Piaraan Lila

Bella segera berjalan mendekati mereka yang tengah berkumpul di depan rumahnya.

"Ada apa ini, Bu?" Tanya Bella meyakinkan dengan apa yang di pikirkannya.

"Ini. Kamu kok, ngak ngasih tau ibu sama aba. Kalau ada yang mau ngelamar! Mana orangnya ganteng lagi." Ucap Marni dengan senyum cerianya.

Bella tak bisa berpikir lagi dan seketika...

Bruukk

"Bella!! Bella!!" Seru orang-orang yang bersama Bella saat itu.

Seketika Bella pingsan tepat di antara orang-orang yang bersamanya.

"Julio, angkat Bella." Pinta Lila.

"Iya, Mi!" Serunya kemudian membawah Bella dalam gendongannya, masuk ke dalam rumah.

Julio membaringkan Bella di sofa dalam rumah Bella.

"Bella, Bella! Ya Alloh, ini kenapa? Kok jadi pingsan!" Keluh Marni, ibu dari Bella.

"Tenang, Bu! Nanti di beri minyak angin juga siuman. Mungkin hanya shok aja." Jawab Randi, adik laki-laki dari Bella yang baru keluar dari kamarnya.

"Cepat cari minyak angin!" Pinta Marni ke Randi.

Marni mengibas-ngibaskan tangannya pada Bella yang tengah di baringkan di sofa. Aba Bella juga berada di situ bersama mereka, tapi dia tidak sekhawatir Marni.

"Sudah, Bu. Benar kata Randi, dia cuma shok aja. Mau nikah sama orang kaya, jadi serasa ngimpi gitu!" Ujar Aba Nurdin.

"Aba ini!! Anak lagi sakit, bukannya khawatir," ucap Marni kesal dengan suaminya.

"Ini, Bu. Minyak anginnya!" Randi menyerahkan minyak angin ke tangan Marni.

Marni segera memberikan Bella sedikit minyak angin yang di gosokan ke tangannya dan menggosokannya pada Bella yang sedang terbaring di sofa.

Seketika Bella membuka matanya perlahan-lahan, kemudian segera bangkit dari tidurnya karena melihat Lila dan Julio di sana.

Kepala Bella terasa sangat sakit saat ini. Pikirannya berhamburan, beberapa saat tadi dia sudah melupakan apa yang dibicarakan Lila padanya. Lalu saat ini mereka bahkan sudah berada di rumahnya.

"Bel, kamu kenapa? Kamu sakit? Bilang sama ibu!" Ujar Marni sambil mengelus-elus pundak putrinya.

Bella hanya mampu menggelengkan kepalanya tanpa suara.

"Sudah, kamu istirahat aja. Nanti kami kembali lagi membicarakan perjodohan ini!" Seru Lila.

"Tidak apa Nyonya! Lebih cepat lebih baik. Nyonya bicara saja. Urusan Bella nanti saya yang bicara sama dia." Ujar Nurdin.

"Bu, antar Bella ke kamar!" Pinta Nurdin.

Marni segera membawah Bella beristirahat.

Di dalam kamar, Bella sangat khawatir dengan percakapan antara orang tua yang berada di luar ruangan itu.

Bella tahu, topik apa yang akan mereka bicarakan. Tapi apakah mereka tak perlu dengar pendapatnya? Apa mereka akan memutuskannya sendiri tanpa persetujuannya? Pikiran Bella bertanya-tanya.

Sedangkan yang berada di luar sudah selesai dengan pembicaraan mereka. Lila dan Julio pun berpamitan untuk pulang.

"Baiklah. Kalau begitu kami pamit dulu! 3 hari lagi kami akan kembali." Ucap Lila.

"Baik, Nyonya. Nanti saya akan bicara dengan Bella!" Ujar Nurdin.

"Baiklah! Kami pergi. Slamat siang pak Nurdin, bu Marni." Pamit Lila seraya keluar dari dalam rumah, disusul oleh Julio dari belakangnya.

"Hei!! Pamit dulu, sama calon mertua!" Ujar Lila yang melihat anaknya yang akan ikut keluar.

"Hm.. Slamat siang, Bu, Pak!" Ucap Julio.

"Segitu aja!" Ucap Lila.

Marni dan Nurdin tersenyum, melihat tingkah julio dan berpikir, mungkin dia malu.

"Tidak apa, Nyonya! Anak muda mah, gitu. Malu-malu." Ucap Marni tersenyum lebar.

"Katakan pada Bella, jika besok tak perlu masuk kerja." Ucap Lila lagi.

"Iya, terima kasih. Mungkin dia kelelahan." Jawab Marni.

"Ya, sudah kami pergi!" Ujar Lila dan mendapat anggukan dari Marni dan Nurdin kemudian segera berlalu dari sana.

Marni dan Nurdin kembali masuk ke dalam rumah.

*

*

Di mobil Julio bersama Lila kembali ke mansion. Lila merasa tidak enak dengan sikap anaknya saat berda di rumah Bella tadi.

Pasalnya, Julio hanya diam tanpa ada sepatah dua kata yang di ucapkannya pada saat itu.

"Kamu itu gimana sih, Ju! Kok tidak ngomong sama sekali." Ujar Lila kesal.

"Buat apa sih, Mi? Mereka liat Julio aja, sudah seneng. Buat apa ngomong!" Jawab Julio santai.

"Kamu itu, ya! Nggak bisa di bilangin. Setidaknya kamu basa-basilah sedikit."

"Nggak Perlu, Mi! Basa-basi itu ngak penting, yang di ngomongin itu nggak penting." Bantah lagi.

"Stop. Stop..." pekik Lila saat mobil yang Julio kendarai masih berjalan.

"Kenapa, Mi? Mami, marah. Tapi jangan turun di tengah jalan." Bujuk Julio dengan nada memohon.

"Mami mau makan bakso. Itu!" Ucap Lila sambil menunjuk penjual bakso di pinggiran jalan.

Lila mempunyai selera makan yang bagus terhadap bakso. Di mana pun dia melihat ada penjual bakso, walaupun hanya di pinggir jalan. Maka selera makan Lila akan datang dengan sendirinya walau moodnya sedang tidak baik.

Julio memarkirkan mobilnya di sisi jalan. Mengikuti kemauan Maminya.

Lila turun dari atas mobil, berjalan menuju penjualan bakso yang ditunjuknya tadi, dan Julio segera menyusul saat mobilnya terparkir dengan benar.

"Mas, baksonya 1 tanpa mie!" Seru Lila kepada penjual bakso seraya duduk di bangku yang sudah di sediakan. Julio pun ikut duduk di samping Maminya.

Beberapa menit kemudian bakso yang di pesan Lila telah siap dan di antarkan oleh abang penjualnya.

Lila memakan bakso yang sudah ada di depannya tanpa menambah bumbu yang lain, karena memang Lila suka dengan rasa kuah bakso yang alami.

"Mie, suapin!" Ucap Julio.

Lila pun mengikuti perintah Julio dengan menyuapinya, bakso dari mangkuknya.

"Sudah besar juga! Masih aja manja. Nanti orang-orang pada pikir kalo kamu itu piaraan Mami." Omel Lila sambil terus menyuapi Julio dan dirinya sendiri.

"Mas! Satu lagi!" Pinta Lila. Pedagang itupun menganggukan kepala saat mendengar permintaan Lila dan segera menyiapkan pesanannya.

Penjual itu mengantarkan pesanan Lila dan mempersilahkannya.

"Mas, denger ya! Ini anak saya, bukan piaraan saya." Ujar Lila pada penjual yang mengantarkan pesanannya.

"Haa! Piaraan, bagaimana Bu?" Penjual itu sungguh tak mengerti dengan maksud Lila sambil mengernyitkan dahinya berpikir.

"Pokok, seperti itu saja tidak ada yang lain." Jawab Lila lalu mengaduk-aduk baksonya.

"Iya, Bu. Kagak ngarti!" Seru penjual itu di lanjutkan dengan gumaman.

"Kamu mau lagi?" Tanya Lila, saat semangkuk bakso sudah berada di depannya." Tanya Lila.

"Nggak! Buat Mami aja!" Tolak Julio.

*

*

Di rumah Bella saat ini mereka sudah selesai makan malam bersama seluruh keluarga.

Nurdin mengajak Bella ke ruang tamu rumah itu, yang tak terlalu besar. Rumah keluarga Bella sangat kecil, rumah dengan gaya semi permanen yang memiliki 2 kamar depan dan 1 kamar di bagian dapur untuk Marni dan Nurdin tidur.

"Bella, Gimana? Apa kamu setuju dengan lamaran, Nyonya Lila." Tanya Aba Nurdin padanya.

"Belle nggak mau, Ba..." Rengek Bella."

"Loh, terus yang tadi itu apa? Kalau kalian tidak punya hubungan, untuk apa mereka datang melamar!" Seru Aba dengan sedikit emosi.

*

*

*

*

By... By...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!