Wanita Kecil

Nurdin mengajak Bella ke ruang tamu rumah itu, yang tak terlalu besar. Rumah keluarga Bella sangat kecil, rumah dengan gaya semi permanen yang memiliki 2 kamar depan dan 1 kamar di bagian dapur untuk Marni dan Nurdin tidur.

"Bella, Gimana? Apa kamu setuju dengan lamaran, Nyonya Lila." Tanya Aba Nurdin padanya.

"Bella nggak mau, Ba..." Rengek Bella.

"Loh, terus yang tadi itu apa? Kalau kalian tidak punya hubungan, untuk apa mereka datang melamar!" Seru Aba dengan sedikit emosi.

"Enggak, Ba! Bella nggak punya hubungan dengannya." Jwab Bella dengan merengek.

"Lalu? Aba sudah menerima lamaran mereka! Aba pikir kamu ada hubungan dengannya," Ucap Abanya.

"Tapi Bella, nggak mau Ba!" Tolak Bella lagi.

"Kenapa kamu nggak Mau dengan sih Julio itu?" Tanya Aba.

"Pokoknya, Bella nggak mau. Titik." Dia tidak mungkin mengatakan jika Julio tidak macho dan tidak perkasa menurut pemikirannya.

"Bella! Tiga hari lagi Nyonya Lila akan mengantarkan mahar untukmu." Ucap aba lagi.

"Nggak mau aba. Bella nggak mau sama cowok lembek begitu." Ujar Bella masih keku dengan pendiriannya.

"Lembek! Orang ganyeng begitu di bilang lembek." Ujar Marni yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Iya, Aba! Orangnya cuma berdiri di balik ibunya, gimana mau jaga Bella."

"Entar pake bodyguard, kalo mau di jagain. Atau Aba saja yang jadi bodyguard kamu!" Seru Aba, asal pada anaknya sendiri.

"Aba!!" Rengek Bella sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai.

"Kalo kamu enggak mau, kenapa enggak ngomong sama mereka tadi. Katanya kamu sudah tau kalau mereka mau ngelamar." Tanya aba.

"Ya.., itu. Bella takut nolaknya tadi." Jawab Bella dengan menundukan kepalanya.

"Terserah ya! Kalau kamu nggak mau. Kamu ngomong sendiri sama mereka, tiga hari lagi mereka datang antar mahar. Kamu ngomong sendiri." Ucap aba yang tak mau memaksa.

"Aba!" Rengek Bella, sekiranya aba mau membantunya untuk bicara dengan Julio dan maminya.

"Aah, Kakak! Gagal dong aku buat kuliah di Amsterdam." Ucap Randi yang mendengar pembicaraan mereka dari kamar dan segera berlari keluar.

"Amsterdam?"

"Iya! 'Kan Mami Lila janjiin bawah Randi ke Amsterdam buat kuliah." Jawab Randi.

"Emangnya di sini nggak ada kampus, buat kuliah. Sampai harus ke Amsterdam segala." Ucap Bella ketus.

"'Kan nyari yang terbaik, Kak. Sekalian ketemu sama Virgil dan Gakpo." Jawab Randi dengan cekikikan.

Randi, adik laki-laki dari Bella itu tengah mengijak usia 15 tahun, duduk bangku kelas tiga smp. Randi menjadi penggemar timnas sepak bola Belanda, apalagi dengan Virgil van dijk dan Cody gakpo. Salah satu alasan dia suka dengan amsterdam karena idola-idolanya yang berada di sana.

*

*

Beralih ke Julio dan Lila. Kini Mereka berdua sudah kembali ke mansion setelah menyelesai acara makan bakso Lila sampai tiga porsi. Dan akhirnya Lila sekarang terlelap karena kekenyangan.

Julio berada di kamarnya saat ini. Dia sedang berbaring di kasurnya sambil memandang sebuah bingkai foto yang bergambarkan seorang anak perempuan di dalamnya.

Hanya Julio yang tahu siapa anak perempuan itu. Sekian tahun Julio memajang foto itu bahkan Lila pun tak tahu siapa yang berada dalam foto itu.

Julio terbayang saat masa kecilnya dulu. Di mana dia berada di sebuah taman dengan seorang wanita kecil yang sedang beraduh mengomelinya.

"Hai, boleh kenalan?" Tanya Julio kecil pada anak perempuan yang duduk di bangku taman.

"Nggak mau!" Serunya.

"Kenapa? Aku hanya ingin berteman denganmu!" Ucap Julio kecil.

"Itu ibumu?" Tanya Anak perempuan itu.

"Aku nggak suka sama anak laki-laki yang lembek, yang cuma bisa di sembunyi di balik ibunya. Kamu itu anak mami dan aku nggak suka." Ucap perempuan kecil itu dan segera berlalu dari Julio kecil sambil mengacungkan jempolnya ke bawah.

Julio kecil hanya dapat menatap kepergian anak perempuan itu tanpa bisa berkata-kata.

Kembali saat ini, Julio masih memandang foto wanita kecil itu sambil tersenyum lalu menyimpannya kembali ke laci nakas.

Julio menarik selimut membungkus tubuhnya sampai ke leher dan memejamkan matanya.

*

*

Pagi yang cerah, saat ini Bella sudah bersiap-siap dengan setelan kerjanya. Walaupun hatinya tidak enak saat ini namun dia tetap akan bekerja. Sangat di sayangkan jika dia harus berhenti dari pekerjaannya hanya karena masalah lamaran itu.

Di saat sekarang sangat susah untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa bulan mengganggur akhirnya dia mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan besar untuknya. Dia tidak akan menyia-nyiakan pekerjaannya apalagi, dia sudah berjanji untuk membantu biaya sekolah adiknya.

"Loh, Bel! Kamu mau kerja?" Tanya Marni yang sedang menyiapkan sarapan.

"Iya, Bu!" Seru Bella lemas.

"Bukannya kamu masih kurang enak badan. Baiknya tidak usah kerja dulu. Bagaimana kalau kamu pingsan lagi?" Ujar Marni memberi saran.

"Tidak ah, Bu. Sudah mendingan. Bella juga bosen di rumah, sebaiknya pergi bekerja." Ucap Bella.

"Tapi, kemarin kata nyonya Lila. Nggak usah masuk! Nanti kamu sakit lagi!" Jawab ibunya.

"Nggak enak, Bu. Kalau nggak masuk kerja gitu aja. Bella udah mendingan, kok." Ucap Bella lagi seraya mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng buatan Marni.

"Ya, terserah kamulah! Yang penting jaga kesehatan."

"Iya, Bu!" Seru Bella lalu memasukan makanan ke mulutnya.

"Ini tehnya. Diminum." Pinta Marni.

Bella menganggukan kepalanya dan segera menghabiskan makanan yang berada di piringnya.

"Sebaiknya nggak usah kerja. Lebih baik berhenti saja dari pekerjaanmu, jika kamu mau menolak lamaran mereka. Tidak baik membedi harapan yang akhirnya juga nggak bakalan kesampaian." Ujar aba saat baru sampai di meja makan.

"Aba!!" Seru Bella pelan.

"Aba berkata yang sebenarnya. kamu kerja sama mereka, saat kamu mengecewakan mereka pasti juga kamu di pecat." Jawab aba.

Bella berpikir sejenak dengan apa yang katakan abanya.

Ada benarnya juga, apa yang aba katakan! Pikir Bella.

"Nanti Bella pikirin lagi Aba!" Seru Bella.

"Terserah kamu! Aba nggak maksa!" Aba menyeruput teh yang berada di dekatnya, yang sudah di sediakan Marni.

"Aku pamit, Ba. Ibu, Bella berangkat." Pamit Bella sambil menyalim kedua tangan orang tuanya.

Aba mengangguk dan segera menyantap sarapannya.

"Iya! Hati-hati di jalan!" Seru Marni.

*

*

Bella telah sampai di kantor, dia sudah berada di mejanya dan pagi ini dia harus memberitahukan jadwal Julio. Namun untuk masuk ke ruangan yang ditatapnya itu dia sangat deg-degan, ada perasaan takut untuk bertemu Julio apalagi jika ada Lila di dalam.

Tapi pekerjaannya memaksa Rania harus masuk menemui Julio. Bella memberanikan dirinya untuk memasuki ruangan itu.

"Ini adalah tugas dan tanggung jawabku, semangat Bella." Bella menyemangati dirinya sendiri.

Tok tok tok tok

Klek

Bella menganga saat masuk ke dalam riangan itu dan melihat Julio yang sedang di suapi makanan oleh Lila.

Julio menatap sebentar Bella yang sedang berdiri di sisi pintu lalu kembali menyantap makanan yang di suapi oleh Lila tanpa menghiraukan kedatangan Bella.

"Bel, Masuk aja! Mami lagi mengurus bayi besar ini." Ujar Lila.

.

.

.

.

Jangan lupa dukungannya buat author...

Gift seadanya saja... Sangat berarti buat author..😊

Terpopuler

Comments

dita18

dita18

oh ya ampun Julio🙈😅😅😅

2023-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!