Raffi Bastian Anggara
Tampan, kaya, arogan, itulah tiga kata yang menggambarkan sosok seorang Raffi Bastian Anggara. Di usianya yang baru menginjak angka 26 itu, dia mampu menjadi pengusaha muda yang sukses. Dia merupakan pewaris tunggal Anggara Corporation.
Dulu Raffi kuliah di London University. Setelah selesai kuliah, ia kembali ke tanah air dan menjalankan perusahaan ayahnya. Ayah Raffi, Salman Bastian Anggara mempunyai beberapa perusahaan di dalam maupun luar negri. Dan itu membuat orang tuanya sering ke luar negri dan jarang pulang ke Indonesia.
Raffi merupakan sosok lelaki yang tidak mengenal kata cinta. Karena dalam kamusnya wanita hanyalah alat pemuas nafsu saja. Setiap akhir pekan dia selalu datang ke Starlight Club, salah satu klab malam terbesar di Jakarta. Clubbing, hura-hura, bercinta dengan wanita ****** menjadi tabiatnya sejak kembali dari London. Mungkin dia terbiasa dengan kehidupan orang barat.
Malam itu Raffi datang ke Starlight Club. Pemilik klub itu bernama Jordan, teman baik Raffi. Seperti biasa, tiap malam minggu klub itu ramai pengunjung. Banyak pria mabuk dan wanita setengah telanjang yang menari mengikuti alunan musik DJ yang cetar membahana. Raffi menghampiri Jordan di meja bartender.
"Hai Jo," sapa Raffi kepada Jordan.
"Hey brother, makin handsome aja nih," sahut Jordan sambil tersenyum melihat kedatangan Raffi.
Siapalah yang tidak terpesona dengan ketampanan Raffi. Tubuh tinggi kekar, perut six pack, kulit putih, hidung mancung. Lelaki pun banyak yang memujinya, apalagi wanita.
"Mau minum apa, Bro?" tanya Jordan.
"Seperti biasa," jawab Raffi .
Tak lama kemudian Jordan menyodorkan segelas minuman beralkohol kepada Raffi. Raffi pun meneguk minuman itu dengan kasar.
"Bro, kebetulan malam ini gue ada barang baru, masih fresh, baru datang dari kampung. Elo pasti suka, gimana?" tanya Jordan setengah berbisik ke telinga Raffi.
"Okey, mana dia?" tanya Raffi lirih.
***
Di tempat lain ....
Waktu menunjukkan pukul 21.30 malam ketika kereta api tiba di stasiun Tanah Abang, Jakarta. Esha, Rosi dan tante Erna pun turun dari kereta api. Mereka nampak kelelahan setelah menempuh kurang lebih delapan jam perjalanan. Hari sudah malam tapi suasana di stasiun itu masih saja ramai.
"Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga," celetuk Esha.
"Kita tunggu di depan, tadi Tante dah pesankan taxi online," seru tante Erna kepada Rosi dan Esha.
"Assiaapp!" seru Rosi.
Setelah menunggu beberapa saat, taxi mereka pun datang. Mereka langsung berhambur menaiki taxi tersebut. Kemudian taxi pun meluncur dengan kecepatan sedang meninggalkan stasiun.
Setengah jam kemudian taxi mereka berhenti di depan sebuah bangunan yang megah.
"Kita sudah sampai, ayo bangun!" seru tante Rosi membangunkan Esha dan Rosi yang tertidur karena kelelahan.
"Udah sampai ya tante?" tanya Esha sambil mengucek matanya setelah terjaga dari tidurnya.
"Udah ayo turun," jawab tante Erna.
Mereka bertiga pun turun dari taxi setelah tante Erna membayar ongkos taxi-nya.
Esha terbelalak melihat bangunan megah yang ada di depannya. Di depan bangunan itu ada tulisan Starlight Club.
"Starlight Club? Tempat apa ini? kenapa kita ke sini Ros, Tante?" tanya Esha penasaran.
Tante Erna pun memberi isyarat kepada Rosi. Kemudian Rosi menganggukkan kepala tanda mengerti. Tante Erna pun lebih dulu memasuki klub malam itu.
"Kita mampir ke sini dulu bentar Sha, nggak lama kok abis tu nanti kita ke kontrakan," sahut Rosi berbohong.
"Kenapa nggak langsung ke kontrakan aja Ros? tanya Esha masih penasaran.
"Bentar doang, ayolah!" Rosi pun menarik tangan Esha. Esha pun hanya bisa pasrah mengikuti langkah Rosi.
Ketika sampai di pintu masuk perasaan Esha mulai tidak enak. Terdengar musik yang suaranya memekakkan telinga, cahaya lampu yang berwarna-warni memenuhi ruangan. Banyak pria dan wanita yang menari dengan pakaian sexy.
"Astaghfirullah, tempat apa ini? Apa ini diskotik seperti dalam film-film?" batin Esha.
Baru kali ini Esha masuk ke tempat seperti itu.
"Ros, aku nggak mau di sini, kita mau ngapain di sini? Ayo kita pulang saja ke kontrakan Ros!" seru Esha namun Rosi tak menghiraukannya dan masih saja menarik tangan Esha memasuki klub itu.
Nampak tante Erna sedang berbincang-bincang dengan Jordan. Rosi pun menarik tangan Esha menghampiri tante Erna dan Jordan.
"Nah ini orangnya. Gimana cantik kan?" kata tante Erna kepada Jordan.
"Emh ... boleh juga, cantik," kata Jordan sambil tersenyum sinis ke arah Esha.
"Ini siapa Ros, Tante?" tanya Esha kepada Rosi dan tante Erna dengan perasaan takut menyelimuti hatinya. Namun Rosi dan tante Erna tidak menjawab pertanyaan Esha.
Kemudian Jordan memberi isyarat kepada dua orang anak buahnya. Tanpa basa basi lagi, dua lelaki bertubuh kekar itu menarik tangan Esha dan menyeretnya dengan paksa. Tas Esha dirampas dan diserahkan kepada Jordan.
"Siapa kalian? Lepaskan aku!Kembalikan tasku! Jangaaaannn!" Esha berteriak meronta-ronta namun dia kalah tenaga dari dua lelaki itu.
"Rosi, tante Erna, tolong akuuu! Kenapa kalian diam saja?" teriak Esha lagi.
Namun Rosi dan tante Erna hanya diam saja menyaksikan Esha yang diseret dua lelaki bertubuh kekar itu. Ada senyuman sinis terukir di wajah Rosi dan tante Erna.
Dua lelaki itu menyeret Esa ke sebuah kamar. Jordan mengikuti dari belakang. Klub itu memiliki beberapa private room service untuk para tamunya yang akan menuntaskan nafsunya bersama wanita ****** yang mereka beli.
Setelah sampai di pintu kamar, Esha didorong masuk ke dalam kamar hingga tersungkur. Esha pun menangis sejadi-jadinya. Kemudian Jordan melangkah mendekati Esha dan berjongkok di hadapannya.
"Selamat menikmati malam yang indah, Sayang," ucap Jordan kepada Esha lalu mengelus pipi Esha yang basah terkena air mata.
"Lepaskan aku, jangan sentuh aku!" Esha menepis tangan Jordan dengan kasar.
Jordan pun geram karena Esha menepis tangannya, kemudian Jordan menarik kerudung Esha dengan kasar sampai kerudung itu terlepas dari kepala Esha. Rambut hitam Esha pun terurai panjang.
"Jangaaaaannnnnn! Aku mohon jangaaannn! Kembalikan kerudungku!"
Esha menjerit sekencang-kencangnya sambil terus menangis. Jordan pun tersenyum puas.
"Kunci pintunya!" perintah Jordan kepada anak buahnya kemudian pergi meninggalkan kamar itu.
"Siap boss!" jawab kedua anak buah Jordan kompak kemudian keluar dan mengunci pintu itu. Tinggallah Esha sendirian di kamar.
"Ya Allah, tempat apa ini? Siapa mereka? Kenapa Rosi dan Tante Erna tega sama aku. Apa salahku?" ucap Esha sambil menangis sesenggukan.
Esha pun bangun dan berlari ke arah pintu, menggedor-nggedor pintu itu sambil berteriak.
"Buka pintunya! Toloooongggg! Keluarkan aku dari sini!"
Namun tiada seorang pun yang membukakan pintu itu.
"Bagaimana aku bisa keluar dari sini? Kamar ini nggak ada jendelanya."
"Ya Allah keluarkan aku dari sini, ayah ibu tolong Esha, Esha takut."
Esha terduduk lemas tak berdaya sambil terus menangis meratapi nasibnya.
***
Raffi melangkahkan kakinya perlahan menuju kamar yang ditunjukkan oleh Jordan. Setelah sampai di depan pintu kamar, ia segera membuka pintu dengan kunci yang diberikan Jordan.
Melihat pintu kamar terbuka, Esha menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah pintu. Esha terkejut melihat ada seorang lelaki yang masuk dan mengunci pintu itu kembali. Esha pun berdiri.
"Siapa kamu? Mau apa kamu?" tanya Esha kepada Raffi.
Raffi pun terdiam memandang Esha dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Cantik." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Raffi.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ...........
Notes :
Jangan lupa tekan LIKE, LOVE, dan komentarnya setelah membaca!
Terima kasih 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
oh ternyata temennya penuh ......
😢😢😢😢
2023-03-31
1
Iiq Rahmawaty
jahat banget si rosi..
ga liet apa tmn nya berhijab gtu msa mau dijadiin jalang..
sngat apes kau esha ktemu si rosi😪
2021-12-28
0
Mamahnya Difa
baca untuk yang ke 2x nya, ttp suka gak bosen
2021-11-11
1