🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Hari ini kampus Ara di mulai, ia akan di antar oleh kakaknya bernama Yudha. Yanto tidak bisa ikut antar karena kerjaan yang mendesak.
Ara tidak mempermasalahkan itu, siapapun yang antar ia tidak peduli, ia hanya ingin cepat tiba di kampus melihat suasana baru yang belum pernah ia rasakan.
Matanya begitu tabjuk melihat gedung kampus yang besar bertingkat, mulut nya terbuka hampir saja di hinggap nyamuk jika tidak di sadarkan cepat oleh Yudha pria tampan di samping kursi mengemudi.
Pria itu hanya menggeleng kepala melihat tingkah Ara yang menggemaskan. Ia sadar Ara begitu antusias tidak sabaran dengan lingkungan barunya.
"Kita sudah tiba, apa Ara akan duduk di sini tidak masuk?" Yudha menatap Ara yang diam mengamati lingkungan kampus.
"Ah, iya. Aku begitu tabjuk melihat gedung kampus begitu besar dan tinggi, aku tidak pernah melihat ini sebelum nya," ceria Ara tersenyum bahagia.
Yudha melihat keceriaan Ara ikut senang, ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Ara.
"Sana masuk sebelum gerbang nya di tutup, nanti pulang Kak Johan yang jemput, kakak dan Kak yanto tidak bisa, Ara tidak apa-apa kan?" tanya Yudha tidak ingin membuat adik kecil nya sedih.
"Tidak masalah, aku akan menunggu Kak Johan. Kakak dan Kak yanto semangat kerja nya," senyum Ara, lalu membuka pintu mobil berlalu pergi.
Tiba di depan gerbang kampus Ara langsung masuk, matanya masih menatap tabjuk kini makin tambah tabjuk.
Meski memiliki kedua kakak yang kaya, tidak kekurangan apapun, Ara tidak pernah sombong, hidup nya terlalu simpel hingga tidak tau apa saja yang di miliki kakaknya.
Ara hanya tau satu hal, Kakaknya bekerja di sebuah perusahaan untuk menghidupkan nya, tidak ada lagi yang ia ketahui selain itu.
Ara berjalan tanpa sadar menabrak seorang di depan, seorang gadis di depan menatap dengan wajah sedikit kesal tapi meski begitu wajah nya tetap terlihat cantik.
"Maaf aku gak sengaja," suara Ara terdengar lemah, takut akan di marahi wanita di depan nya.
Namun wanita tersebut sedikit kaget melihat ekspresi wanita yang baru menabrak nya begitu takut, suaranya terdengar lemah seperti tak bertenaga.
Dia baru pertama bertemu wanita langkah seperti ini.
"Siapa namamu?" tanya wanita tersebut menatap Ara yang menunduk takut.
Perlahan memberanikan diri, kepala di angkat sejajar menatap wanita di depan nya.
"Mutiara, biasa di panggil Ara," sahut Ara wajahnya yang cantik dan pipi tembem membuat wanita di depan tak mampu menahan lagi dan mencubit pipi chubby Ara.
"Auw sakit," Ara kaget memengang pipi nya terasa sakit.
"Kau sangat mengemaskan. Perkenalkan namaku Nila. Sekarang kau teman ku," ucap wanita bernama Nila sepihak tanpa persetujuan Ara lagi.
Dia suka dengan kepribadian Ara, tangan nya menarik lembut pergelangan tangan Ara mengajak pergi.
"Kau mahasiswa baru di sini, kan?" Nila menoleh Ara yang diam menurutinya.
"Iya, aku mahasiswa baru, kamu?" tanya Ara yang merasa wanita di dekatnya tidak jahat meski wajahnya terlihat sangat galak.
"Kita sama mahasiswa baru, prodi apa?"
"Akuntansi," sahutnya.
"Kita sama lagi, aku juga akutansi," suara senang Nila melihat Ara.
Ini pertama bagi nya sesenang ini, sebelumnya ia tidak pernah dekat dengan wanita, bagi nya wanita yang di dekatnya munafik tidak ada yang benar tulus berteman dengan nya.
Tapi setelah bertemu Ara ia sadar jika tidak semua wanita munafik, masih ada yang baik tulus padanya.
Naura terdiam mendengar itu ia masih tidak mengerti, hanya asal mengangguk. Pasalnya fokus nya bukan pada wanita di depan nya, tapi pada bangunan mewah, semakin ia berjalan maju semakin ia terpanah.
Nila yang sejak tadi mengatakan panjang lebar tak mendapat respon apapun seketika menghentikan langkah kaki nya. Saat itu juga Ara terhenti jidatnya menabrak kepala Nila.
"Auwh," Ara meringis kesakitan memengang jidatnya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nila bingung wanita di depan yang baru beberapa menit menjadi teman nya sejak tadi terkena apapun yang kecil pasti meringis kesakitan seperti anak kecil saja.
"Gedung kampus ini sangat besar, aku tidak pernah melihat ini sebelum nya," jawab Ara semangat senang, sakit di keningnya tak lagi ia rasakan.
"Aneh, apa dia baru pertama datang? tapi penampilan nya mengatakan tidak seperti itu," gumam Nila berpikir bertanya-tanya, melihat Ara dari bawah hingga atas.
Semua yang di kenakan Ara harganya mewah, ia tau tidak ada yang di kenakan Ara dengan harga murah, meski ia jarang belanja, tapi ia tau karena sering menemani Mama nya belanja.
"Kau asli sini?" kini tatapan Nila menatap Ara menunggu jawabannya.
"Tidak, tapi aku sudah lama berada di sini sejak usia 7 tahun hingga sekarang," jawab Ara.
"7 tahun? tapi kenapa melihat gedung seperti ini kau seperti baru pertama melihat nya saja?" tanya nya lagi penasaran.
"Ini pertama untuk ku berada di lingkungan luar, aku sangat senang," senyuman tidak lepas dari wajah nya, ia terus tersenyum lebar.
"Dasar wanita aneh, bahagia apa nya melihat gedung seperti ini?" gumam Nila menggeleng kepala, ia tidak tau harus berkata apalagi.
"Ya sudah, ayo masuk sekarang jangan sampai kita telat dan di hukum senior," ucap nya menakuti Ara, dan benar saja baru mendengar itu Ara sudah bergidik geri.
Nila menarik tangan Ara segera masuk ke aula kampus. Ia sudah hafal dengan area kampus ini, bahkan bosan.
Jadi tidak sulit untuk nya mencari letak aula, 10 menit berjalan mereka pun tiba dan masuk tanpa mempedulikan ketiga pria yang menatap nya dengan tatapan tajam.
"Berhenti!" suara tegas seseorang terdengar jelas seperti siap mengintimidasi seseorang.
"Di mana sopan santun kalian? ini kampus bukan pasar asal masuk sesuka hati tanpa tata krama," tegas pria tersebut sorotan mata tajam menatap tak suka pada kedua wanita tersebut.
Ara mendengar itu menjadi takut, tertunduk tidak berani menatap pria yang memarahi mereka.
Nila yang sadar ketakutan Ara, menggenggam erat tangan nya. Ia sadar wanita yang menjadi teman nya sekarang sangat lah lemah tidak seperti nya kebal akan semua itu.
"Maaf, kita gak lihat, apa sekarang kita masuk, Kak Nick," tekan Nila pada nama seorang pria di depannya, bahkan ia membalas tatapan pria tersebut tanpa takut.
"Ayo kita masuk," Nila menarik tangan Ara pergi dari sini
Ara terus menunduk tanpa berani menatap wajah pria tersebut, ia takut. Sejak bersama kakaknya ia tak pernah di bentak, di marahi.
"Jangan takut dia memang seperti itu, tapi dia sebenarnya sangat baik," ucap Nila menyadari sejak duduk tadi, Ara tidak juga mengatakan sesuatu.
Wanita itu terus diam dengan pikiran nya.
"Semua ini karena mu Kak, kenapa wajah tampan mu kau gunakan untuk menakuti teman ku, lihat sekarang dia terus diam, aku bahkan merasakan seperti sedang berbicara dengan hantu saja," ucap nya dalam hati kesal dengan sikap Kakaknya tidak pernah berubah.
Pria itu tidak pernah bersikap lembut meski itu pada orang lain atau dirinya seorang yang sebagai adiknya. Dasar kulkas 100 pintu.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2023-10-27
0
Puji Lestari
oalaaah kak Nick si kulkas 100pintu, itu kakak kandungnya Nila yaaaa...
wah bisa bucin terhadap Ara nih nantinya,, siap2 ketemu 3orang yg selalu melindungi Ara siap menghadang paling depan ....
Nick siapkan mentalmu yaa klo suka Ama Ara nantinya🤣🤣🤣
2023-01-17
0
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
waww menarik 🤩🤩
2023-01-17
0