MOZAIK I

Hembusan angin menerbangkan dedaunan. Saling berayun bergesekan menari dan bernyanyi bersama sepoi angin. Sunyi, sejuk dan terasa damai. Sepasang kelereng coklat kayu itu memandang dalam langit siang hari berselimutkan awan. Hembusan angin sepoi-sepoi membawa anak rambutnya berayun lembut. Lagi dan lagi, angan-angan itu berhamburan memenuhi benak si pemilik sepasang kelereng.

Menatap dalam seakan akan dia sedang berusaha keras untuk menembus langit dan mengintip apa yang tersembunyi dibalik selimut abu-abu langit siang yang nyaris beranjak menjumpai sang senja. Kilas memori berbagai peristiwa dan kejadian belasan tahun yang lalu berterbangan memenuhi relung hati terdalam. Hampa. Seperti malam tanpa rembulan dan kerlap kerlip bintangnya.

Dia tau pasti bahwa seharusnya dia bukanlah "seseorang" yang sama dengan dirinya pada masa itu. Mungkin, bahkan dirinya sendiri ragu akan pemikirannya tersebut.

...•••••••••••••••••••••...

Aku Khairiyyah, putri bungsu satu-satunya keluarga Rahman, salah satu keluarga yang memiliki finansial cukup mampu di desa tempat ku lahir dan dibesarkan beberapa belas tahun yang lalu.

Dulu, bagi sebagian besar anak baru gede seperti ku dan saudara-saudara ku keluarga itu adalah harta yang sebenarnya. Tak apa hidup pas-pasan makan seadanya dan bersabar dengan pahitnya kehidupan, asalkan ketika pulang ada senyuman seorang ibu yang menyambut juga pelukan ayah yang menguatkan, rasa-rasanya itu semua sepadan dengan seluruh kerja keras anak untuk belajar giat membanggakan keduanya.

Dahulu sesuatu yang paling berharga dan kurindukan tatkala merantau adalah pemandangan langit malam dan siang desa tempat ku tumbuh juga pelukan cinta kasih keluarga. Kurasa nyaris semua anak pada masa itu maupun kini memiliki porsi tersendiri dalam hatinya tenang dua hal tersebut, ya nyaris semuanya. Setidaknya menurut penulis.

Mengingat itu adalah naluri jika disandingkan dengan naluri suci masing-masing anak itu sudah pasti. namun, tidak semua anak memiliki kesempatan dan takdir yang sama untuk bisa merasakan hari-hari tersebut. Banyak faktor yang melatarbelakangi perbedaan masa kecil tersebut namun yang pasti semua anak memiliki hak yang sama namun dengan porsi yang berbeda-beda. Tinggal bagaimana keluarga dan lingkungan tempat seorang anak itu tumbuh mewarnai dan mengarahkannya.

Tentang masa kecilku, hingga kini jejak-jejak kenangan itu masih kuingat lekat masa-masa itu. Masa-masa awal perkembangan teknologi (handphone) yang mulai menjamur di masyarakat Indonesia sesaat setelah era reformasi terjadi pada tahun 2000. Dulu, sebuah hp tebal berukuran mungil nyaris segenggaman tangan itu terasa begitu wah diantara kami. Begitu juga dengan televisi berwarna saat itu, rasanya dulu televisi yang bisa menampilkan hiburan dengan gambar menarik berwarna-warni itu cukup langka di desa kami. Namun kinj, nyaris tiap rumah sudah bisa merasakan berbagai macam bentuk hiburan yang beraneka ragam tanpa perlu repot-repot menggunakan televisi ataupun antena. Namun kesederhanaan dan kesahajaan budaya timur yang masih melekat pada masing-masing masyarakat itulah yang menjadi kenangan berharga.

Karena itu meskipun saat ini berbagai macam fasilitas hiburan sudah terakses mudah di android, namun kegembiraan yang ditinggalkan jauh berbeda dengan masa itu. Contohnya, dulu saat ada pertandingan piala dunia sebuah perkampungan memfasilitasi masyarakat untuk mengikuti jalannya pertandingan dengan mengadakan layar tancap di tempat-tempat strategis di kampung. Baik itu di balai desa, lapangan ataupun rumah warga yang memiliki televisi besar berwarna yang dengan begitu murah hati menjadikan kediamannya sebagai bioskop dadakan versi jaman dulu.

Berbalik jauh dengan saat ini, kini pola sederhana itu secara perlahan seakan mulai tenggelam terseret arus deras globalisasi, melihat begitu tingginya konsumsi publik terhadap gadget dengan pandangan "Semua hiburan dan yang membuat bahagia pasti tersedia didalamnya" begitu juga dengan permainan, baik itu game PlayStation ataupun game-game lainnya yang dengan begitu mudah dapat diakses di pl** sto** gadget masing-masing.

Namun sayangnya, tidak semua orang memperhatikan sisi lain dari perkembangan pesat teknologi juga arus modernisasi. Selain memberikan kemudahan untuk berkomunikasi, mencari hiburan juga informasi, gadget juga berdampak buruk untuk perkembangan emosional, personal dan sosial anak. Meskipun penulis juga yakin tidak semua anak mendapatkan dampak negatif sama besar pada masing-masing anak, itulah sebabnya mengapa pendidikan internal dalam keluarga itu begitu dibutuhkan oleh seorang anak pada tiap tahap tumbuh kembang sang anak.

Karena pada masa ini, seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak pula penyakit sosial dan personal yang berkembang pesat ditengah-tengah masyarakat, sehingga dengan adanya pendampingan yang tepat pada tiap fase perkembangan anak, semua dampak negatif yang berdampingan dengan kuatnya arus globalisasi dan modernisasi bisa diminimalisir dengan baik serta anak-anak dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa kesenjangan juga tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa timur yang memiliki banyak keindahan baik dari segi moral, agama dan budaya.

Kembali angin sepoi-sepoi berhembus pelan mengiri tarian burung-burung yang mengepakkan sayapnya di langit. Yah meskipun tidak benar-benar menyentuh langit secara harfiah, namun tidak mengapa karena yang kuinginkan hanyalah kiasan untuk menyampaikan setiap jalinan rasa yang tertahan oleh frasa. Bagiku kini, waktu dan hari-hari hanyalah hitungan angka yang begitu hampa tanpa ada sedikitpun menyisakan rasa manis di setiap sudut-sudut pergantian nya untuk dibingkai menjadi sebuah kenangan. Hampa iya mendebarkan kadangkala juga iya, bingung itulah yang kurasakan. Bahkan keheningan malam dan kedamaian subuh kini begitu terasa hampa dalam benakku.

Entahlah. Mungkinkah ini hukuman atas semua tipu daya nafsu yang telah ku ikuti. Tipu daya nafsu yang dengan begitu lihai menjerat sedikit demi sedikit kedua kakiku yang rapuh atau mungkin ini bisa juga disebut sebagai sebuah kutukan untuk semua yang aku sembunyikan dan aku kunci rapat-rapat dalam kedalam palung hati ini.

Juga aku masih ingat, mereka yang berada di dekatku seringkali berkata jika aku adalah seseorang yang tidak bisa terbaca dengan jelas sorot matanya. Hanya dengan sepasang manik mata yang terlihat penuh dengan teka-teki, mereka yang tidak benar-benar mengenalku hanya bisa sedikit menyimpulkan jika aku adalah orang yang cukup naif, sepertinya. Walaupun aku sendiri sadar hanya dengan menatap pantulan mataku yang menyorot ke arahku sendiri dari balik kaca ataupun cermin, aku baru bisa tau jika semua bagian diriku nyaris menghilang sepenuhnya sedikit demi sedikit.

Tumbuh remaja dengan image sebagai seorang gadis kecil dengan kepribadian periang dan sedikit pendiam, sedikit banyaknya telah membuat diriku sendiri merasa mati rasa karena harus menjalani hidup sebagai "kotak Pandora" yang hanya akan terus membuat orang-orang yang kucintai berada pada garis abu-abu, antara ingin tetap bersamaku atau dengan penuh kerelaan melepaskan ku.

Dulu, aku memandang hidupku hanya akan berjalan baik dan lancar dengan hanya bertrmankan buku, pena, pensil, membaca, menulis, belajar, tertawa dan tersenyum bersama keluarga juga sejuta mimpi yang sangat-sangat siap untuk aku rajut dan rengkuh pada debut awal ku sebagai seorang ABG di bangku menengah pertama. Namun hanya dengan satu kata 'sesuk' yang tidak ada satupun orang ataupun makhluk bisa menebaknya misteri itu datang dan menenggelamkan semua asa yang ku jaga satu persatu.

Dan kini aku di masa lalu hanyalah sebuah kenangan manis lagi berharga bagi diriku sendiri dimasa ini. Karena sekeras apapun aku berusaha untuk berbalik ke masa-masa itu, semua detakan waktu tidak akan pernah bisa berputar mundur kembali ke masa itu sekedar untuk memberi tahu diriku yang dulu, jika keputusan yang ku ambil pada masa itu adalah keputusan penting yang akan ikut juga mengubah kehidupanku dan kehidupan keluargaku.

Dan inilah aku, Aku Khairiyyah Al-Alawi atau yang sering dipanggil Ria, seseorang dengan sejuta tanya dan rahasia yang tidak mungkin bagi sebuah buku setebal novel untuk melukiskan kisah-kisahnya, sehingga aku hadir sejenak sekedar untuk memberikan pandangan bagi mereka yang datang setelah ku, untuk bisa lebih bijak dalam memilih segala pilihan yang ada di setiap persimpangan perjalanan hidup.

...****************...

Karya ini diadaptasi dari beberapa kisah nyata juga fiktif belaka. Jika ada kesamaan antara nama tokoh juga alurnya dengan cerita lainnya, maka ini adalah ketidak sengajaan. Terimakasih

Terpopuler

Comments

who are you?

who are you?

bahasanya aku suka

2023-01-28

1

who are you?

who are you?

behh narasi nya cuy bagus bener 👍🏻👍🏻 puitis
sukaaaa

2023-01-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!