BAB 2 "Ketemu Senior Galak"

Pagi harinya di Purwokerto yang cerah tanpa awan mendung. Aku sudah berada di depan kamar kos-kosan Budi dengan ditemani teman setia ku dari SMA. Teman setia ku itu namanya Onel, sebuah sepeda gunung berwarna hitam putih dengan lonceng disamping sisi setang. Aku membunyikan bel ku untuk memanggil Budi.

"Kring... kring.... kring". Aku membunyikan lonceng sepeda sebanyak tiga kali.

"Bud jere rep bareng (Bud katanya mau bareng)," teriak ku memanggil.

Sesuai kesepakatan tadi malam aku dan Budi akan berangkat bareng ke kampus.

"Iya iya Lam.... enteni dela (iya iya Lam....tunggu sebentar), sahutnya dari dalam kamar.

"Okkkk...," teriakku kembali. Karena aku bosan menunggu Budi yang tak keluar keluar, aku iseng memainkan lonceng sepedaku sambil bernyanyi sedikit.

'Kring Kring Kring ada sepeda.....

Hayu Budi mangkat.....'

'Kring kring bareng Onel

Mangkat jadi semangat'

(Lagunya aneh kan hihihi)

Aku bahkan sampai tertawa sendiri mendengar suaraku.

Tiba-tiba tetangga Budi keluar dari kamarnya dan mendengar ku bernyanyi. Tetangga Budi seorang wanita yang lebih tua dari ku. Dan kebetulan aku mengenalnya. Dia adalah Mba Tari kakak kelasku dua tahun disekolah SMA. Dan Mba Tari juga yang memperkenalkan kos-kosan ini pada ku. Mba Tari bahkan tertawa mendengar ku yang sedang bernyanyi.

"Lam... arep mangkat pa?(Lam... mau berangkat apa?)," panggilnya sambil bertanya padaku.

"Iya Mba, Mba juga?". Seketika aku menghentikan nyanyian ku yang aneh ini dan menanyakan hal yang sama padanya.

"Iya, Mba rep mangkat kerja (iya, Kak mau berangkat kerja)," jawabnya.

"Lagi nunggu sapa Lam?(lagi nunggu siapa Lam?)," tanyanya lagi.

"Kanca ku Mba,(temanku Kak)," jawabku.

"Oh, ya wis Mba disitan Lam (oh, ya sudah Kakak duluan Lam)," pamitnya padaku.

"Lam, suara mu lucu," ledek Mba Tari padaku lalu berjalan pergi.

Aku hanya nyengir tipis karena malu.

Kemudian Budi datang menghampiriku sambil mengejek ku juga.

"Lam berisik kaya bocah cilik wae (Lam berisik seperti anak kecil aja)," ejeknya.

"Aku bosen ngenteni ko, kesuwen Bud (aku bosen nungguin kamu, lama Bud)," jawabku.

"Iya iya maaf," ucapnya si Budi minta maaf ke aku.

"Eh kae sapa wong ayu maning sih?(eh itu siapa orang cantik lagi ya?)," tanyanya karena melihat Mba Tari yang sedang berjalan sambil memakai baju kerjanya dan rambut di ikat satu.

"Oh kae, Mba Tari kakak kelasku ning SMA (oh itu, Kak Tari Kakak kelasku di SMA)," jawabku memberi tahu.

"Oh......," si Budi manggut-manggut sambil melihat kearah Mba tari

"Eh ko deneng numpak pit endi motormu?(eh kok kamu naik sepeda mana motormu?)," tanyanya kembali padaku.

"Aku ra duwe motor Bud. Numpak pit wae lagipula cedek (aku nggak punya motor Bud. Naik sepeda saja lagipula dekat)," jawabku yang memang tak memiliki motor. Punya motor ya punya tapi miliknya Bapaku.

"Lah lama," protesnya.

"Iya suwe lama, tapi ramah lingkungan," ucapku yang memang tak pernah menaiki sepeda motor karena penuh polusi.

"Iya yah nek nganggo motor udara ne dadi reged ra resik (iya juga kalau pakai motor udara jadi kotor nggak bersih)," katanya mengerti maksud ku.

"Ya deneng mudeng (ya itu tau)," ucapku.

"Ok lah, aku tak jimot pit sit ning kamarku (ok lah, aku mau ambil sepeda dulu di kamarku)," pamit si Budi lalu masuk ke kamarnya mengambil sepeda miliknya.

"Iya cepet ya," suruhku.

Budi tiba-tiba berbalik dan bertanya padaku tentang Onel karena mendengar aku bernyanyi tadi.

"Et aku rep takon Onel sapa ya?(eh aku mau tanya Onel itu siapa?)," tanyanya.

"Pit ku,(sepedaku)," jawabku.

"Pit koh arane Onel ana-ana wae Lam Lam (sepeda kok namanya Onel ada-ada saja Lam Lam)," balasnya sambil berbalik dan berjalan menuju ke kamarnya disertai gelengan kepalanya heran di setiap langkah.

"Salah ya arane Onel (salah ya kalau namanya Onel)," pikirku sambil menggaruk-garuk kepalaku.

"Gagian ya Bud mbok telat maning (cepetan ya Bud, takut telat lagi)," teriakku. Aku tak mau telat seperti hari pertama OSPEK. Ya ini adalah hari kedua ku mengikuti OSPEK di Universitas Jenderal Soedirman.

Aku dan Budi sudah mulai mengayuh sepeda berangkat ke kampus. Jarak kos-kosan dengan kampus memang cukup dekat pakai motor ya lebih cepat tapi membuat bumi kita kotor. Naik angkutan umum ya lebih cepat lagi. Tapi aku kemarin terpaksa menaiki angkot ke kampus karena si Onel sepedaku belum tiba di kos-kosanku.

Universitas Jenderal Soedirman sesuai namanya didepan pintu masuk universitas akan ada sebuah patung pahlawan Jenderal Sudirman sambil menunggangi kudanya. Dan di patung tersebut terdapat tulisan 'Maju Terus Pantang Mundur Tak Kenal Menyerah' seperti ku yang tak menyerah untuk bisa belajar menempuh pendidikan di sini.

...🪴🪴🪴🪴🪴🪴...

Aku dan Budi sampai di wilayah parkir sepeda ternyata banyak mahasiswa lain yang menggunakan sepeda untuk berangkat ke kampus. Aku dan Budi masih mengayuh sepeda menuju kesana. Saat sampai kebetulan sepada aku dan Budi berjejer dan sedang mengobrol dari atas sepeda. Sedangkan dari arah samping ada dua mahasiswa yang sedang melewati tempat parkir. Dan seperti biasa aku hampir menabrak salah satu mahasiswa tersebut.

"Lam awas," ucapnya memberi tahuku.

Aku kembali melihat jalanku dan hampir saja sepedaku menyenggol tubuh seorang mahasiswa yang juga tak melihat jalan karena sibuk melihati isi kertas yang dibawanya. Untung seorang teman wanitanya memperingatinya.

"Awas Kris.....," teriaknya.

Critittttttt..... Aku mengerem sepeda ku dengan kencang, mahasiswa itu pun terkejut dan marah pada kami berdua. Aku juga merasa lega karena tak jadi menabraknya.

"Huh untung ra kena (huh untung nggak kena)," ucapku lega karena tak jadi menabraknya.

"Iya Lam setitik maning (iya Lam sedikit lagi)," ucap si Budi yang juga merasa lega.

"Kebiasaan apa lam nabrak-nabrak?" tanya si Budi padaku mengingat karena diriku selalu menabrak seseorang.

"Hehehe," aku hanya menggaruk-garuk rambutku.

"Heh kamu bisa bawa sepeda tidak," tegur mahasiswa cowok padaku dengan tatapan mengerikan.

"Hampir saja aku tertabrak," ucapnya sedikit marah.

"Maaf aku meleng," kataku meminta maaf padanya.

"Iya lagi pula sing ditabrak sehat ra lecet (iya lagi pula yang ditabrak gak papa)," timpal si Budi.

"Heh aku itu senior mu bicara yang sopan," katanya agak kesal memberi tahu kami bahwa ia adalah senior disini.

Aku langsung meminta maaf kembali teringat karena dia ternyata senior kami.

"Maaf Kak maaf aku tak sengaja," ucapku minta maaf kembali.

"Maaf maaf Kak, aku tak tahu" ucap Budi juga.

"Udah Kris, ayo kita sudah ditunggu oleh Dosen Ali suruh ke halaman," bela mahasiswa cantik dengan suara lembut dibelakangnya sambil mengajaknya pergi.

"Iya aku lupa," celetuknya.

"Heh kalian berdua ingat jangan seperti ini lagi. Cepat sana ke halaman," Kaka Senior memperingati kami berdua sebelum pergi dan menyuruh kami pergi ke halaman juga.

"Iya iya Kak," jawabku.

"Sekali lagi maaf," ucapku kembali meminta maaf padanya.

Kedua mahasiswa itu pergi meninggalkan kami. Aku dan Budi menuntun sepeda ku menuju parkiran. Sambil memarkirkan sepeda Budi berbicara padaku.

"Heh Lam, kae sapa ya sing karo Kaka senior?(heh Lam, itu siapa ya yang sama Kaka Senior?)," tanyanya sambil menuntun sepedanya.

"Emang kenapa?" tanyaku balik.

"Ayu Lam," jawabnya sambil nyengir.

"Hufh" aku menghela nafas panjang lagi-lagi kata itu yang keluar setelah melihat wanita cantik.

"Mbuh lah Bud (gak tau lah Bud)," kataku seakan menyerah padanya.

"Hayu koh cepetan," suruhku yang sudah memarkirkan si Onel yang sudah dikunci pula.

"Iya iya Lam, aku gembok sepeda ku mbok ada yang nyuri soalnya sepeda anyar," katanya sambil pamer.

"Iyalah," ucapku sambil memutar bola mataku.

Sambil berjalan ke halaman Budi terus mengatakan hal yang tak jelas padaku.

"Heh Lam aku seneng bisa nglanjut na sekolah ning kampus kiye (heh Lam aku senang bisa melanjutkan sekolah di kampus ini)," katanya.

"Iya Bud Alhamdulillah, sekolah e apik, gede luas, jurusan ne ya apik apik (iya Bud Alhamdulillah, sekolahnya bagus, besar, luas, jurusannya ya bagus-bagus)," timpal ku sambil membanggakan kampus ku ini.

"Udu kuwe Lam maksudku bocah wadon-e ayu ayu ning kene (bukan itu Lam maksudku ceweknya cantik-cantik disini)," protes Budi pada ku.

"Lah kowe, matamu iku mencicil nek weruh cewek ayu setitik mripatmu wis ra kedip (lah kamu, matamu itu melotot kalau udah lihat cewek cantik sedikit, matamu juga dah gak kedip)," ucapku kembali memberitahu kebiasaannya.

"Iya sih," katanya pura-pura tak tahu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku karena aneh bisa memiliki teman seperti itu.

Aku dan Budi sekarang sudah berkumpul berbaris seperti kemarin. Dan sudah bertemu dengan teman-temanku yang lain. Si Frank si Clara dan si Sinta yang sudah datang duluan.

"Hey guys," teriak Budi menyambut teman-teman sambil merangkul si Frank.

"Hei! Selamat pagi!," ucapku menyapa teman-teman juga.

"Halah so gaul kowe Bud.. Bud," sindir si Sinta.

"Ya belih leh, aku kan mau jadi tukang ngvlog ya kudu bisa bahasa gaul (ya seterah lah, aku kan mau jadi vlogger ya harus bisa bahasa gaul)," jawabnya.

"Iya lah, sekarep mu wae (iya lah seterah kamu aja)," ucap si Sinta terpaksa mengiyakannya.

"Kanca kanca ku kira-kira saiki kegiatan ne dewek apa ya?(temen-temen ku kira-kira sekarang kegiatannya kita apa ya?)" tanyaku pada temen-temen.

"Mbuh aku be ra ngerti(aku juga gak tau)," jawab si Sinta.

"Nek ora salah ya kita rep latihan nandur wit dean, soale miki pas aku ngelewati halaman belakang lemah ning kana wis digali kaya siap nggo nandur (kalau gak salah kita mau menanam pohon mungkin, soalnya tadi pas aku lewati halaman belakang tanah di sana kaya sudah digali siap buat nanam)," jawab si Clara tak yakin.

"Ya deleng wae mengko (ya lihat saja nanti)," timpal si Frank.

"Heh kae Pak Dosen wis teka baris baris (heh itu Pak Dosen dah datang baris baris)," ucap si Sinta memberi tahu.

Aku dan lainnya kembali berbaris di bawah terik matahari pagi.

Aku dan Budi agak terkejut melihat seorang senior yang kami temui tadi pagi berdiri di baris samping dosen di depan.

"Heh Bud kae senior miki pa? (heh Bud, itu senior tadi kan?)," tanyaku sambil nyenggol tangannya yang berdiri di sampingku sedangkan mataku terus memandangi Kaka-Kaka senior tadi.

"Lah iya, karo mba sing ayu juga (lah iya sama Kaka yang cantik juga)," jawabnya terkejut setelah melihat ke depan.

Pak Dosen memulai pengumumannya.

"Selamat pagi mahasiswa mahasiswa baru kami “Soedirman Student Summit 2022” yang saya cintai," Pak Dosen menyapa seluruh mahasiswa baru dengan suasana senang.

"Selamat pagi Pak!" seru seluruh mahasiswa baru.

Perkenalkan nama saya Pak Ali, Dosen Fakultas MIPA di kampus ini. Salam kenal semuanya," ucapnya memperkenalkan dirinya pada mahasiswa baru.

"Salam kenal Pak Ali!" seru kami semua kembali.

"Untuk acara kegiatan hari ini adalah kita akan belajar cara tentang bagaimana cara menanam pohon yang baik dan benar. Kalian akan dibimbing dan dilatih oleh kedua senior kita yang juga kebetulan ketua dan wakil ketua UKM Pencinta Alam. Mereka adalah Kaka Kris Mardiana dan Kaka Liliana Putri. Untuk itu saja serangkaian kegiatan hari ini Bapak undur diri dan akan Bapak alihkan pembicaraan ini kepada kedua senior kita."

Pak Ali mundur kembali ke tempat dan diganti kan oleh kedua senior kita. Dosen Ali tadi memberikan informasi menyangkut kegiatan OSPEK hari ini dengan jelas.

"Silahkan Mas Kris dan Mba Lili," ucap pak Ali mempersilahkan mereka berdua.

"Baik Pak, Terimakasih," jawab mereka berdua.

Kedua Kaka Senior maju ke tengah untuk memperkenalkan dirinya.

"Selamat pagi junior junior ku," sapa kak Kris menggunakan speaker.

"Selamat pagi kak!," seru kami semua.

"Apa kalian sehat hari ini?" tanya Mba Lili yang juga menggunakan speaker.

"Sehat Kak," jawab kami kompak.

Di barisan mahasiswa aku dan Budi saling berbisik

"Bud di deleng-deleng mereka berdua cocok ya sing siji ganteng sing sijine ayu (Bud di lihat-lihat mereka berdua cocok ya tang satunya ganteng yang satunya cantik)," bisik ku.

"Iya Lam, tapi Kaka senior sing cowok mandan medeni," kata Budi sambil melihat Kaka Senior yang sedang berdiri di depan.

"Halah kowe, kelihatan ne memang galak medeni tapi mungkin ati ne lemah lembut kaya kapas (Halah kamu, kelihatannya memang galak menakutkan tapi mungkin hatinya lemah lembut seperti kapas)," bantahku pelan.

"Perkenalkan nama Kakak, Kris Mardiana panggil saja Kak Kris. Kakak adalah Ketua Komunitas Pencinta Alam atau Penjaga Bumi sama saja lah," ucapnya memperkenalkan pada kami.

"Dan saya Liliana Putri bisa dipanggil Kak Lili atau Kak Putri dan saya wakil ketua Komunitas Pencinta Alam. Saya bersama Kak Kris akan membimbing dan melatih kalian dalam kegiatan ini," ucapnya juga memperkenalkan diri.

"Baik kita mulai acara kegiatan hari ini silahkan kalian bisa lihat kelompok kalian di grup kampus. Terimakasih," ucap Kak Kris memberi tahu pada kami untuk melihat pembagian kelompok di Group Kampus.

"Saya dan Kak Lili akan menunggu kalian di halaman belakang yang sudah kami siapkan. Terimakasih," tambahnya.

Aku dan lainnya mengecek data kelompok di hp masing-masing.

"Lam kita satu kelompok," ucap si Budi seneng.

"Iya Bud," jawabku mengiyakan setelah tahu bahwa aku sekelompok dengannya.

"Kita juga Lam, "ucap si Frank, si Clara dan si Sinta barengan.

"Alhamdulillah kita dadi sekelompok kan anu wis kenal dadi ra canggung (Alhamdulillah kita jadi satu kelompok kan sudah kenal jadi gak canggung)," kataku lega.

"Iya Lam," timpal si Budi.

Lalu Aku dan temen-temen serta mahasiswa baru lainnya pergi menuju ke halaman belakang yang dimaksud kedua Kaka Senior.

...🌱🌱🌱🌱🌱🌱...

Di Halaman Belakang Kampus.

Aku dan teman-teman dan seluruh mahasiswa baru sudah tiba dihalaman belakang. Di halaman belakang cukup luas tapi ternyata belum banyak ditumbuhi pohon, maka dari itu Komunitas Pencinta Alam dan Komunitas Pencinta Tanaman bekerja sama untuk mengadakan kegiatan penanaman pohon bersama. Aku dan temen-temen sudah memilih tempat untuk melakukan tugasnya. Disitu sudah tersedia alat-alat dan bahan untuk menanam seperti sekop, sarung tangan, penyiraman, bibit, dan tentunya pH meter untuk mengukur tanah. Serta beberapa tanah yang sudah digali pula.

"Di sini saja apa temen-temen?" tanyaku.

"Ya kena Lam (ya boleh Lam)," jawab si Sinta menyetujui.

"Eh wis ana kabeh peralatan ne (eh udah ada semua peralatannya)," ucap si Budi kaget melihat beberapa peralatan menanam sudah ada.

"Iya lengkap," timpal si Frank.

"Wis digali juga tinggal nandur tok," kata si Clara juga.

"Iya," timpal ku.

Tiba-tiba suara dari speaker keluar. Itu adalah suara Kak Kris dan Mba Lili.

"PERHATIAN untuk Mahasiswa Baru. Sekarang kita sudah berada dihalaman belakang dan kalian juga sudah memilih tempat untuk menanam. Kami sudah menyiapkan tempat sesuai dengan kualitas tanah dan kebetulan kualitas tanah di sini cukup bagus. Dan kami juga sudah menggali tanah seminggu sebelumnya tujuannya adalah untuk menghilangkan racun di tanah," jelas Kak Kris memberi tahu kami.

"Ok terimakasih kakak cantik," ucap kak Kris sambil memuji mba lili dengan senyumannya.

Mba Lili juga tersenyum balik menerima pujian darinya.

"Kita disini akan belajar cara menanam pohon yang baik baik dan benar. Pohon yang akan kita tanam adalah pohon hias untuk merindang kan area belakang kampus kita ini. Disitu juga kita sudah siapkan alat bahannya sesuai dengan jumlah kelompok kalian," jelasnya.

Aku dan temen-temen hanya manggut-manggut maksud tapi ora. (Lah kepriwe kuwe maksude?) ya setengah ngerti setengah tidak lah itu maksudnya ya.

"Aku dan Mba Lili juga akan ikut menanam untuk memberi pengarahan pada kalian," ucap Kak Kris memberikan informasi lagi.

Ditempat ku berada.

"Alhamdulillah di warahi (Alhamdulillah di ajari)," ucap si Budi yang sudah ketakutan.

"Iya leh mbok salah mengko malah luput piwe,(iya lah takut salah nanti malah gagal gimana)," timpal si Sinta memberi tahu.

"Bener kuwe (benar itu)," si Clara menimpali omongan si Sinta.

"Ok langsung saja kita mulai menanam dan kebetulan Kaka Senior ternyata bukan kami berdua saja yang akan ikut menanam. Tapi anggota-anggota dari komunitas kami juga ikut membantu.

Kami semua mulai menanam pohon di tanah sudah di lubangi sebelumnya. Kami semua juga sudah memakai sarung tangan. Di depan sana juga banyak Kaka Senior yang ikut menanam pohon. Saat kami sedang menggali tanah, kami memiliki keributan sendiri.

"Langka cacing kan?" tanya si Clara memastikan kalau gak ada cacing.

"Kenapa? Takut sih?" tanya si Sinta balik padanya.

"Iya," jawabnya mangut-mangut.

"Langka dean Clar hayu mulai gali (gak ada Clar, ayo mulai gali)," ucapku supaya si Clara tak takut.

"Iya Lam," jawabnya.

Pas banget si Frank lagi jongkok dan akan memulai menanam didepannya ada cacing. Mengingat si Clara takut sama cacing. Seketika ide jahil terlintas di kepalanya. Si Frank diam-diam mengambil cacing dengan sekopnya terus dilempar ke arah Clara. Kehebohan pun terjadi, si Clara teriak sekencang-kencangnya.

"Ahhhhhh cacingggggg," si Clara teriak kenceng banget sampai orang disekitar melihat ke arahnya.

"Kamu kenapa Clar?" tanya si Sinta.

"Bohong lah katanya ga ada cacing itu apa, caciingg," jawabnya sambil mundur-mundur.

"Kepriwe yah Clar, jenenge lemah ya ana cacinge (bagaimana ya Clar, namanya juga tanah pasti ada cacingnya)," ujarku memberi tahu.

Si Frank ketawa terbahak-bahak melihat si Clara yang ketakutan.

"Awas ko Frank hih buanglah," si Clara mulai kesuh.

"Aja leh nek dibuang engko lemahe ra sehat,(jangan lah nanti kalau dibuang tanahnya gak subur)," bantahnya.

"Nah terus," si Clara masih ketakutan sambil menggerakkan tubuhnya merasa jijik melihat cacing yang menggeliat liat di tanah.

"Kiye ana maning Clar (ini ada lagi Clar)," si Budi ikut-ikutan perlihatkan satu cacing lagi pada si Clara.

"Ih Bud, aja melu-melu (ih Bud, jangan ikut-ikutan)," tegur si Sinta padanya.

"Gyeh Clar cacing e gede mesti lemahe subur iki,(ini Clar cacingnya besar pasti tanahnya subur)," ucapnya sambil memperlihatkan cacing yang sedang menggeliat di sekopnya.

Kelompok kami ribut terus sampai terdengar ke telinga Kak Kris dan Mba Lili.

"Kris di kelompok sana ada apa?" tanyanya.

"Tak tahu Li coba aku cek ya, kamu melanjutkan sendiri dulu," jawab Kak Kris sambil berdiri.

"Baik Kris," ucapnya sambil mengangguk.

Kak Kris melepaskan sarung tangannya dan berjalan kearah tempat aku dan teman-teman berada.

"ADA APA INi? KENAPA KALIAN RIBUT?" tanyanya dengan meninggikan suaranya.

Kami semua seketika langsung menghentikan aktivitasnya.

"Nggak kak cuma ini si Clara takut sama cacing," jawabku.

"Kalian ini, cuma gara-gara cacing bikin keributan heboh ganggu tahu," marahnya.

"Kak maaf aja galak-galak napa?", si Budi bermaksud menyuruh kak Kris supaya berkata halus.

"Kalian bilang Kaka galak," Kak Kris menahan emosinya.

"Huh" Kak Kris menghela nafas terlebih dahulu sebelum berbicara kembali.

"Kaka cuma menegur kalian," ucapnya yang sudah mulai pelan.

"Bagi.... siapa kamu?" Kak Kris berhenti berbicara dan bertanya pada si Clara karena tak tahu namanya.

"Clara Kak," jawabnya cepat.

"Iya bagi Clara kamu lanjutkan saja dan jangan teriak-teriak," ucapnya menasehati.

"Ya Kak maaf," si Clara minta maaf sambil membungkukkan badannya.

"Sudahlah kalian lanjutkan lagi jangan bikin keributan lagi," Kak Kris mengakhiri keributan yang kami buat.

"Iya Kak, sekali lagi kami minta maaf," aku mewakili temen-temen minta maaf padanya.

Kak Kris kembali ke depan sedangkan kami melanjutkan menanam pohonnya kembali.

"Clar kenapa kamu taku cacing?" tanya si Sinta penasaran.

"Cacing kan bentuknya polos, terus uget- uget ning tanah... hih lah pokoke aku jijik wae lah," jawabnya sambil merinding sendiri membayangkan bentuk tubuh cacing.

"Oh kaya kuwe (oh begitu)," ucap si Sinta mengerti.

"Wis saiki ra usah takut maning, ana aku sing bakal jaga kamu nek cah loro kuwe jahil maning (ya sudah sekarang jangan takut, ada aku yang akan menjagamu kalau dua bocah itu jahil lagi)," tambahnya.

"Iya Sin, makasih" ucap si Clara sambil tersenyum manis.

"Heh Bud, Frank minta maaf karo Clara," si Sinta lalu membentak si Budi dan si Frank supaya minta maaf pada si Clara.

Mereka berdua langsung nurut gara-gara takut sama si Sinta.

"Iya iya maaf ya Clar," ucap si Frank nyesel.

"Iya aku juga maaf ya," ucap si Budi juga.

"Iya aku maafkan tapi jangan ulangi lagi," si Clara akhirnya memaafkan mereka berdua.

"Iya iya," ucap si Budi dan si Frank sambil memberikan tanda peace padanya

"Jahil banget kalian berdua," kata ku sambil menggelengkan kepalaku.

"Wis ra papa cacinge juga nanti melu ke kubur Clar (dah gak papa nanti juga cacingnya ikut ke kubur Clar)," bujuk si Sinta supaya si Clara tak takut kembali.

"Ya wis, saiki dilanjut na. Endi bibit pohon ne? Lemahe dah pas ra kejeron (ya sudah, sekarang dilanjutkan. Mana bibit pohonnya? Tanahnya sudah pas gak kedalaman)," suruhku.

"Pinter pisan sing gali (pintar banget yang menggali)," gumam ku.

Sebelumnya tanah sudah digali sesuai dengan ukuran bola akar ya.

"Ini Lam," si Sinta memberikan bibit pohonnya padaku.

"Makasih Sin," ucapku.

Aku mulai menaruh bibit pohon ke dalam lubang dan diberi tanah kembali sesekali aku mengelap keringatku yang n bercucuran.

"Clar, cacinge ilang mbok wis melu tak kubur ning aku (Clar, cacingnya hilang kan sudah ikut ke kubur olehku)," ucapku memberi tahu si Clara.

"Iya Lam makasih," jawabnya yang malah berterima kasih padaku.

"Nah tinggal penyiraman," ucapku sedikit lega karena sudah hampir selesai

"Frank banyu ne (Frank airnya)," pintaku.

"Ini Lam," si Frank sudah membawa gayung yang berisi air.

"Sor aja langsung akeh setitik setitik (sor, jangan langsung banyak sedikit-sedikit)," suruhku.

"Iya Lam," ucap si Frank nurut.

Si Frank mulai menyiramkan air sedikit demi sedikit pada pohon yang sudah diluruskan oleh ku sebelumnya.

"Alhamdulillah wit e wis ngade (Alhamdulillah pohonnya sudah berdiri)," ucapku lega.

"Iya tinggal ngenteni perkembangannya," timpal si Budi.

"Iya," ucap ku lagi.

"Ok gimana perasaan kalian seneng?" Suara Kak Kris dari depan yang menggunakan speakernya untuk bertanya.

"Senang Kak," jawab seluruh mahasiswa baru.

"Tidak susah kan?," tanyanya lagi.

"Tidak Kak," jawab kami semua kompak.

"Iya Kak," timpal beberapa mahasiswa baru lainnya.

"Baik, Mba Lili akan menjelaskan tentang tujuan kami melakukan penanaman pohon ini." Kak Kris sudah mulai bicara kembali menggunakan speakernya.

"Silahkan Mba Lili," ucapnya sambil memberikan speaker kepadanya.

"Terimakasih Mas ganteng," sekarang giliran Mba Lili yang memuji Kak Kris sambil tersenyum.

Kak Kris juga membalasnya dengan senyuman malu.

(Mengangkat speakernya) "Baiklah, tujuan dari kegiatan ini adalah pertama memberi oksigen untuk bernafas. Daun hijau pada pohon yang melakukan fotosintesis akan sangat bermanfaat bagi manusia," jelasnya.

"Yang kedua membuat lingkungan lebih asri dan segar. Lingkungan yang dikelilingi oleh pohon akan terasa sejuk dan nyaman untuk menenangkan pikiran. Kan banyak tuh tugas kampus yang melelahkan kalian bisa merilekskan diri kalian disini nanti," ucapnya.

Mba Lili menjelaskan semuanya dengan detail.

"Dan juga dapat menjaga kesehatan mental kita ditambah kita bisa mengendalikan suhu. Biasanya kan area yang kekurangan pohon akan cenderung lebih panas. Seperti sekarang iya kan?" jelasnya lagi sambil mengutarakan pertanyaan diakhir kalimat.

"Iya Kak," jawab beberapa mahasiswa baru.

"Bener Kak," jawab beberapa mahasiswa baru lainnya.

"Tapi tenang jika pohon yang kita tanam sudah besar area ini tak akan panas lagi," jelasnya kembali.

"Baik itu adalah beberapa manfaat pentingnya kita menanam pohon," ucap Mba Lili mengakhiri penjelasannya.

"Sekarang sudah mengerti kan?" tanyanya pada kami.

"Sudah Kak!" seru kami semua.

Kak Kris meminta speaker ke Mba Lili mengingat karena masih ada yang kurang menurutnya.

"Maaf Li ada yang kurang," bisiknya memberi tahu.

Mba Lili mengangguk mengerti.

Speaker diambil oleh Kak Kris "Menanam pohon juga dapat mengurangi banjir ya," tambahnya.

"Mengingat jam yang sudah sore kita beberes dan pulang kerumah masing-masing. Terimakasih untuk waktunya hari ini," ucap Kak Kris mengakhiri kegiatan hari ini.

Di tempat kami berada.

"Alhamdulillah wis rampung (Alhamdulillah sudah selesai)," ucap si Budi lega.

"Iya syukur," timpal si Clara yang merasa laga juga.

"Panas e. Balik yuh (gerahnya. Pulang yuk)," keluh si Frank sambil mengelap keringatnya.

"Iya, tapi beres na kiye sit (iya, tapi bereskan ini dulu)," ucapku sebelum kembali untuk pulang dan istirahat.

Aku dan temen-temen sudah selesai membereskan alat menanam pohon sekarang giliran pulang ke rumah dan istirahat. Jangan tinggalkan sampah sebelum pulang. Itulah kegiatan ku hari ini, menanam pohon untuk melindungi bumi.

Bersambung.........🍀🍀🍀

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

serunya bareng tmn2🤗🤗

2023-09-23

0

Ney Maniez

Ney Maniez

budi,, budi klo liat yg bening tau ajj🤭🤭

2023-09-23

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ

☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ

onel apa ontel thor? 🤔🤔🤔

2023-09-23

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 "Pengenalan Tokoh dan Awal Pertemanan"
2 BAB 2 "Ketemu Senior Galak"
3 BAB 3 "Candaan Malam"
4 BAB 4 "Musuh Alam Mulai Muncul"
5 BAB 5 "Ndaftar UKM"
6 BAB 6 "Weladalah! Ada Aja Masalahnya"
7 BAB 7 "Malam Minggu"
8 BAB 8 "Jiwa Para Penjelajah"
9 BAB 9 "Akar Permasalahan Lingkungan"
10 BAB 10 "Kunjungan Desa Kranji"
11 BAB 11 "Perencanaan Bank Sampah"
12 Bab 12 "Warga Desa Mulai Aktif Mengumpulkan Sampahnya"
13 BAB 13 "Buat Dan Jual"
14 BAB 14 "STOP! Penebangan Liar"
15 BAB 15 "Hemat Listrik Dan Air Itu Penting"
16 BAB 16 "Kondisi Bumi Kita"
17 BAB 17 "Alam Di Landa Kebingungan"
18 BAB 18 "Marah Budi Padaku"
19 BAB 19 "Budi Dan Aku Baikan"
20 BAB 20 "Si Samsul Potek Ati dan Datangnya Saudara Onel"
21 BAB 21 "Liburan Semester"
22 BAB 22 "Kebakaran Hutan Pinus"
23 BAB 23 "Reboisasi"
24 BAB 24 "Kabar Angin Si Samsul Keluar Negeri"
25 BAB 25 "Badrol Si Perusuh Baru"
26 BAB 26 "Hari Bumi Sedunia"
27 BAB 27 "Camping"
28 BAB 28 "Prank Ala Frank dan Apesnya Geng Badrol"
29 BAB 29 "Gimana kabar Samsul???"
30 BAB 30 "Tugas Dadakan Ke Luar Kota"
31 BAB 31 "Memulai Kegiatan"
32 BAB 32 "Bank Sampah Diaktifkan Warga Protes"
33 Bab 33 "Balik Ke PWT"
34 BAB 34 "Bang Kris x Mba Lili"
35 BAB 35 "Frank Ditolak"
36 Bab 36 "Samsul Ikut Komunitas Pecinta Alam Di Singapura"
37 BAB 37 "Bang Kris dan Mba Lili Terciduk Lagi"
38 BAB 38 "Frank Sembuh Dari Patah Hati"
Episodes

Updated 38 Episodes

1
BAB 1 "Pengenalan Tokoh dan Awal Pertemanan"
2
BAB 2 "Ketemu Senior Galak"
3
BAB 3 "Candaan Malam"
4
BAB 4 "Musuh Alam Mulai Muncul"
5
BAB 5 "Ndaftar UKM"
6
BAB 6 "Weladalah! Ada Aja Masalahnya"
7
BAB 7 "Malam Minggu"
8
BAB 8 "Jiwa Para Penjelajah"
9
BAB 9 "Akar Permasalahan Lingkungan"
10
BAB 10 "Kunjungan Desa Kranji"
11
BAB 11 "Perencanaan Bank Sampah"
12
Bab 12 "Warga Desa Mulai Aktif Mengumpulkan Sampahnya"
13
BAB 13 "Buat Dan Jual"
14
BAB 14 "STOP! Penebangan Liar"
15
BAB 15 "Hemat Listrik Dan Air Itu Penting"
16
BAB 16 "Kondisi Bumi Kita"
17
BAB 17 "Alam Di Landa Kebingungan"
18
BAB 18 "Marah Budi Padaku"
19
BAB 19 "Budi Dan Aku Baikan"
20
BAB 20 "Si Samsul Potek Ati dan Datangnya Saudara Onel"
21
BAB 21 "Liburan Semester"
22
BAB 22 "Kebakaran Hutan Pinus"
23
BAB 23 "Reboisasi"
24
BAB 24 "Kabar Angin Si Samsul Keluar Negeri"
25
BAB 25 "Badrol Si Perusuh Baru"
26
BAB 26 "Hari Bumi Sedunia"
27
BAB 27 "Camping"
28
BAB 28 "Prank Ala Frank dan Apesnya Geng Badrol"
29
BAB 29 "Gimana kabar Samsul???"
30
BAB 30 "Tugas Dadakan Ke Luar Kota"
31
BAB 31 "Memulai Kegiatan"
32
BAB 32 "Bank Sampah Diaktifkan Warga Protes"
33
Bab 33 "Balik Ke PWT"
34
BAB 34 "Bang Kris x Mba Lili"
35
BAB 35 "Frank Ditolak"
36
Bab 36 "Samsul Ikut Komunitas Pecinta Alam Di Singapura"
37
BAB 37 "Bang Kris dan Mba Lili Terciduk Lagi"
38
BAB 38 "Frank Sembuh Dari Patah Hati"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!