Kecewa Di Hari Pertama

Aku tidak tahu kenapa aku ada disini. Aku akan melakukannya, kemudian pergi dari tempat ini dengan cepat. Cansu bergumam di dalam hatinya sambil turun dari taksi yang ia naiki sejak tiga jam yang lalu.

Kemacetan yang mengular di sepanjang jalan membuatnya tertahan selama tiga jam. Perjalanan yang harusnya di tempuh dalam tempo satu jam terpaksa harus molor karena adanya kecelekaan. Terkadang, kemacetan panjang membuat Cansu kesal. Sesekali ia bahkan berpikir untuk kembali ke Bandung dan membuka klinik di sana. Namun langkah kakinya lagi-lagi tertahan apabila ia memikirkan dokter Goyal, pria paruh baya yang seukuran dengan papanya itu harus hidup sendirian tanpa sanak saudara. Itu memang menyedihkan, namun itulah kehidupan, terkadang sesuatu yang kita rencanakan dengan matang tidak sesuai dengan takdir yang sudah di gariskan Tuhan. Dalam hidup ini seseorang harus bermodalkan kesabaran yang kuat, apabila derita datang menyapa sakitnya tak akan membuat kita hidup berlama-lama dalam duka.

"Selamat siang, apa anda nona Cansu Abigail?" Seorang wanita paruh baya menyambut Cansu dengan senyuman ramahnya, ia berdiri di depan pintu sambil menunggu jawaban Cansu.

"Iya, benar. Saya Cansu Abigail." Jawab Cansu dengan nada rendah.

"Selamat datang, nona. Kami senang anda sudah tiba."

"Terima kasih. Saya bicara dengan..." Cansu menghentikan kalimatnya seraya menatap wanita paruh baya di depannya.

"Nama saya Latri. Panggil saja mbok Laktri. Saya bekerja di rumah ini sejak tuan muda Arsenio masih kecil. Berkali-kali saya meminta berhenti, namun nyonya besar rumah ini belum memberikan izinnya. Beliau bilang sangat susah mendapatkan pembantu jujur seperti saya." Mbok Latri menjelaskan sambil tersenyum kecil.

Cansu tidak bisa menebak alasan di balik senyuman itu, wanita paruh baya itu bilang dia ingin berhenti namun pemilik mansion megah ini belum mengizinkannya, apa ia harus tersenyum untuk merayakan kekecewaannya? Entahlah, Cansu sendiri tidak tahu jawabannya, yang jelas ia akan bekerja keras hingga orang yang akan ia rawat sembuh dengan cepat sehingga ia bisa meninggalkan mansion ini dengan tenang.

"Walau pemilik mansion ini tidak mengizinkan, jika mbok mau berhenti mbok bisa melakukannya tanpa penyesalan." Cansu mencoba memberi saran, siapa pun yang berada di posisinya pasti akan melakukan hal yang sama.

"Iya, dulu mbok ingin melakukan seperti yang non Cansu katakan. Tapi, sekarang, tidak lagi."

"Kenapa, memangnya?" Cansu yang tidak mengerti berusaha untuk mengorek jawaban. Sayangnya, sebelum mbok Latri mengatakan apapun, wanita yang seusia dengan mamanya Cansu berjalan sambil menuruni anak tangga. Dia terlihat masih muda di banding dengan wanita seusianya. Dengan gaya yang elegan, ia tampak seperti aktris dalam flem.

"Beliau nyonya rumah ini, nyonya Begum. Beri salam padanya." Mbok Latri berbisik pada Cansu sambil menarik koper di tangan kanannya, koper milik Cansu.

"Assalamu'alaikum, nyonya. Perkenalkan, nama saya Cansu Abigail. Saya dokter yang di rekomendasikan oleh dokter Goyal." Ucap Cansu memperkenalkan dirinya. Ia menyodorkan tangannya, satu detik, dua detik, hingga detik keenam nyonya Begum masih juga tidak menjabat tangannya. Kecewa, itulah yang dirasakan Cansu di hari pertamanya.

"Maaf, aku baru saja menggunakan Hand Sanitizer. Mungkin kita bisa bersalaman di lain waktu." Ujar nyonya Begum tanpa beban. Cansu yang mendengarkan terlihat tersenyum tipis untuk menyembunyikan kekecewaannya.

Apa dia berpikir aku ini kuman? Aku ini dokter. Seorang dokter. Cicit Cansu di dalam hatinya, jika saja ia tidak berjanji pada dokter Goyal, sudah di pastikan Cansu akan pergi detik ini juga.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!