halal buat gue. Mau gue cium, ***** atau gue bawak ke ranjang gak ada yang bakal melarang." Ucapnya penuh keyakinan. "Kalo elo gak percaya tanya aja sama bokap nyokap elo."
Laisa yang kesal menginjak kaki Rai, "mesum." Ucapnya berlari kearah orang tuanya. Maksud hati ingin mengadu namun sang ayah membenarkan ucapan pria menyebalkan.
"Om setuju, bawa aja anak om ke ranjang Rai." Ucap Lemba, "Biar kita cepat dapet cucu." Kompak kedua pasang suami istri berujar yang tidak lain tidak bukan adalah orang tua Laisa dan Raika.
"Gue bawa dulu anak om yah!" Raika menarik tangan Laisa menuju kamar sang gadis. Sementara para tamu undangan masih bingung dengan pertunjukan dua keluarga yang telah bersatu itu.
"Misi berhasil," Wandra dan Lembah bertos ria, kemudian keduanya berpelukan. Begitu juga dengan Leha dan Sarah mereka bahagia akhirnya bisa jadi besan.
"Elo ngapain tarik-tarik gue!" Laisa melepaskan tangannya dari cengkram Raika setelah sampai di kamarnya.
"Gue gak nyangka ternyata elo suka sama gue! Sampai bokap elo maksa bokap gue buat nikahin kita." Ucap Raika duduk di ranjang queen sizenya Laisa. Matanya memandang seluruh penjuru kamar itu. Ada beberapa foto terpajang di sana. Foto saat Laisa Tk, saat Laisa SD dan foto SMP mereka, Laisa yang tersenyum sedang dirinya memasang wajah sok coll. Selebihnya foto Laisa SMA dan kuliah. Tangan Raika menarik bingkai foto dia dan Laisa. "Elo suka gue dari SMP?" Tanyanya lagi menunjukan foto dia dan Laisa.
Laisa menatap jengkel Raika, teman sekelasnya itu, "Gak usah kepedean deh elo." Ucapnya, "Tuh liat, mereka juga gue pajang." Laisa menunjukan fotonya dengan teman mereka waktu SMP. "Lagian ngapain gue suka sama cowok kerempeng macam elo. Dih najis, Amit-amit!" Laisa mengetok-ngetok meja sambil berdecak jijik.
"Alah Lais ngaku aja deh elo. Elo maksa om Limba ngebujuk bokap buat nikahin kita kan?"
"Nikah?" Ucap Laisa, "eh tunggu dulu, dari kemaren sore pas gue balik ke rumah ada tenda, terus elo bilang nikah, emang siapa sih yang nikah?"
Raika tertawa geli, kemudian dia memasang wajah seriusnya, "jadi dari tadi otak elo, elo bawa kemana neng? Kok gak sadar situ udah jadi bininya gue."
"Apa bini elo?"
"Iye bini Raika Laksamana." Raika tersenyum menang, pikirnya tidak buruk juga punya istri macam Laisa, teman sekelasnya waktu SMP. Lagian sepertinya perempuan itu mencintainya, Raika berpikir, akan mudah untuknya mencintai orang didepannya.
"Gue gak mau sama elo." Ucap Laisa yang baru sah dinikahi oleh Raika itu.
"Cuih, apalagi gue. Gue gak sudi punya istri macam elo." Raika menatap wanita dihadapannya dengan kesal.
"Ya udah cerain gue sekarang juga!" Pinta Laisa pada suami beberapa menitnya itu.
Raika nampak berpikir, "gak mau, enak aja. Gue belum ***-*** sama elo, gue belum cicip syurga dunia. Gak sudi gue jadi duda perjaka."
"Raika, gue gorok juga elo."
Setelah perdebatan panjang mereka di dalam kamar, keduanya lagi-lagi meberengut kesal. Mereka disuruh mengenakan baju adat setempat yang buat gerah dan berat. Belum lagi mereka berdua harus duduk di pelaminan dengan wajah pura-pura bahagia. Padahal hati nyes nyesek sekali.
"Selamat yah bro, gak nyangka gue kalian jodoh." Ucap Davin teman mereka saat SMP.
"Selamat pak Raika dan Ibu, semoga jadi keluarga samawa." Ucap pak Rosyid, teman mengajar Raika sekaligus guru Raika dan Laisa saat SMP.
"Raika, akhirnya kamu menikah juga. Ibu turut senang. Bimbing istrimu kejalan yang benar." Bu Ratu menyalami Raika kemudian Laisa. Bu Ratu juga guru keduanya saat SMP.
Sayang sungguh sayang tidak ada yang mengenal Laisa, Laisa pun lupa-lupa ingat sama mereka. Tepatnya memang Laisa melupakan mereka dan dulunya saat masih smp, Laisa murid biasa saja, tidak dikenal. Dalam hatinya membatin, "Gak ada satupun temen gue yang ngucapin selamat gitu, semuanya teman Raika.
Enam pasang manusia menaiki pelaminan. Laisa tahu, para wanitanya adalah sahabat suaminya itu. Laisa juga heran kenapa Raika lebih akrab sama perempuan saat SMP.
"Selamat yah Rai. Ternyata kamu yang duluan dari kita." Ucap mereka kompak, "Selamat juga Ica, semoga elo betah jadi istrinya Sahabat kita satu ini."
Ucap Tari tersenyum memeluk Laisa.
"Selamat yah Ica, tenang aja Rai kita ini baik kok sama perempuan." Giliran Riska memeluk tubuh Laisa.
"Kamu jangan khawatir Ca, Rai orangnya royal kok. Dia sering jajanin kita, otomatis elo sebagai istri pasti dijajani juga." Monik bersuara.
"Gue gak nyangka elo berdua jodoh. Rai itu udah lama jomblonya Ca." Mena menyalami Ica kemudian memeluk teman SMPnya itu.
"Ca, Rai kalo tidur suka ngorok." Medina ikut berkoar.
Laisa hanya tersenyum, sedang Rai merasa dongkol dengan sahabat-sahabatnya itu.
"Selamat Laisa Raika, semoga segera memberikan kami ponakan." Ucap pasangan dari sahabatnya Raika tersebut. Kemudian mereka berfoto dengan pengantin. Laisa tersenyum tipis, dalam hatinya membatin, "Gue gak sudi jadi istri Raika."
Laisa menertawakan dirinya sendiri. Kok dia bodoh sekali, jika telah ditipu mentah-mentah sama mama dan papanya. Faktanya kepulangannya sore kemaren membuat paginya dia jadi istri Raika. Padahal harusnya dia curiga saat tenda itu berdiri didepan rumahnya, terus saat kebaya putih menempel di tubuhnya. Laisa juga belum paham saat itu dia tengah dinikahkan dengan teman semasa SMPnya.
Berbicara tentang suaminya itu, Raika Laksamana. Banyak yang berubah dari dirinya, dulu lelaki itu kurus kerempeng sekarang bobot tubuhnya berisi. Sedikit lebih tampan saat dia dewasa, menurut Laisa. Laisa, Raika perna akrab saat mos sekolah namun entah angin apa keduanya menjauh seakan tak saling kenal. Lalu setelah lulus SMP mereka kembali bertemu saat dirinya telah sah jadi istri Raika.
"Seharusnya gue gak pulang kemaren." Jerit Laisa dalam hati, tentu dia menyesal dan menyalahkan semua orang atas perubahan statusnya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments