Makan Malam

"Non Cansu tidak perlu memasukkan ucapan nyonya Begum kedalam hati. Beliau orang baik, hanya saja ucapannya memang sedikit ketus." Mbok Latri mencoba menenangkan Cansu dengan ucapan manisnya.

"Iya, saya tahu. Jika saya tidak sabaran, Mbok tidak akan melihat saya di kamar ini." Cansu yang biasanya bicara blak-blakan langsung pada intinya, dia memang tersinggung, namun ia memilih untuk bertahan.

"Makan malam di mulai pada pukul tuju, saya harap nona tidak terlambat. Keluarga ini sangat disiplin, jika nona melakukan kesalahan di hari pertama saya tidak bisa jamin pendapat nyonya Begum kepada anda akan seperti apa." Mbok Latri mencoba mengingatkan Cansu yang terlihat masih kecewa dengan sikap sang empunya rumah yang mengabaikannya.

"Iya, baiklah." Balas Cansu singkat.

Sedetik setelah wanita paruh baya itu meninggalkan kamar Cansu. Gadis manis itu mulai memperhatikan kamar yang di tempatinya dengan perasaan takjup. Percaya atau tidak, mansion ini benar-benar laksana istana. Setiap sudut yang Cansu lewati benar-benar membuatnya kagum.

"Tempat tidur ini sangat besar. Jika Mehek ada disini dia pasti akan membuat keributan. Tapi, tunggu dulu." Cansu menghempaskan tubuh letihnya di ranjang sembari memikirkan Mehek. Kenapa gadis nakal itu tidak menghubunginya? Bukankah ia sudah benjanji akan menghubungi Cansu begitu tiba di Bandung? Tanpa sadar, cansu mulai menyebikkan bibir tipisnya.

"Ooo, jadi seperti ini sifat aslimu? Kau melupakanku setelah bertemu dengan sepupuku. Lihat saja nanti, aku pasti akan memberikan pelajaran padamu. Aku akan mengomelimu sehingga kau tidak akan berani menelpon ku." Gerutu Cansu sambil meraih ponsel yang ia letakan di dalam tas.

"What? Apa ini? Kenapa aku bisa seceroboh ini? Pantas saja Mehek tidak menghubungiku." Cansu menatap ponselnya nelangsa, entah sejak kapan ponsel itu mati namun ia tidak menyadarinya.

"Sekarang aku merasa jauh lebih baik." Cicit Cansu pelan, ia mulai mengisi daya ponselnya. Setelah itu ia kembali keranjangnya untuk istirahat. Ia mulai terlelap tanpa memikirkan apa pun lagi.

...***...

Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

Cansu menggeliat seperti cacing kepanasan, perlahan netranya mulai terbuka. Ia menguap sembari menutupi bibirnya dengan tangan kanannya.

"Azan Maghrib mulai berkumandang, ada apa dengan diriku? Kenapa aku tidur sepulas ini?" Cansu meregangkan ototnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Lima belas menit kemudian, Cansu telah menyelesaikan shalatnya. Perlahan, ia juga mulai menutup mushap yang ia bawa bersamanya. Membaca Al-Qur'an selalu saja menjadi aktivitas favoritnya.

"Aku lupa, mbok Latri bilang makan malam di mulai pukul tuju, jam betapa sekarang?" Cansu meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas, ia terbelalak, ponselnya bahkan sampai terlepas dari tangannya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari menuju ruang tengah tempat keluarga Lefrand biasa berkumpul untuk makan malam.

"Maafkan aku, aku sedikit terlambat." Ucap Cansu menyesal, ia duduk di samping seorang gadis bertubuh ramping dengan rambut sebahu.

"Hay, namaku Cansu. Apa kau putri nyonya Begum?" Cansu bertanya sembari menyodorkan tangannya. Ia tidak menyadari kalau nyonya Begum menatapnya dengan tatapan kesal.

"Iya, kak. Namaku Sara, dan dia adik ku, Ayswa. Kami belajar di Universitas yang sama." Sara menjelaskan sambil menggenggam erat jemari Cansu.

Makan malam pun di mulai, makan malam yang biasanya hening berubah riuh oleh Cansu yang tidak bisa diam.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!