DISKUSI YANG MENYEBALKAN

Sejak pagi Keysa disibukkan dengan kegiatan kuliah yang sangat padat. Ia bahkan tidak sempat untuk berdebat dengan Amelia yang menurutnya telah berbuat kesalah sangat fatal pagi tadi.

Dirinya baru saja ingin memulai obrolan serius dengan peri itu, tetapi Amelia dengan gampangnya mengacaukan segalanya.

Peri tampan itu terasa sangat nyata Keysa, walaupun saat itu ia sedang bermimpi. Hal itu sungguh membuatnya penasaran. Belum lagi ucapan peri itu yang mengatakan bahwa kemarin sore ia melihat Keysa dan adiknya berlarian di perkebunan bunga mawar.

Waktu menunjukkan pukul 12.00. Waktunya makan siang, yang artinya ia dapat berdiskusi panjang lebar dengan Amelia.

Keysa membereskan buku-bukunya dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas kemudian segera menghampiri meja Amelia.

"Ayo kita bicara," ucapnya, begitu tiba di hadapan sahabatnya itu.

"Penting?" tanya Amelia.

"Ya, mari kita berdiskusi!" ujarnya lagi, setengah memaksa sehingga Amelia tidak dapat menolaknya.

Amelia memasukkan buku-bukunya secara perlahan ke dalam tas, ia memang gadis yang memiliki sikap lemah lembut dan tenang. Sangat bertolak belakang dengan sikap Keysa yang terlalu bersemangat dan menggebu-gebu.

"Astaga, bisa memakan waktu satu jam!" Keysa kemudian memasukkan buku-buku Amelia yang berserakan di atas meja dengan sekali gerakan.

"Waah, bagaimana caramu melakukannya?" tanya Amelia, pura-pura merasa takjub akan apa yang baru saja Keysa lakukan untuknya.

"Dengan sihir!" jawab Keysa dramatis, lalu menarik tangan Amelia menuju kantin yang terletak di lantai bawah.

Karena terlalu bersemangat, Keysa terpeleset dan ... tidak! Ia tidak sampai terjatuh. Sebelum tubuhnya meluncur bebas dari puluhan Anak tangga yang berjejer anggun di hadapannya, ada sebuah tangan yang menahannya. Tangan itu memeluk erat pinggang Keysa yang langsing.

"Untung ada aku!" seru pemilik tangan itu yang tak lain adalah Keanu, salah satu mahasiswa tertampan di kampus tempatnya menempuh pendidikan.

"Trims!" Keysa buru-buru menegakkan tubuhnya lalu menjauh dari pria  itu.

"Hanya ucapan terima kasih?" tanya Keanu, terlihat kecewa. Pria tampan itu sudah lama mengagumi Keysa, tetapi Keysa terus saja menjauhinya dan bersikap tidak bersahabat kepadanya.

"Maunya bagaimana?" tanya Keysa, tanpa memandang Keanu sama sekali.

"Tatap aku sekali saja, Key," pinta Keanu dengan suara lembut.

Keysa menjadi salah tingkah. Ia perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mata Keanu seperti permintaannya. "Sudah," ujar Keysa, lalu membuang muka.

"Makan sianglah denganku," pinta Keanu lagi.

"Sekarang tidak bisa. Aku ada urusan mendesak," cicit Keysa, sambil menoleh ke arah Amelia, berharap sahabatnya itu dapat membantunya mengatasi Keanu yang sedikit memaksa.

"Iya, sekarang kami ada urusan mendesak, Ken. Lain kali pasti Key mau, kok." Amelia berusaha memberikan pengertian kepada Keanu.

Mata Keanu berbinar. Terlihat sekali ia merasa bahagia atas ucapan sederhana yang diucapkan oleh Amelia. Hal itu justru membuat Keysa merasa semakin tidak nyaman. Ia merasa tidak enak terus-terusan memberikan harapan kepada Keanu.

Bukan kali ini saja Keanu mengajaknya untuk makan siang bersama, hal seperti itu sudah sering terjadi, hanya saja dirinya selalu menolak dan terkadang mengatakan untuk makan siang bersama lain waktu, tetapi lagi-lagi Keysa menghindar jika Keanu menagih janjinya.

"Kali ini kamu tidak akan lari, 'kan?" tanya Keanu, menatap langsung ke dalam mata Keysa

Keysa hanya diam mematung, hingga Amelia mau tidak mau harus menendang kaki Keysa. "Ba-baiklah! Aku tidak akan lari," ujarnya.

"Baik kalau begitu. Semoga urusanmu lancar. Selamat siang, Cantik!" Keanu menyentuh lembut puncak kepala Keysa sebelum berlalu dari hadapan gadis itu.

Keysa menatap kepergian Keanu dengan perasaan bersalah.

"Aku harap kali ini kamu tidak lari darinya, Key. Dia sudah lama menunggumu!" seru Amelia, sambil menariknya menuruni tangga.

Keysa hanya diam saja. Tidak menghiraukan perkataan Amelia. Keanu memang sudah lama menunggunya dan dengan bodohnya Keysa menggantungnya selama itu. Bukannya ia tidak menyukai Keanu, hanya saja ada sesuatu yang lebih penting daripada perasaannya kepada laki-laki tampan itu. Ada perasaan lain yang harus ia jaga.

Setibanya di kantin, Amelia langsung memesan roti bakar dengan isian selai kacang dan milo hangat untuk mereka berdua.

Sambil menunggu pesanan datang, Keysa mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan mulai mengetik sebuah adegan yang tiba-tiba saja terlintas di kepalanya.

"Kamu bisa makan dulu baru mulai mengetik," saran Amelia.

"Aku bisa melakukan keduanya sekaligus. Tenang saja. Kamu tahu ideku mudah sekali menguap kemudian menghilang jika aku tidak langsung menuliskannya," jawab Keysa.

"Susah, ya, memiliki cita-cita menjadi seorang penulis."

"Tidak juga. Tidak ada sesuatu yang sulit jika kamu melakukannya dengan senang hati." Keysa tersenyum.

"Baiklah. Apa yang ingin kamu diskusikan?" tanya Amelia.

Keysa menghentikan kegiatan jemarinya di atas keyboard laptop kemudian menatap Amelia dengan saksama. "Apa pendapatmu tentang mimpi yang terus berlanjut?"

"Itu lagi? Jika kamu tanya aku, maka aku hanya bisa mengatakan bahwa mimpi itu hanyalah bunga tidurmu. Sesuatu yang menari-nari di dalam kepalamu seharian itu terus bertahan di sana lalu terbawa hingga kamu tertidur. Itulah sebabnya kamu selalu memimpikan hal yang sama, karena kamu terus memikirkan hal itu seharian."

"Tapi, Mel ...."

"Ingat saat pertama kamu memimpikan hal aneh itu? Pada hari itu kamu menceritakan kepadaku bahwa kamu ingin menulis sebuah cerita fantasi tentang seorang putri tidur yang mendapatkan cinta sejatinya di alam mimpi. Kamu begitu bersemangat menggambarkan rupa sang pangeran, juga negeri yang tidak mungkin ada di dunia ini dan sejak saat itu kamu selalu memimpikan hal serupa, bukan?"

Keysa mengangguk. "Sebenarnya aku terinspirasi dari kasus hilangnya ayahku. Kamu tahu, aku curiga ada sesuatu yang tidak beres yang dialami ayahku sebelum dia menghilang, dan sejak saat itu aku mulai memimpikan hal aneh itu. Aku yakin ada campur tangan makhluk lain dalam hilangnya ayahku."

"Kalau begitu kamu pasti sudah paham dan bisa membedakan antara sebuah kenyataan dan sebuah bayangan. Jangan terperosok pada jurang yang tidak nyata, Key. Itu berbahaya. Saat kamu mulai menulis, kamu harus bisa membedakan mana dunia yang real dan yang tidak. Oke! Lalu untuk kasus ayahmu, aku harap kamu mendapat petunjuk yang baik. Tidak mungkin hilangnya ayahmu ada hubungannya dengan kejadian mistis yang sering kamu ceritakan." Amelia mengakhiri penjelasannya tepat saat seorang pelayan membawakan pesanan mereka.

Keysa mengambil potongan besar roti panggang itu dan memasukannya ke mulut, mengunyahnya dengan kasar. Jujur saja ia tidak terlalu puas dengan penjelasan yang Amelia berikan kepadanya. Maka ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Entah mengapa ia memiliki firasat bahwa hilangnya sang ayah ada hubungannya dengan padang dandelion yang ia lihat semalam.

Ya, dia ingat minggu-minggu terakhir sebelum ayahnya menghilang. Ayahnya selalu mengatakan, "Kelopak mawar itu bisa menari, dandelion pun bisa menari!"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!