"Apa kau sudah siap?" Kepala Cansu menyembul dari balik daun pintu.
"Ck! Hai nona, kau akan pulang ke Bandung dan bukan ke Dubai. Untuk apa kau berdandan seperti itu jika Bram mu tidak akan melihatmu."
"Ayo cepat, kasihan pak sopirnya." Gerutu Cansu untuk kesekian kalinya. Mehek yang di ajak bicara benar-benar tidak mendengarkan, ia menganggap ucapan Cansu bagai angin lalu yang tidak membekas sedikit pun.
Setengah jam!
Setengah jam bukan waktu yang sedikit untuk seorang sopir menanti kedatangan pelanggannya, dan hal itu membuat Cansu menghela nafas kasar melihat Mehek yang tidak kunjung siap, bukannya ia tidak ingin Mehek berada di dekatnya, hanya saja Cansu merasa tidak nyaman pada sopir yang menunggu terlalu lama.
"Aku sudah siap, bawel." Cicit Mehek sambil menatap Cansu dengan tatapan sebal, ia menjulurkan lidahnya.
"Kau bertingkah seolah kau tidak pernah jatuh cinta. Lihat saja nanti, jika saatnya tiba kau akan bertemu dengan pria dingin yang akan membuat mu sebal sama seperti yang ku lakukan sekarang." Mehek menyebikkan bibirnya sambil memasukkan ponsel kedalam tasnya.
"Ooo... Jadi maksud mu, kau mendoakan ku mendapatkan pria menyebalkan karena kau merasa kesal karena aku meminta mu segera keluar?" Oceh Cansu dengan suara datar.
"Maaf. Maaf. Aku hanya bercanda." Balas Mehek sambil tersenyum tipis, ia mendekati Cansu kemudian memeluk tubuh ramping itu.
"Kau keterlaluan, berapa botol parfum yang kau semprotkan di tubuh mu?" Cansu bertanya sambil mengibaskan tangan kirinya, ia merasa sesak.
"Bukankah aku selalu mengingatkan mu, siapa pun wanita yang menggunakan minyak wangi, lalu berjalan melewati sekelompok kaum agar mereka dapat mencium bau wanginya, maka wanita itu adalah pezina." Ucap Cansu berusaha mengingatkan Mehek untuk kesekian kalinya.
"Aku mengatakannya bukan karena aku iri padamu, aku mengingatkanmu karena Rasulullah SAW sendiri yang mengatakannya, hadisnya sahih, dan diriwayatkan oleh An-Nasa'i." Sambung Cansu lagi, ia menepuk lengan Mehek dengan pelan.
"Aku tahu, maafkan aku." Cicit Mehek sambil mengeratkan pelukannya di tubuh ramping Cansu.
"Apa kau marah padaku?"
"Marah?" Mehek mengulangi ucapan Cansu.
"Untuk apa aku marah, hanya orang yang menyayangi ku saja yang akan menasihati ku. Dan aku tahu kau sangat menyayangiku, aku janji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Membayangkan bertemu dengan kak Bram membuatku sangat bahagia, Aku sampai tidak menyadari parfum milikmu yang ku gunakan hampir habis dari botolnya." Coleteh Mehek, ia menatap netra Cansu dengan perasaan menyesal.
"Pastikan untuk mengabariku setelah kau tiba di rumah Mama, dan jangan bertingkah berlebihan di depan Mas Bram, aku tidak ingin kau terlihat seperti orang bodoh di depannya. Seorang wanita harus menjaga harga dirinya karena itu tanggung jawab kita di depan Allah." Cansu menarik koper Mehek dan berjalan di depan sahabatnya itu, ia tidak ingin sopir yang ia pesan untuk mengantar Mehek ke Bandung menunggu lebih lama lagi.
Selama dua tahun ini Mehek selalu ada untuk ku. Kehadirannya membuatku melupakan sedikit duka ku. Sekarang waktunya sudah tiba, aku harus melepas Mehek agar dia bisa mendapatkan cintanya. Semoga saja ia dan Mas Bram beruntung. Bantin Cansu sambil melambaikan tangannya pada Mehek yang saat ini berada di dalam mobil yang mulai berjalan pelan meninggalkan dirinya sendirian.
"Mehek sudah pergi, sudah waktunya aku bersiap. Aku harus bertemu dengan dokter Goyal. Entah apa yang ingin beliau katakan sampai tidak bisa mengatakannya di telpon, semoga saja ini bukan hal yang buruk." Ujar Cansu sambil berjalan menuju lift, ia harus kembali ke apartemennya yang berada di lantai dua belas.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments